Jumat, 16 Januari 2015

masalah itu amanah, hadapilah :)


MENGATASI MASALAH TANPA PASRAH
           
Setiap manusia di muka bumi ini pasti mendambakan sebuah kehidupan yang bahagia, menyenangkan, dan tenang tanpa ada masalah yang menghinggapi. Setiap yang diharapkan dapat dikabulkan, setiap yang diimpikan dapat terwujud, tertawa bahagia menjadi dambaan hidup setiap manusia tanpa terkecuali. Namun, semua itu hanyalah harapan belaka. Sebuah dambaan hidup ideal yang diinginkan oleh seluruh manusia. tetapi kenyataannya adalah bahwa hidup seorang manusia tidak akan pernah luput dari yang namanya ujian atau cobaan yang sering kita sebut dengan masalah.
            Sejatinya, ujian yang menimpa manusia merupakan tanda kasih sayang dari Allah SWt. kepada hambanya. Karena dengan ujian tersebut Allah meningkatkan derajat keimanan seorang manusia. sehingga keimanannya kepada Allah SWt. akan semakin meningkat seiring dengan ujian yang dilewatinya. Pada hakikatnya, hidup manusia memang tak akan pernah luput dari ujian dan cobaan yang Allah berikan. Baik ujian itu berupa kesenangan ataupun kesengsaraan yang ditimpakan kepada seorang manusia.

            Seseorang yang telah mengikrarkan beriman kepada Allah SWt., tidak lantas akan terlepas dari ujian. Karena ujian tersebut lah yang akan menguji kadar keimanan seorang manusia. Allah SWt. berfirman:
            “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengucapkan ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak akan diuji?.” (Q.S. Al-Ankabut [29]: 2)
            Di dalam surat Al-Ankabut ayat 2 tersebut menjelaskan kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan senantiasa diuji. Orang yang beriman kepada Allah SWt. tidak lantas akan terlepas dari ujian, tetapi dengan kita beriman kepada Allah SWt. kita akan senantiasa diuji seberapa besar kadar keimanan kita, mampukah kita untuk terus berada di jalan yang lurus. Maka sesungguhnya ujian adalah cerminan dari keimanan seorang manusia. semakin berat ujian yang dihadapi, maka semakin besar pula keimanan yang dimilikinya. Karena mustahil orang kafir, munafiq, dan yang tidak beriman kepada Allah diberikan sebuah ujian. Karena tanpa diberi ujian pun mereka telah terjerumus kedalam kesesatan. Yang ditimpakan kepada orang yang tidak beriman oleh Allah bukanlah ujian, tetapi azab yang Allah timpakan kepada orang-orang kafir.
            Menjelang akhir zaman, akan terjadi berbagai krisis yang menjadi ujian bagi umat muslimin. Terasa atau tidak, bagaimana masjid yang seharusnya menjadi pusat kegiatan umat islam menjadi megah tapi usang, karena tak ada pemuda yang menghidupkan masjid tersebut. Banyak masjid dibangun di berbagai sudut kota, tetapi manusia bertebaran entah kemana. Banyak pemuda yang terjerumus kedalam kemaksiatan, lalai terhadap tugasnya sebagai seorang hamba. Khamer menjadi minuman yang halal, dianggap menjadi minuman layaknya air putih. Orang yang jauh dari Allah dijadikan sebagai panutan, idola, bahkan teladan.
            Di dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menjelaskan tentang lima perkara yang akan menjadi penyebab kehancuran. Anas r.a, telah menyebutkan Rasulullah Saw. telah bersabda:
            “Apabila umatku telah menganggap halal lima perkara, maka mereka akan ditimpa  kehancuran: Apabila saling melaknat mulai membudaya, dan khamer menjadi minuman mereka, kain sutra menjadi pakaian mereka, para artis (biduan) menjadi panutan mereka, dan lelaki kawin dengan lelaki, dan perempuan dengan perempuan.” (Hadits riwayat Baihaqi sesudah hadits lainnya, kemudian dia mengatakan bahwa hadits ini dan yang sebelumnya kurang kuat, hanya saja bila yang satu digabungkan dengan yang lain, maka predikatnya menjadi kuat)
            Hadits tersebut menjelaskan kepada kita mengenai lima perkara yang akan menjadi penyebab kehancuran umat islam. Terasa atau tidak, lima perkara yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. tersebut telah banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menjadi ujian bagi kita, mampukah kita menjaga keimanan kita ditengah krisis zaman saat ini?. Banyak umat islam yang kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim. Banyak pelajar yang kehilangan jati dirinya sebagai seorang pelajar. Bahkan banyak manusia yang kehilangan jati dirinya sebagai manusia.
            Saling melaknat yang membudaya, penyebab kehancuran yang pertama Rasulullah Saw. sebutkan. Hal ini pun telah terjadi dimana-mana. Bagaimana seorang manusia dengan sangat mudah melaknat manusia lainnya, entah karena perbedaan suku, kulit, atau apa pun. Bagaimana di kalangan pelajar telah membudaya saling melaknat orang tua, sadar atau tidak sadar, penulis sendiri pernah merasakan hal ini telah membudaya di kalangan pelajar. Mampukah kita menahan diri ketika orang tua kita dicela?, yang kadang akhirnya karena hal tersebut kita saling mencela sampai tak pernah kita temukan dimana celaan itu akan bermuara. Sadarkah kita dengan fenomena ini?.
            Yang kedua adalah khamer menjadi minuman mereka, yaitu ketika khamer dianggap sesuatu yang biasa saja, atau bahkan dianggap halal meminumnya. Seringkah kita melihat pemberitaan mengenai pesta miras?, seringkah kita mendengar pemberitaan tentang orang yang meninggal karena miras oplosan?, seringkah kita mendengar pemberitaan tentang penjual miras?. Hampir setiap hari kita mendengar hal itu bukan?, inilah tanda dari khamer telah menjadi minuman sehari-hari layaknya air putih. Tak jarang yang mengonsumsi adalah kalangan muda-mudi yang menganggap minuman khamer adalah minuman yang keren, membuat mereka terlihat gagah perkasa. Na’udzubilLahi min dzalik, semoga kita semua terjauh dari hal tersebut.
            Ketiga, kain sutera menjadi pakaian mereka. Tak terelakan bagaimana saat ini umat islam menjadi umat yang konsumtif, bermewah-mewahan menjadi hal yang lumrah, untuk satu potong baju saja bisa mencapai jutaan rupiah. Tak jarang sisi kemanusiaan kita hilang ketika kita membiasakan diri hidup mewah, yang terkadang lupa dengan kondisi disekitar kita, tak peka terhadap keadaan tetangga, sahabat, keluarga yang ada di sekitar kita. Memberi menjadi sulit, lebih bahagia jika diberi. Maka tangan diatas tak lagi lebih baik daripada tangan dibawah.
            Keempat, para biduan atau yang sering kita sebut artis menjadi panutan. Tak dapat kita pungkiri, kalangan muda-mudi lebih bangga menjadikan para artis sebagai panutan daripada Rasulullah Saw. tak jarang mereka rela bersusah-payah untuk menjadi seperti idolanya. Bagaimana potongan rambut anak muda saat ini mengikuti trend mode yang katanya gaul dan gaya, potongan rambut seperti kuda atau juga memotong rambut sedikit (sering kita sebut potongan rambut sebit) yang jelas-jelas Rasulullah Saw. larang dalam sabdanya. Coba kita lakukan riset melalui angket dengan beberapa pertanyaan, yang salah satunya menanyakan siapa idola anda. Fakta membuktikan, sedikit yang menjawab Rasulullah Saw. sebagai idola, hal ini pernah dibuktikan oleh arswendo di tahun 90-an.
            Dan yang terakhir adalah lelaki kawin dengan lelaki, atau sebaliknya perempuan kawin dengan perempuan. Benarkah? Sudah terbukti bagaimana di negara-negara barat pernikahan sesama jenis dihalalkan, bagaimana di negara kita tercinta Indonesia telah terjadi banyak kasus penyimpangan seks. Yang paling menggerkan adalah kasus Emon di sukabumi, yang menelan banyak korban. Banyak orang yang membela pernikahan sesama jenis dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM). Akankah nasib kita seperti kaum luth? Na’udzubilLahi min dzalik.
            Lima perkara tersebut merupakan ujian bagi kita orang-orang yang beriman kepada Allah SWt.. kita tidak bisa hanya diam dan pasrah bukan?. Bukankah hak seorang muslim kepada muslim lainnya adalah saling menasehati?. Bukankah kita umat terbaik yang ciptakan untuk manusia?. sebagaimana Firman Allah SWt.:
            “Kamu (Umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 110)
            Firman Allah tersebut menjelaskan bahwa kita umat islam adalah umat yang terbaik karena menyeru kepada yang makruf, mencegah kepada yang munkar, dan beriman kepada Allah SWt.. peran kita sebagai orang yang beriman bukanlah diam dan pasrah menghadapi permasahalahan dan ujian yang menjangkit manusia. karena sejatinya tugas kita sebagai manusia adalah seperti apa yang disebutkan didalam surat Ali ‘Imron ayat 110. Ketika kita diam, atau “sholeh sosoranganeun” apa kita disebut umat terbaik?. Oleh karena itu, tugas kita sebagai pemuda-pemuda yang beriman kepada Allah untuk menyelamatkan negeri ini dengan berdakwah, bukan hanya diatas mimbar, bukan hanya dengan ucapan, tetapi berdakwahlah dengan kapasitas yang kita miliki.
            Rasulullah Saw. berpesan kepada umat islam dalam mengahadi berbagai permasalahan akhir zaman yang akan menjadi ujian berat bagi manusia. Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi telah mengatakan bahwa seseorang yang tidak ia ragukan kebenarannya telah menceritakan kepadanya dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
            “Sesungguhnya yang paling kau khawatirkan terhadap kamu sekalian sepeninggalku ada tiga perkara: 1) Kemewahan dunia yang akan Allah karuniakan kepadamu, 2) orang yang menta’wilkan al-Qur’an dengan ta’wil yang tidak semestinya, dan 3) kekeliruan orang berilmu.” Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepadamu jalan keluarnya?, 1) Apabila kamu dikaruniai dunia, maka bersyukurlah kepada Allah, 2) ambilah ta’wil yang kamu kenal, sedang yang kamu ragukan, kembalikanlah kepada Allah ‘Azza Wa Jala, 3) dan tunggulah orang alim itu sampai dia kembali (kepada kebenaran), dan jangan tergesa-gesa kamu ambil kekeliruannya.” (Marasil Abu Daud, hal. 25)
             Sabda Rasulullah Saw. tersebut merupakan pesan-pesan umum Raslullah dalam menghadapi fitnah akhir zaman. Bagaimana maraknya kemaksiatan, salah dan benar menjadi abu-abu, orang yang beriman dan kafir menjadi sama. Sungguh pesan Rasulullah Saw. lah yang mampu membawa kita mengahadapi setiap ujian yang menimpa kita. Karena sebenar-benar ucapan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw.
            Maka untuk menghadapi berbagai permasalahan yang kita hadapi kuncinya adalah berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
            “Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kamu kepada Rasul dan pemimpin-pemimpin kamu. Apabila kamu saling berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus-bagus akibat.” (Q.S. An-Nisa [4]: 59)
            Juga dalam firman-Nya yang lain:
            “Dan apa-apa yang Rasul bawa untukmu, maka ambillah, dan apa yang ia larang kamu, maka jauhilah. Dan takutlah kepada Allah, karena Allah sangat keras siksa-Nya.” (Q.S. al-Hasyr [59]: 7)
            Dari kedua firman Allah tersebut, menegaskan kepada kita untuk berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah agar selamat dunia dan akhirat. Karena keduanya merupakan kunci untuk membuka kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah Saw. bersabda:
            “Dari Katsir bin ‘Abdillah dari ayahnya dari kakeknya r.a., ia berkata, sesungguhnya Rasulullah Saw. telah bersabda: ‘aku tinggalkan bagimu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepadanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.” (H.R. Malik; al-Muwaththa, hal. 899)
            Sehingga jelas bagi kita selaku orang-orang yang beriman, tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri dari fitnah akhir zaman, selain dari berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebarkan pemahan qur’an sunnah, selamatkan umat dari kemaksiatan. Semua permasalahan tersebut adalah ujian bagi kita, sekaligus amanah yang Allah berukan untuk dihadapi, apakah kita hanya diam melihat kemunkaran merajalela? Apakah kita kelu mengucapkan kebenaran? Apakah kita pasrah pada ujian yang Allah berikan? Atau kita bangkit dan berdiri tegak menghadapi setiap ujian kehidupan?. Sadarlah! Masalah tak akan pernah selesai dengan “pasrah”.

0 komentar:

Posting Komentar