Dahulu, orang bernafsu memekik
reformasi
Meneriakan perbaikan di negeri ini
Ditabur sejuta mimpi di seluruh pelosok
negeri
Seakan mentari akan kembali
menyinari
Menghidupkan sendi-sendi yang pernah
mati
Sehari dua hari, mimpi itu
bermekaran
Menampilkan senyum elok nan rupawan
Seperti ia benar-benar menjanjikan
kehidupan
Dimana setiap manusia memiliki
kebebasan
Memiliki yang namanya kemakmuran
Setahun dua tahun, cahaya itu redup
tertelan
Kebebasan jadi kebablasan
Kemakmuran jadi kesengsaraan
Miskin semakin miskin dikalahkan
kenyataan
Saat harapan layu tak bermekaran
Aku tak mengerti
Kemana orang-orang pergi
Seperti mati ditelan bumi
Tak peduli nasib negeri
Yang sekarat hampir mati
Oh Tuhan, maafkan diri ini
Yang belum mampu mewarnai
Dengan warna seindah pelangi
Aku hanya diam menatap pagi
Yang kehilangan cahaya mentari
Aku tahu, bumi berduka
Bahkan langit bersedih menatap
bangsa
Yang meronta-ronta dalam duka
Tenggelam dalam pahitnya realita
Lalu mati terkubur oleh rakusnya
jiwa
Bumi berduka, langit bersedih.
0 komentar:
Posting Komentar