Rabu, 27 April 2016

ISTIQOMAH; NAFAS PERJUANGAN



عَنْ أَبِي عَمْرٍو وَقِيْلَ عَمْرَةَ، سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِاللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَارَسُوْلُ اللهِ، قُلْ لِي فِي الإِسْلَامِ قَوْلًا لَاأَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ، قَالَ: (قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ) رواه مسلم
Dari Abu ‘Amr (atau Abu ‘Amrah), dari Sufyan bin ‘Abdillah r.a. ia berkata: “aku pernah berkata: Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu. Bersabdalah Rasulullah saw: katakanlah; ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah kamu’”. (H.R. Muslim)

            Keistiqomahan merupakan kunci perjuangan dalam menegakkan Islam, tanpa keistiqomahan nilai islam tak akan pernah berdiri dengan tegak. Beriman kepada Allah dan beristiqomah dengannya adalah pengertian islam yang utuh. Rasulullah saw. Memerintahkan kita untuk senantiasa memperbarui iman dengan ucapan lisan dan mengingat di dalam hati, seraya memerintahkan kepada kita untuk teguh dalam melaksanakan amal shalih, dan menjauhi semua apa yang dilarang oleh Allah Swt. Ketika seseorang telah menyimpang meski hanya sejengkal dari jalan kebenaran, maka dirinya tak dapat dikatakan Istiqomah.
            Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa makna Istiqomah adalah senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah Swt. Istiqomah merupakan satu kata yang ringkas, namun sarat makna dan dialah rambu-rambu semua urusan. Oleh karena itu, saat Istiqomah telah hilang dari diri seorang muslim, maka hilanglah rambu-rambu kehidupannya. sehingga akan sangat mudah baginya tergelincir pada jurang kemaksiatan dan kesalahan.
            Abu al-Qasim al-Qusyairi berkata; Istiqomah adalah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan pelengkap semua urusan. Keistiqomahan akan mewujudkan segala kebaikan dengan semua aturannya, usaha yang dilakukan tanpa Istiqomah tentu hanya akan membuahkan kesia-siaan. Istiqomah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini, rusaklah kepribadian seseorang.
            Allah Swt. Berfirman:
فَاسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتُ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلاَتَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
            “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Hud [11]: 112)
            Firman Allah tersebut memerintahkan kita untuk beristiqomah di jalan kebenaran, sebagaimana orang yang bertaubat dan berhijrah menuju jalan kebaikan. Oleh karena itu, Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa tidak ada satu pun ayat al-Qur’an yang turun kepada Nabi Saw. yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Keistiqomahan ini bukan milik orang yang biasa-biasa, melainkan mereka yang luar biasa karena keluar dari kebiasaan.
            Istiqomah inilah yang akan menjadi nafas dan ruh perjuangan dakwah, menyirami setiap langkah dakwah untuk tetap tegak berjuang dalam menegakkan kebenaran. Banyak diantara pejuang di jalan dakwah yang tergelincir pada kesalahan, karena hilangnya nafas perjuangan. Maka Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk bersegera dalam mengerjakan amal shalih, sebab kelak akan muncul fitnah sebagaimana gelap-gulitanya malam sehingga seorang yang masih beriman di pagi hari, telah kafir di sore hari dan begitu pun sebaliknya.
            Jalan dakwah bukanlah jalan yang mudah, terkadang jalan begitu terjal, tersandung oleh kerikil-kerikil perjuangan. Banyak diantara manusia, tergelincir karena tak mampu menjaga diri dari benturan-benturan dakwah. Tidak sedikit pula, manusia yang berujung pada lembah kemaksiatan karena terwarnai dan tak mampu mewarnai. Benarlah apa yang diungkapkan Rasul kita, bahwa seorang sahabat dapat mencuri tabiat, jika ia berteman dengan penjual parfum, maka ia akan terciprati harumnya. Namun, jika bertemankan pandai besi, maka ia akan terciprati baunya besi.
            Berjuanglah di Jalan Allah dengan keistiqomahan, bertahanlah dalam ketaatan kepada Allah Swt. Jika hari ini kita berjuang di jalan Allah hanya sendiri, maka beristiqomahlah dalam perjuangan tersebut, jangan sampai jalan juang itu ada tetapi kita tak berada di dalamnya. Perjuangan di dunia hanya sementara, namun siksaan Allah pedih dan kekal selamanya. Ketika Istiqomah telah hilang dalam diri kita, maka terhentilah nafas perjuangan yang menjadi kunci dalam jalan dakwah seorang mukmin. Wallahua’lam bish shawab
           
Sumber rujukan:
1.      Al-Qur’anul Karim
2.      Ibnu Abdurrohim, Abu Khadijah.2006. Terjemah Ringkasan Riyadhush Shalihin. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
3.      Ibnu Daqiqi al-‘Id. Syarh al-arba’in an-Nawawi.



0 komentar:

Posting Komentar