Minggu, 29 Mei 2016

Manusia dengan Jalan Hidupnya

Kehidupan manusia adalah metamorfosa, apa ia bermetamorfosis menjadi lebih baik, atau lebih buruk, dan atau dari awal hingga akhir ia baik atau buruk. Jalan hidup manusia teramat panjang, misteri yang tak dapat diterka rasio akal. Tidak akan ada manusia yang mengetahui, esok lusa ia akan seperti apa. Setidaknya, jika manusia digolongkan menurut jalan hidupnya, ada 4 tipe golongan manusia, yaitu:


1) Manusia yang sedari awal hidupnya baik dan sholeh, lalu menutup akhir hidupnya dengan kesholehan. Salah satu contoh manusia yang seperti ini adalah 'Abdulloh bin 'Amr, beliau salah satu shahabat terbaik Rasulullah, bahkan termasuk dari rantai emas sanad. Sedari muda ia begitu rajin beribadah, bahkan karena begitu giatnya beribadah, seorang 'Abdullah bin 'Amr ditegur oleh Rasul agar tetap memikirkan dirinya. Seperti mengkhatamkan al-Qur'an tiga hari, karena 'Abdullah bin 'Amr senantiasa mengkhatamkan bacaan al-Qur'annya dalam satu hari, bahkan semalam suntuk. Inilah keistimewaan seorang 'Abdullah bin 'Amr, manusia yang sedari awal berada dalam jalan kebaikan, dan menutup kehidupannya di jalan kebaikan pula.

2) Manusia yang awal hidupnya berada dalam jalan keburukan, namun Ia berhijrah menuju jalan kebaikan, dan menutup akhir hidupnya dengan kesholehan. Contoh yang terdekat adalah seorang 'Umar bin Khattab, pemuka Mekkah yang awalnya begitu membenci Rasulullah, bahkan hingga hendak membunuhnya. Beliau adalah salah satu penentang terbesar dakwah Rasullah, namun kemudian Allah siramkan hidayah ke dalam hatinya, hingga tumbuh benih-benih keimanan di dalam hatinya. Benih itu terus ia rawat, hingga tumbuh besar menjadi pohon yang ranum dengan kesholehan. Siapa yang menyangka, seorang penentang Rasulullah yang terdepan, berubah menjadi manusia mulia yang terdepan menjaga Rasul, bahkan menjadi seoang Amirul mukminin sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar ash-shiddiq. Ialah Umar bin Khattab, seorang yang jalan hidupnya pernah berada dalam kesalahan, namun kemudian berhijrah dan menutup hidupnya dengan jalan kebaikan.

3) Manusia yang awal hidupnya berada dalam kebaikan, namun ia menutup akhir hidupnya dalam kemaksiatan. Contoh yang dapat kita ambil adalah kisah seorang Qarun, manusia yang baik di zaman Nabi Musa a.s. Ia asalnya adalah pemuda yang rajin beribadah, lalu memohon dido'akan kepada Nabi Musa agar diberikan kekayaan. Sayang seribu sayang, kekayaan tidak mendekatkan dirinya kepada Rabb, melainkan menjadikan benih sombong dalam dirinya, tamak, dan semakin jauh dari Cahaya Illahi Rabbi. Pada akhirnya, ia menutup kisah hidupnya dengan azab Allah ta'ala, Ia ditenggelamkan ke dalam tanah bersama harta-hartanya. Ialah Qarun, manusia yang awalnya berada dalam jalan kebaikan, lalu menutup akhir hidupnya dalam keburukan dan kemaksiatan.

4) Manusia yang sedari awal hidupnya berada dalam jalan keburukan, dan menutup akhir hidupnya dengan keburukan. Contoh yang paling populer, dan diabadikan dalam al-Qur'an adalah seorang Abu Lahab. Dari awal hidupnya berada dalam kejahiliyyahan dan menutup akhir hidupnya dengan kejahiliyyahan. Penentang Rasulullah, dan selalu membuat makar terhadapnya, hingga neraka jaminan atas setiap amalnya.

Begitulah kiranya, jika memandang manusia dari jalan hidupnya. Ada yang baik dan terus berada alam kebaikan, ada yang buruk lantas berhijrah, ada yang baik lantas terperosok pada keburukan, dan adapula yang buruk lantas tenggelam dalam keburukan. Sebagai seorang yang beriman, sepantasnya kita mengambil ibroh dari setiap kejadian di masa lalu. Kita ambil pelajaran-pelajaran dari kisah orang-orang terdahulu, agar iman di dalam hati senantiasa dipupuk, hingga terus tumbuh menjadi Iman yang Kokoh. Kita tidak pernah tahu, esok lusa kita mati seperti apa, namun yang jelas kita diperintahkan untuk tidak mati kecuali dalam keadaan islam (Q.S. Ali 'Imran: 102). Jika hari ini kita berada dalam kebaikan, maka istiqomahlah dalam kebaikan tersebut, jangan sampai terperosok dalam kemaksiatan. Jika hari ini kita merasa dalam keburukan, maka berhijrahlah menuju jalan kebaikan, dan beristiqomahlah dengannya.
Kita tidak bisa menjustifikasi orang yang buruk akan selalu buruk, ia adalah manusia yang memiliki potensi menjadi seorang shalih. Tugas kitalah sebagai sebaik-baik manusia, yang menyeru pada kebaikan dan mencegah kepada yang munkar. Jangan pernah bosan mengajak dalam kebaikan, karena kita tidak pernah tahu kapan hidayah itu datang. Tugas seorang yang beriman adalah terus menyampaikan kebenaran dan menyerahkan urusan hidayah pada sang pemberi hidayah.


Wallahua'lam.


Bandung, 20 Mei 2016.
Elfa Muhammad Ihsan Al Aufa

0 komentar:

Posting Komentar