Fakta
Ilmiah tentang Kucing
“Diriwayatkan dari
Dawud bin Shalih bin Dinar at-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya
akan memberikan ‘Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika sampai di rumah ‘Aisyah,
ternyata ia sedang shalat dan memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya,
setelah ‘Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa pada buburnya. Datanglah seekor
kucing, lala memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut
dimakan kucing, ‘Aisyah ra. Lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing.
‘sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, ia tidak najis. Ia binatang yang
berkeliling’. Dan ‘Aisyah juga pernah melihat Rasulullah saw. Berwudhu dari
sisa jilatan kucing”. (H.R. Abu Dawud)
Islam dan ilmu pengetahuan tidak akan bisa dipisahkan, sejatinya
setiap ilmu bersumber dari Allah Swt. Sang Pencipta yang memberikan ilmu dan
pengetahuan bagi manusia. Ilmu tidak bisa dikotak-kotakan menjadi ilmu agama
dan ilmu umum, tetapi ilmu adalah ilmu yang seharusnya menjadi penerang
perjalanan manusia di muka bumi. Bukan perkara ilmu umum atau ilmu agama,
tetapi apakah ilmu itu mendatangkan keimanan kepada sang pencari ilmu, karena
semakin tinggi ilmu seorang manusia, maka semakin takut ia kepada penciptanya.
Hadits yang ditulis di awal menjelaskan tentang kucing,
secara eksplisit hadits tersebut memerintahkan kepada kita agar menjaga dan
memperlakukan kucing dengan perlakuan yang baik, karena kucing bukanlah hewan
najis dan berbahaya. Kucing adalah salah satu binatang yang cerdas dan juga
lucu, sehingga kehadirannya menjadi penghibur dan penenang bagi pemiliknya.
Rasulullah Saw. pun memelihara seekor kucing, nama kucing milik Rasulullah Saw.
tersebut adalah Muezza. Setiap kali menerima tamu di rumah, beliau selalu
menggendong muezza dan ditaruh di atas pahanya. Salah satu sifat muezza yang
paling disukai Rasululah Saw. adalah ia selalu mengeong saat mendengar suara
adzan berkumandang. Karena rasa sayang terhadap kucingnya, Rasulullah Saw. pun
berpesan untuk selalu menyayangi kucing layaknya menyayangi keluarga sendiri.
Lantas mengapa Rasulullah Saw. memperbolehkan memelihara
kucing? Memerintahkan untuk merawat dan menjaganya? Memperlakukan dengan penuh
kasih sayang?. Mengapa bukan anjing yang patuh dan dapat menjadi seekor
penjaga?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut nyatanya dapat dibuktikan dengan
kebenaran ilmiah. Penelitian-penelitian hari ini, membuktikan sinergitas islam
dan ilmu pengetahuan. Nyatanya apa yang Rasul ungkapkan 1400 tahun yang lalu,
hari ini telah dibuktikan dengan kebenaran ilmu pengetahuan. Nyatanya apa yang
baru mampu diungkapkan oleh para ilmuwan hari ini, sudah terlebih dahulu
dijelaskan oleh Rasul 1400 tahun yang lalu.
Terdapat dua fakta ilmiah tentang kucing yang memperkuat
perintah Rasulullah Saw. untuk memelihara dan menjaga kucing. Pertama, pada
kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot tersebut
juga dapat menyesuaikan dan beradaptasi terhadap sentuhan manusia. Pada
permukaan lidah kucing terdapat benjolan-benjolan kecil runcing yang
menutupinya. Benjolan ini berbentuk bengkok mengkerucut seperti gergaji.
Setelah melalui penelitian, ternyata bentuk ini sangat berguna untuk
membersihkan kulitnya. Sehingga kita dapat melihat bagaimana cara kucing
membersihkan dirinya, yaitu dengan menjilati bulu-bulunya. Lidah kucing ini
merupakan alat pembersih yang paling canggih, dimana permukaan kasarnya dapat
membuang bulu-bulunya yang mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di
badannya. Selain itu, ketika kucing minum tidak setetes pun cairan terjatuh
dari lidahnya.
Kedua, telah dilakukan berbagai penelitian terhadap
kucing dari beberapa perbedaan usia, posisi kulit, punggung, bagian dalam
telapak kaki, pelindung mulut dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan
pengambilan sampel dengan usapan. Selain itu, dilakukan juga penanaman kuman
pada bagian-bagian khusus dan diambil cairan khusus yang terdapat pada dinding
mulut dan lidahnya. Setelah dilakukan penelitian tersebut, didapati sebuah
hasil yang mencengangkan. Hasil sampel yang diambil dari kulit luar kucing
ternyata negatif dari kuman, meski hal ini dilakukan berulang-ulang.
Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika
dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut. Cairan yang diambil dari
permukaan lidah kucing pun memberikan hasil yang negatif dari kuman. Jika
terdapat kuman dalam proses penelitian pun, kuman tersebut dinyatakan sebagai
kuman bisaa sebagaimana kuman yang bisa berkembang pada tubuh manusia.
Bahkan, menurut berbagai sumber penelitian yang dapat
dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak
memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan. Dr. George Maqshud
(ketua laboratorium di Rumah Sakit Baitharah) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu
ada, maka kucing tersebut pasti telah sakit. Sementara itu, Dr. Gen Gustafsiri
berhasil menemukan bahwa kuman yang paling banyak justru terdapat pada anjing,
kemudian manusia ¼ kuman anjing, dan kucing hanya ½ kuman manusia.
Saaid Rafah (dokter hewan di salah satu rumah sakit hewan
di damaskus) berhasil menemukan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang
bernama Lysozyme. Perangkat inilah yang berfungsi untuk membersihkan kuman pada
tubuh kucing. Dari fakta ilmiah yang ditemukan ini lah, kita harusnya semakin
yakin pada kebenaran Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber kehidupan umat
islam. Karena sebenar-benarnya ucapan adalah Kitabulloh, dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw. jauh sebelum fakta-fakta ilmiah itu
diungkapkan, sungguh 1400 tahun yang lalu Rasul kita telah membuktikannya,
dengan memerintahkan kita menjaga dan memelihara kucing, serta senantiasa
menyayangi kucing sebagaimana menyayangi keluarga. Wallahu’alam bi Shawab.
0 komentar:
Posting Komentar