Kamis, 19 Mei 2016

Pendidikan Adab; Solusi dekadensi moral.

Pendidikan pada hakikatnya bukan sekedar proses transfer ataupun sharing ilmu, tetapi pendidikan adalah proses mendidik dan menanamkan nilai-nilai etika dalam kehidupan. Jika melihat 'ulama-'ulama salaf, mereka terlebih dahulu mempelajari adab, baru kemudian berproses mencari Ilmu. Hal ini menandakan pentingnya adab atau akhlaq dalam kehidupan, bukan hanya sekedar berilmu. Maka pendidikan sejatinya bukan hanya mencetak generasi yang cerdas secara kognitif, tetapi juga harus mampu mencetak generasi yang cerdas secara emosional dan spiritual. Al-'adab qoblal 'ilm. Manusia pintar tanpa akhlaq yang baik hanya akan membuahkan sikap sombong dan angkuh, tak jarang ilmunya malah semakin menjauhkannya dari Rabb semesta Alam.
Tugas mendidik tersebut tidak hanya diamanahkan kepada pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, tetapi juga keluarga dan lingkungan sebagai lembaga pendidikan non formal. Jika ibu adalah madrasah pertama, maka seorang ayah adalah kepala sekolahnya, yang menahkodai arah pendidikan anak yang hendak dibawa kemana. "Like father like son" mungkin itu pribahasa yang begitu membumi di telinga kita, dimana anak tak akan jauh dari sosok ayahnya. Anak adalah cerminana dari didikan orangtua. Jika anak kemudian enggan shalat berjama'ah di masjid, enggan belajar, dan lain sebagainya. Maka lihatlah bagaimana orangtuanya, bagaimana pendidikan di dalam keluarganya. Meski tak menjamin seorang shalih akan melahirkan generasi shalih, namun hal tersebut tidak bisa menjadi apologis untuk kita menelantarkan pendidikan anak sebagai generasi pelanjut. Oleh sebab itu, visi misi sebuah keluarga dalam islam adalah masuk surga sekeluarga. Ayah sebagai pemimpin dalam keluarga harus mampu menjaga keluarga, menjauh dari panasnya api neraka.
Pendidikan teladan hendaknya menjadi pendidikan yang paling efektif. Tidakkah kita perhatikan ayat-ayat yang mencela orang yang mengajak kepada kebaikan, tetapi ia tak melaksanakan kebaikan tersebut. Ibarat lilin yang menerangi sekitarnya, namun ia malah terbakar oleh apinya sendiri. Ingatkah kita pada kisah nabi yang memerintahkan para shahabat dengan lisan, namun tak ada yang mau mendengarkan. Barulah kemudian saat nabi mencontohkan dengan perbuatan, para shahabat mengikuti dan taat pada perintah nabi. Begitulah sejatinya seorang pendidik, ia lebih dulu mendidik diri, sebelum mendidik orang lain.
Begitupun dengan seorang ayah, jadilah teladan bagi seorang anak. Jika engkau hendak memerintahkan shalat berjama'ah, maka perintahlah dengan teladan, dengan terlebih dahulu diri kita yang melakukan. Jika engkau hendak mengajarkan buang sampah pada tempatnya, maka ajarkanlah dengan teladan, dengan terlebih dahulu kita yang melakukan. Keluarga memiliki peranan penting dalam pendidikan seorang manusia, karena ia madrasah pertama manusia. Oleh karena itu, peran ayah sangat vital dalam hal ini, Sehingga seorang ayah harus mampu menjadi teladan bagi anaknya.
Jika hari ini kita banyak menyaksikan kasus-kasus yang amoral, menampilkan sikap yang lebih keji daripada binatang, apalagi hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang katanya "terpelajar", maka itu menjadi bukti adanya kesalahan dalam dunia pendidikan kita. Bukan hanya lembaga pendidikan formal, tetapi juga lembaga pendidikan non formal. Jadilah keluarga yang sehidup sesurga, keluarga yang mendidik dengan teladan, keluarga yang menjadi setetes embun penghilang dahaga ditengah sahara kemaksiatan.
Pendidikan adalah menanamkan adab, membina diri, menjadi teladan bagi sekitar.
Wallahua'lam.

0 komentar:

Posting Komentar