Pendidikan pada
hakikatnya bukan sekedar proses transfer ataupun sharing ilmu, tetapi
pendidikan adalah proses mendidik dan menanamkan nilai-nilai etika dalam
kehidupan. Jika melihat 'ulama-'ulama salaf, mereka terlebih dahulu
mempelajari adab, baru kemudian berproses mencari Ilmu. Hal ini
menandakan pentingnya adab atau akhlaq dalam kehidupan, bukan hanya
sekedar berilmu. Maka pendidikan sejatinya bukan hanya mencetak generasi
yang cerdas secara kognitif, tetapi juga harus mampu mencetak generasi
yang cerdas secara emosional dan spiritual. Al-'adab qoblal 'ilm.
Manusia pintar tanpa akhlaq yang baik hanya akan membuahkan sikap
sombong dan angkuh, tak jarang ilmunya malah semakin menjauhkannya dari
Rabb semesta Alam.
Tugas mendidik tersebut tidak hanya
diamanahkan kepada pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,
tetapi juga keluarga dan lingkungan sebagai lembaga pendidikan non
formal. Jika ibu adalah madrasah pertama, maka seorang ayah adalah
kepala sekolahnya, yang menahkodai arah pendidikan anak yang hendak
dibawa kemana. "Like father like son" mungkin itu pribahasa yang begitu
membumi di telinga kita, dimana anak tak akan jauh dari sosok ayahnya.
Anak adalah cerminana dari didikan orangtua. Jika anak kemudian enggan
shalat berjama'ah di masjid, enggan belajar, dan lain sebagainya. Maka
lihatlah bagaimana orangtuanya, bagaimana pendidikan di dalam
keluarganya. Meski tak menjamin seorang shalih akan melahirkan generasi
shalih, namun hal tersebut tidak bisa menjadi apologis untuk kita
menelantarkan pendidikan anak sebagai generasi pelanjut. Oleh sebab itu,
visi misi sebuah keluarga dalam islam adalah masuk surga sekeluarga.
Ayah sebagai pemimpin dalam keluarga harus mampu menjaga keluarga,
menjauh dari panasnya api neraka.
Pendidikan teladan hendaknya
menjadi pendidikan yang paling efektif. Tidakkah kita perhatikan
ayat-ayat yang mencela orang yang mengajak kepada kebaikan, tetapi ia
tak melaksanakan kebaikan tersebut. Ibarat lilin yang menerangi
sekitarnya, namun ia malah terbakar oleh apinya sendiri. Ingatkah kita
pada kisah nabi yang memerintahkan para shahabat dengan lisan, namun tak
ada yang mau mendengarkan. Barulah kemudian saat nabi mencontohkan
dengan perbuatan, para shahabat mengikuti dan taat pada perintah nabi.
Begitulah sejatinya seorang pendidik, ia lebih dulu mendidik diri,
sebelum mendidik orang lain.
Begitupun dengan seorang ayah,
jadilah teladan bagi seorang anak. Jika engkau hendak memerintahkan
shalat berjama'ah, maka perintahlah dengan teladan, dengan terlebih
dahulu diri kita yang melakukan. Jika engkau hendak mengajarkan buang
sampah pada tempatnya, maka ajarkanlah dengan teladan, dengan terlebih
dahulu kita yang melakukan. Keluarga memiliki peranan penting dalam
pendidikan seorang manusia, karena ia madrasah pertama manusia. Oleh
karena itu, peran ayah sangat vital dalam hal ini, Sehingga seorang ayah
harus mampu menjadi teladan bagi anaknya.
Jika hari ini kita
banyak menyaksikan kasus-kasus yang amoral, menampilkan sikap yang lebih
keji daripada binatang, apalagi hal tersebut dilakukan oleh orang-orang
yang katanya "terpelajar", maka itu menjadi bukti adanya kesalahan
dalam dunia pendidikan kita. Bukan hanya lembaga pendidikan formal,
tetapi juga lembaga pendidikan non formal. Jadilah keluarga yang sehidup
sesurga, keluarga yang mendidik dengan teladan, keluarga yang menjadi
setetes embun penghilang dahaga ditengah sahara kemaksiatan.
Pendidikan adalah menanamkan adab, membina diri, menjadi teladan bagi sekitar.
Pendidikan adalah menanamkan adab, membina diri, menjadi teladan bagi sekitar.
Wallahua'lam.
0 komentar:
Posting Komentar