Minggu, 22 November 2015

Hiduplah untuk Mati!

Hiduplah Untuk Mati!
            

Setiap apa yang dimulai pasti akan berakhir, ketika ada garis awal, maka tentu akan ada garis akhir. seperti halnya perlombaan marathon, berlari dari garis start dan berhenti di garis finish, tidak berlari terus menerus, melainkan berlari dengan satu tujuan yaitu mencapai garis finish. Garis akhir saat seorang pelari tak usah lagi berlari. Saat dimana pelari tertawa bangga karena juara, namun terkadang adapula pelari yang murung dan bersedih karena kalah.
            Kehidupan dunia pun begitu, tidak kekal, juga tidak abadi. Kesenangan, kesedihan, musibah, dan ujian seluruhnya akan berakhir, berakhir saat Allah tuliskan kematian untuk kita. Mau apa kita? Apa yang akan kita lakukan saat Allah mengutus malaikatNya untuk menjemput ruh kita, memisahkannya dari jasad?. Akankah kita berlari? Bersembunyi ke ujung bumi? Menutup diri dari sang Ilahi? Tak Mungkin!. Niscaya sebuah hal yang mustahil saat kita berharap mampu berlari dari mati. Tetapi yang terpenting apakah kita akan tertawa bahagia seperti pelari juara saat Allah menjemput dengan kematian, atau malah murung dan bersedih seperti pelari yang kalah.

            Seorang mu’min sejatinya harus percaya bahwa dunia ini akan berakhir, yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, dan apa yang dikerjakan dan diamalkan pasti Allah balas. Pertanyaannya sekarang bukanlah kematian itu akan datang atau tidak, melainkan apa yang telah kita siapkan menghadapi kematian?. Akan dalam keadaan apa Allah menjemput kita? Dalam keadaan yang khusnul khotimah? Atau malah dalam keadaan yang su’ul khotimah?. Akankah apa yang kita usahakan di dunia dibalas dengan balasan yang baik? Atau malah dibalas dengan seburuk-buruk balasan?
            Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab dengan amal dan usaha yang kita lakukan selama di dunia. Sang Rabb tak akan mengkhianati apa yang telah kita usahakan, ia pasti memenuhi janjiNya, selama kita menunaikan hak-hak Allah, melaksanakan yang wajib dan menghidupkan yang sunnah. Hiduplah untuk dunia seakan-akan engkau akan hidup selamanya, namun hiduplah untuk akhirat seakan-akan kematian akan hinggap di hadapanmu esok hari. Maka ambillah kesempatan olehmu untuk beramal sholeh diwaktu sehat sebelum sakit menghalangi Antara kamu dan Dia, dan diwaktu hidup sebelum kematian menghalangi Antara kamu dan Dia.
            Rasulullah Saw. Bersabda:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسِ عَنْ النًبِيِّ صَلًى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ (صحيح البخاري)
            “Dari syaddad bin Aus dari Nabi Saw. Beliau bersabda: ‘Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (H.R. Bukhari)
            Hiduplah untuk mati! Ya, hiduplah di dunia untuk mempersiapkan kehidupan kita setelah kematian. Kehidupan sejati yang kekal dan tidak akan berakhir. Maka beramalah sebaik mungkin hari ini saat jasad dan ruh masih menyatu, saat kaki masih berpijak diatas tanah dunia, karena saat ini bukan saatnya dihisab. Namun ingatlah, bahwa kelak setelah kematian adalah saat dimana kita dihisab dan tidak ada kesempatan lagi untuk kita beramal. Hiduplah untuk kematianmu!
            Waktu kehidupan kita di dunia amatlah singkat, tak terasa kita yang baru saja dilahirkan telah tumbuh dewasa, rambut yang asalnya hitam legam sekarang telah memutih, tubuh yang asalnya gagah perkasa, sekarang telah penuh dengan kerut. Usia berlalu begitu saja, apa yang telah kita lakukan? Waktu adalah hal terjauh yang mustahil dapat kita jangkau kembali meski hanya sedetik. Maka rugilah manusia yang tak memanfaatkan detik-detik kehidupannya dengan amal shalih. Akan ada 4 pertanyaan yang Allah ajukan kepada kita kelak, pertama adalah untuk apa usia dipergunakan, kedua adalah untuk apa masa muda dipergunakan, ketiga adalah sudahkah ilmu diamalkan, dan keempat dari mana dan dikemanakan harta yang kita miliki. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya akan mampu dijawab oleh amal yang kita lakukan di dunia.
            Hendak berlabuh dimana kita? Di dermaga mana kita berlabuh? Dimana tempat kita setelah kematian? Untuk apakah hari ini kita belajar? Untuk apakah hari ini kita bekerja? Jangan samapai kita bekerja, belajar, dan apapun itu tidak diniatkan untuk ibadah kepada Allah, jangan sampai kita berlabuh ditempat yang salah, hingga bekerja dan belajarnya kita menjadi sia-sia. Ingatlah, kita hidup untuk mempersiapkan kematian. Tidak akan ada yang kita bawa kecuali amal shalih. 
            Kelak di yaumil akhir akan ada yang tertawa bahagia dengan muka merona penuh bahagia, namun juga akan ada yang bersedih dengan wajah muram penuh penyesalan. Semua karena amal yang diperbuatnya selama hidup di dunia. Manusia yang beramal dengan baik, menjalankan yang wajib dan menghidupkan yang sunnah tentunya akan berwajah bahagia di yaumil akhir, tetapi mereka yang tidak mengerjakan yang wajib, apalagi menghidupkan sunnah tentunya akan berwajah masam penuh penyesalan, sebagaimana dijelaskan di ayat-ayat terakhir surat ‘abasa. Jadilah orang cerdas, yang beramal untuk kehidupan setelah kematian.
            Sadarlah! Jika hari ini kita masih hidup hanya demi kenyamanan dan kebahagian dunia yang sementara, maka kita akan menjadi orang-orang yang merugi di yaumil akhir. luruskanlah jarum hati, beramalah untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Jika hidup sekedar hidup, maka binatang-binatang itu pun hidup. Sahabatku, mari isi kehidupan kita dengan ibadah, isi kehidupan kita dengan hal yang bermanfaat, bukan sekedar kesenangan dan hiburan semata. Jangan takut pada kematian, tapi takutlah bagaimana keadaan kita saat dipinang oleh kematian. Takutlah akan balasan yang akan kita terima atas apa yang kita perbuat.
            “Wahai Manusia, Ibumu telah melahirkanmu dalam keadaan menangis sedangkan manusia di sekitarmu tertawa bahagia. Maka beramalah untuk dirimu agar pada waktu matimu, kamu tertawa gembira sedang mereka menangis.” (Min Kunuuzis Sunnah)
            Hiduplah untuk Mati! Beramalah untuk kehidupan setelah kematian!
            Wallahua’lam bi shawab…

0 komentar:

Posting Komentar