Hiduplah Untuk Mati!
Setiap apa yang dimulai pasti akan berakhir, ketika ada garis awal, maka tentu akan ada garis akhir. seperti halnya perlombaan marathon, berlari dari garis start dan berhenti di garis finish, tidak berlari terus menerus, melainkan berlari dengan satu tujuan yaitu mencapai garis finish. Garis akhir saat seorang pelari tak usah lagi berlari. Saat dimana pelari tertawa bangga karena juara, namun terkadang adapula pelari yang murung dan bersedih karena kalah.
Kehidupan dunia pun begitu, tidak kekal, juga tidak
abadi. Kesenangan, kesedihan, musibah, dan ujian seluruhnya akan berakhir,
berakhir saat Allah tuliskan kematian untuk kita. Mau apa kita? Apa yang akan
kita lakukan saat Allah mengutus malaikatNya untuk menjemput ruh kita,
memisahkannya dari jasad?. Akankah kita berlari? Bersembunyi ke ujung bumi? Menutup
diri dari sang Ilahi? Tak Mungkin!. Niscaya sebuah hal yang mustahil saat kita
berharap mampu berlari dari mati. Tetapi yang terpenting apakah kita akan
tertawa bahagia seperti pelari juara saat Allah menjemput dengan kematian, atau
malah murung dan bersedih seperti pelari yang kalah.
Seorang mu’min sejatinya harus percaya bahwa dunia ini
akan berakhir, yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, dan apa yang
dikerjakan dan diamalkan pasti Allah balas. Pertanyaannya sekarang bukanlah
kematian itu akan datang atau tidak, melainkan apa yang telah kita siapkan
menghadapi kematian?. Akan dalam keadaan apa Allah menjemput kita? Dalam keadaan
yang khusnul khotimah? Atau malah dalam keadaan yang su’ul khotimah?. Akankah apa
yang kita usahakan di dunia dibalas dengan balasan yang baik? Atau malah dibalas
dengan seburuk-buruk balasan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab dengan
amal dan usaha yang kita lakukan selama di dunia. Sang Rabb tak akan
mengkhianati apa yang telah kita usahakan, ia pasti memenuhi janjiNya, selama
kita menunaikan hak-hak Allah, melaksanakan yang wajib dan menghidupkan yang
sunnah. Hiduplah untuk dunia seakan-akan engkau akan hidup selamanya, namun
hiduplah untuk akhirat seakan-akan kematian akan hinggap di hadapanmu esok
hari. Maka ambillah kesempatan olehmu untuk beramal sholeh diwaktu sehat
sebelum sakit menghalangi Antara kamu dan Dia, dan diwaktu hidup sebelum
kematian menghalangi Antara kamu dan Dia.
Rasulullah Saw. Bersabda:
عَنْ
شَدَّادِ بْنِ أَوْسِ عَنْ النًبِيِّ صَلًى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الكَيِّسُ
مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ
نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ (صحيح البخاري)
“Dari syaddad bin Aus dari Nabi Saw. Beliau bersabda: ‘Orang
yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari
setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya
mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (H.R. Bukhari)
Hiduplah untuk mati! Ya, hiduplah di dunia untuk
mempersiapkan kehidupan kita setelah kematian. Kehidupan sejati yang kekal dan
tidak akan berakhir. Maka beramalah sebaik mungkin hari ini saat jasad dan ruh
masih menyatu, saat kaki masih berpijak diatas tanah dunia, karena saat ini
bukan saatnya dihisab. Namun ingatlah, bahwa kelak setelah kematian adalah saat
dimana kita dihisab dan tidak ada kesempatan lagi untuk kita beramal. Hiduplah untuk
kematianmu!
Waktu kehidupan kita di dunia amatlah singkat, tak terasa
kita yang baru saja dilahirkan telah tumbuh dewasa, rambut yang asalnya hitam
legam sekarang telah memutih, tubuh yang asalnya gagah perkasa, sekarang telah
penuh dengan kerut. Usia berlalu begitu saja, apa yang telah kita lakukan? Waktu
adalah hal terjauh yang mustahil dapat kita jangkau kembali meski hanya
sedetik. Maka rugilah manusia yang tak memanfaatkan detik-detik kehidupannya
dengan amal shalih. Akan ada 4 pertanyaan yang Allah ajukan kepada kita kelak,
pertama adalah untuk apa usia dipergunakan, kedua adalah untuk apa masa muda
dipergunakan, ketiga adalah sudahkah ilmu diamalkan, dan keempat dari mana dan
dikemanakan harta yang kita miliki. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya akan
mampu dijawab oleh amal yang kita lakukan di dunia.
Hendak berlabuh dimana kita? Di dermaga mana kita
berlabuh? Dimana tempat kita setelah kematian? Untuk apakah hari ini kita
belajar? Untuk apakah hari ini kita bekerja? Jangan samapai kita bekerja,
belajar, dan apapun itu tidak diniatkan untuk ibadah kepada Allah, jangan
sampai kita berlabuh ditempat yang salah, hingga bekerja dan belajarnya kita
menjadi sia-sia. Ingatlah, kita hidup untuk mempersiapkan kematian. Tidak akan ada
yang kita bawa kecuali amal shalih.
Kelak di yaumil akhir akan ada yang tertawa bahagia
dengan muka merona penuh bahagia, namun juga akan ada yang bersedih dengan
wajah muram penuh penyesalan. Semua karena amal yang diperbuatnya selama hidup
di dunia. Manusia yang beramal dengan baik, menjalankan yang wajib dan
menghidupkan yang sunnah tentunya akan berwajah bahagia di yaumil akhir, tetapi
mereka yang tidak mengerjakan yang wajib, apalagi menghidupkan sunnah tentunya
akan berwajah masam penuh penyesalan, sebagaimana dijelaskan di ayat-ayat
terakhir surat ‘abasa. Jadilah orang cerdas, yang beramal untuk kehidupan
setelah kematian.
Sadarlah! Jika hari ini kita masih hidup hanya demi
kenyamanan dan kebahagian dunia yang sementara, maka kita akan menjadi
orang-orang yang merugi di yaumil akhir. luruskanlah jarum hati, beramalah
untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Jika hidup sekedar
hidup, maka binatang-binatang itu pun hidup. Sahabatku, mari isi kehidupan kita
dengan ibadah, isi kehidupan kita dengan hal yang bermanfaat, bukan sekedar
kesenangan dan hiburan semata. Jangan takut pada kematian, tapi takutlah
bagaimana keadaan kita saat dipinang oleh kematian. Takutlah akan balasan yang
akan kita terima atas apa yang kita perbuat.
“Wahai Manusia, Ibumu telah melahirkanmu dalam keadaan
menangis sedangkan manusia di sekitarmu tertawa bahagia. Maka beramalah untuk
dirimu agar pada waktu matimu, kamu tertawa gembira sedang mereka menangis.”
(Min Kunuuzis Sunnah)
Hiduplah untuk Mati! Beramalah untuk kehidupan setelah
kematian!
Wallahua’lam bi shawab…
0 komentar:
Posting Komentar