MENGATASI
MASALAH TANPA PASRAH
Sejatinya,
ujian yang menimpa manusia merupakan tanda kasih sayang dari Allah SWt. kepada
hambanya. Karena dengan ujian tersebut Allah meningkatkan derajat keimanan
seorang manusia. sehingga keimanannya kepada Allah SWt. akan semakin meningkat
seiring dengan ujian yang dilewatinya. Pada hakikatnya, hidup manusia memang
tak akan pernah luput dari ujian dan cobaan yang Allah berikan. Baik ujian itu
berupa kesenangan ataupun kesengsaraan yang ditimpakan kepada seorang manusia.
Seseorang
yang telah mengikrarkan beriman kepada Allah SWt., tidak lantas akan terlepas
dari ujian. Karena ujian tersebut lah yang akan menguji kadar keimanan seorang
manusia. Allah SWt. berfirman:
“Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengucapkan ‘kami
telah beriman’ dan mereka tidak akan diuji?.” (Q.S. Al-Ankabut [29]: 2)
Di
dalam surat Al-Ankabut ayat 2 tersebut menjelaskan kepada orang-orang yang
beriman bahwa mereka akan senantiasa diuji. Orang yang beriman kepada Allah
SWt. tidak lantas akan terlepas dari ujian, tetapi dengan kita beriman kepada
Allah SWt. kita akan senantiasa diuji seberapa besar kadar keimanan kita,
mampukah kita untuk terus berada di jalan yang lurus. Maka sesungguhnya ujian
adalah cerminan dari keimanan seorang manusia. semakin berat ujian yang
dihadapi, maka semakin besar pula keimanan yang dimilikinya. Karena mustahil
orang kafir, munafiq, dan yang tidak beriman kepada Allah diberikan sebuah
ujian. Karena tanpa diberi ujian pun mereka telah terjerumus kedalam kesesatan.
Yang ditimpakan kepada orang yang tidak beriman oleh Allah bukanlah ujian,
tetapi azab yang Allah timpakan kepada orang-orang kafir.
Menjelang
akhir zaman, akan terjadi berbagai krisis yang menjadi ujian bagi umat
muslimin. Terasa atau tidak, bagaimana masjid yang seharusnya menjadi pusat
kegiatan umat islam menjadi megah tapi usang, karena tak ada pemuda yang
menghidupkan masjid tersebut. Banyak masjid dibangun di berbagai sudut kota,
tetapi manusia bertebaran entah kemana. Banyak pemuda yang terjerumus kedalam
kemaksiatan, lalai terhadap tugasnya sebagai seorang hamba. Khamer menjadi
minuman yang halal, dianggap menjadi minuman layaknya air putih. Orang yang
jauh dari Allah dijadikan sebagai panutan, idola, bahkan teladan.
Di
dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menjelaskan tentang lima perkara yang akan
menjadi penyebab kehancuran. Anas r.a, telah menyebutkan Rasulullah Saw. telah
bersabda:
“Apabila
umatku telah menganggap halal lima perkara, maka mereka akan ditimpa kehancuran: Apabila saling melaknat mulai
membudaya, dan khamer menjadi minuman mereka, kain sutra menjadi pakaian
mereka, para artis (biduan) menjadi panutan mereka, dan lelaki kawin dengan
lelaki, dan perempuan dengan perempuan.” (Hadits riwayat Baihaqi sesudah hadits
lainnya, kemudian dia mengatakan bahwa hadits ini dan yang sebelumnya kurang
kuat, hanya saja bila yang satu digabungkan dengan yang lain, maka predikatnya
menjadi kuat)
Hadits
tersebut menjelaskan kepada kita mengenai lima perkara yang akan menjadi
penyebab kehancuran umat islam. Terasa atau tidak, lima perkara yang disebutkan
oleh Rasulullah Saw. tersebut telah banyak kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut menjadi ujian bagi kita, mampukah kita menjaga
keimanan kita ditengah krisis zaman saat ini?. Banyak umat islam yang
kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim. Banyak pelajar yang kehilangan
jati dirinya sebagai seorang pelajar. Bahkan banyak manusia yang kehilangan
jati dirinya sebagai manusia.
Saling
melaknat yang membudaya, penyebab kehancuran yang pertama Rasulullah Saw.
sebutkan. Hal ini pun telah terjadi dimana-mana. Bagaimana seorang manusia
dengan sangat mudah melaknat manusia lainnya, entah karena perbedaan suku,
kulit, atau apa pun. Bagaimana di kalangan pelajar telah membudaya saling
melaknat orang tua, sadar atau tidak sadar, penulis sendiri pernah merasakan
hal ini telah membudaya di kalangan pelajar. Mampukah kita menahan diri ketika
orang tua kita dicela?, yang kadang akhirnya karena hal tersebut kita saling
mencela sampai tak pernah kita temukan dimana celaan itu akan bermuara.
Sadarkah kita dengan fenomena ini?.
Yang
kedua adalah khamer menjadi minuman mereka, yaitu ketika khamer dianggap
sesuatu yang biasa saja, atau bahkan dianggap halal meminumnya. Seringkah kita
melihat pemberitaan mengenai pesta miras?, seringkah kita mendengar pemberitaan
tentang orang yang meninggal karena miras oplosan?, seringkah kita mendengar
pemberitaan tentang penjual miras?. Hampir setiap hari kita mendengar hal itu
bukan?, inilah tanda dari khamer telah menjadi minuman sehari-hari layaknya air
putih. Tak jarang yang mengonsumsi adalah kalangan muda-mudi yang menganggap
minuman khamer adalah minuman yang keren, membuat mereka terlihat gagah perkasa.
Na’udzubilLahi min dzalik, semoga kita semua terjauh dari hal tersebut.
Ketiga,
kain sutera menjadi pakaian mereka. Tak terelakan bagaimana saat ini umat islam
menjadi umat yang konsumtif, bermewah-mewahan menjadi hal yang lumrah, untuk
satu potong baju saja bisa mencapai jutaan rupiah. Tak jarang sisi kemanusiaan
kita hilang ketika kita membiasakan diri hidup mewah, yang terkadang lupa
dengan kondisi disekitar kita, tak peka terhadap keadaan tetangga, sahabat,
keluarga yang ada di sekitar kita. Memberi menjadi sulit, lebih bahagia jika
diberi. Maka tangan diatas tak lagi lebih baik daripada tangan dibawah.
Keempat,
para biduan atau yang sering kita sebut artis menjadi panutan. Tak dapat kita
pungkiri, kalangan muda-mudi lebih bangga menjadikan para artis sebagai panutan
daripada Rasulullah Saw. tak jarang mereka rela bersusah-payah untuk menjadi
seperti idolanya. Bagaimana potongan rambut anak muda saat ini mengikuti trend mode yang katanya gaul dan gaya,
potongan rambut seperti kuda atau juga memotong rambut sedikit (sering kita
sebut potongan rambut sebit) yang jelas-jelas Rasulullah Saw. larang dalam
sabdanya. Coba kita lakukan riset melalui angket dengan beberapa pertanyaan,
yang salah satunya menanyakan siapa idola anda. Fakta membuktikan, sedikit yang
menjawab Rasulullah Saw. sebagai idola, hal ini pernah dibuktikan oleh arswendo
di tahun 90-an.
Dan
yang terakhir adalah lelaki kawin dengan lelaki, atau sebaliknya perempuan
kawin dengan perempuan. Benarkah? Sudah terbukti bagaimana di negara-negara
barat pernikahan sesama jenis dihalalkan, bagaimana di negara kita tercinta
Indonesia telah terjadi banyak kasus penyimpangan seks. Yang paling menggerkan
adalah kasus Emon di sukabumi, yang menelan banyak korban. Banyak orang yang
membela pernikahan sesama jenis dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM). Akankah
nasib kita seperti kaum luth? Na’udzubilLahi min dzalik.
Lima
perkara tersebut merupakan ujian bagi kita orang-orang yang beriman kepada
Allah SWt.. kita tidak bisa hanya diam dan pasrah bukan?. Bukankah hak seorang
muslim kepada muslim lainnya adalah saling menasehati?. Bukankah kita umat
terbaik yang ciptakan untuk manusia?. sebagaimana Firman Allah SWt.:
“Kamu
(Umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 110)
Firman
Allah tersebut menjelaskan bahwa kita umat islam adalah umat yang terbaik
karena menyeru kepada yang makruf, mencegah kepada yang munkar, dan beriman
kepada Allah SWt.. peran kita sebagai orang yang beriman bukanlah diam dan
pasrah menghadapi permasahalahan dan ujian yang menjangkit manusia. karena
sejatinya tugas kita sebagai manusia adalah seperti apa yang disebutkan didalam
surat Ali ‘Imron ayat 110. Ketika kita diam, atau “sholeh sosoranganeun” apa
kita disebut umat terbaik?. Oleh karena itu, tugas kita sebagai pemuda-pemuda
yang beriman kepada Allah untuk menyelamatkan negeri ini dengan berdakwah,
bukan hanya diatas mimbar, bukan hanya dengan ucapan, tetapi berdakwahlah
dengan kapasitas yang kita miliki.
Rasulullah
Saw. berpesan kepada umat islam dalam mengahadi berbagai permasalahan akhir
zaman yang akan menjadi ujian berat bagi manusia. Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi
telah mengatakan bahwa seseorang yang tidak ia ragukan kebenarannya telah
menceritakan kepadanya dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
“Sesungguhnya
yang paling kau khawatirkan terhadap kamu sekalian sepeninggalku ada tiga
perkara: 1) Kemewahan dunia yang akan Allah karuniakan kepadamu, 2) orang yang
menta’wilkan al-Qur’an dengan ta’wil yang tidak semestinya, dan 3) kekeliruan
orang berilmu.” Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepadamu
jalan keluarnya?, 1) Apabila kamu dikaruniai dunia, maka bersyukurlah kepada
Allah, 2) ambilah ta’wil yang kamu kenal, sedang yang kamu ragukan,
kembalikanlah kepada Allah ‘Azza Wa Jala, 3) dan tunggulah orang alim itu
sampai dia kembali (kepada kebenaran), dan jangan tergesa-gesa kamu ambil
kekeliruannya.” (Marasil Abu Daud, hal. 25)
Sabda Rasulullah Saw. tersebut merupakan
pesan-pesan umum Raslullah dalam menghadapi fitnah akhir zaman. Bagaimana
maraknya kemaksiatan, salah dan benar menjadi abu-abu, orang yang beriman dan
kafir menjadi sama. Sungguh pesan Rasulullah Saw. lah yang mampu membawa kita
mengahadapi setiap ujian yang menimpa kita. Karena sebenar-benar ucapan adalah
kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw.
Maka
untuk menghadapi berbagai permasalahan yang kita hadapi kuncinya adalah
berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebagaimana firman Allah
Ta’ala:
“Hai
orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kamu kepada
Rasul dan pemimpin-pemimpin kamu. Apabila kamu saling berselisih dalam suatu
perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu sebaik-baik
dan sebagus-bagus akibat.” (Q.S. An-Nisa [4]: 59)
Juga
dalam firman-Nya yang lain:
“Dan
apa-apa yang Rasul bawa untukmu, maka ambillah, dan apa yang ia larang kamu,
maka jauhilah. Dan takutlah kepada Allah, karena Allah sangat keras siksa-Nya.”
(Q.S. al-Hasyr [59]: 7)
Dari
kedua firman Allah tersebut, menegaskan kepada kita untuk berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah agar selamat dunia dan akhirat. Karena keduanya
merupakan kunci untuk membuka kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah Saw.
bersabda:
“Dari
Katsir bin ‘Abdillah dari ayahnya dari kakeknya r.a., ia berkata, sesungguhnya
Rasulullah Saw. telah bersabda: ‘aku tinggalkan bagimu dua perkara, kamu tidak
akan sesat selama kamu berpegang teguh kepadanya, (yaitu) Kitab Allah dan
Sunnah Nabi-Nya.” (H.R. Malik; al-Muwaththa, hal. 899)
Sehingga
jelas bagi kita selaku orang-orang yang beriman, tidak ada jalan lain untuk
menyelamatkan diri dari fitnah akhir zaman, selain dari berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebarkan pemahan qur’an sunnah, selamatkan umat dari kemaksiatan.
Semua permasalahan tersebut adalah ujian bagi kita, sekaligus amanah yang Allah berukan untuk dihadapi, apakah kita hanya diam
melihat kemunkaran merajalela? Apakah kita kelu mengucapkan kebenaran? Apakah
kita pasrah pada ujian yang Allah berikan? Atau kita bangkit dan berdiri tegak
menghadapi setiap ujian kehidupan?. Sadarlah! Masalah tak akan pernah selesai
dengan “pasrah”.
0 komentar:
Posting Komentar