Minggu, 12 April 2015

Islam dan Ilmu Pengetahuan


Fakta Ilmiah tentang Kucing

            Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih bin Dinar at-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya akan memberikan ‘Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika sampai di rumah ‘Aisyah, ternyata ia sedang shalat dan memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah ‘Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa pada buburnya. Datanglah seekor kucing, lala memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, ‘Aisyah ra. Lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing. ‘sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling’. Dan ‘Aisyah juga pernah melihat Rasulullah saw. Berwudhu dari sisa jilatan kucing”. (H.R. Abu Dawud)
            Islam dan ilmu pengetahuan tidak akan bisa dipisahkan, sejatinya setiap ilmu bersumber dari Allah Swt. Sang Pencipta yang memberikan ilmu dan pengetahuan bagi manusia. Ilmu tidak bisa dikotak-kotakan menjadi ilmu agama dan ilmu umum, tetapi ilmu adalah ilmu yang seharusnya menjadi penerang perjalanan manusia di muka bumi. Bukan perkara ilmu umum atau ilmu agama, tetapi apakah ilmu itu mendatangkan keimanan kepada sang pencari ilmu, karena semakin tinggi ilmu seorang manusia, maka semakin takut ia kepada penciptanya.
            Hadits yang ditulis di awal menjelaskan tentang kucing, secara eksplisit hadits tersebut memerintahkan kepada kita agar menjaga dan memperlakukan kucing dengan perlakuan yang baik, karena kucing bukanlah hewan najis dan berbahaya. Kucing adalah salah satu binatang yang cerdas dan juga lucu, sehingga kehadirannya menjadi penghibur dan penenang bagi pemiliknya. Rasulullah Saw. pun memelihara seekor kucing, nama kucing milik Rasulullah Saw. tersebut adalah Muezza. Setiap kali menerima tamu di rumah, beliau selalu menggendong muezza dan ditaruh di atas pahanya. Salah satu sifat muezza yang paling disukai Rasululah Saw. adalah ia selalu mengeong saat mendengar suara adzan berkumandang. Karena rasa sayang terhadap kucingnya, Rasulullah Saw. pun berpesan untuk selalu menyayangi kucing layaknya menyayangi keluarga sendiri.
            Lantas mengapa Rasulullah Saw. memperbolehkan memelihara kucing? Memerintahkan untuk merawat dan menjaganya? Memperlakukan dengan penuh kasih sayang?. Mengapa bukan anjing yang patuh dan dapat menjadi seekor penjaga?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut nyatanya dapat dibuktikan dengan kebenaran ilmiah. Penelitian-penelitian hari ini, membuktikan sinergitas islam dan ilmu pengetahuan. Nyatanya apa yang Rasul ungkapkan 1400 tahun yang lalu, hari ini telah dibuktikan dengan kebenaran ilmu pengetahuan. Nyatanya apa yang baru mampu diungkapkan oleh para ilmuwan hari ini, sudah terlebih dahulu dijelaskan oleh Rasul 1400 tahun yang lalu.
            Terdapat dua fakta ilmiah tentang kucing yang memperkuat perintah Rasulullah Saw. untuk memelihara dan menjaga kucing. Pertama, pada kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot tersebut juga dapat menyesuaikan dan beradaptasi terhadap sentuhan manusia. Pada permukaan lidah kucing terdapat benjolan-benjolan kecil runcing yang menutupinya. Benjolan ini berbentuk bengkok mengkerucut seperti gergaji. Setelah melalui penelitian, ternyata bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulitnya. Sehingga kita dapat melihat bagaimana cara kucing membersihkan dirinya, yaitu dengan menjilati bulu-bulunya. Lidah kucing ini merupakan alat pembersih yang paling canggih, dimana permukaan kasarnya dapat membuang bulu-bulunya yang mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya. Selain itu, ketika kucing minum tidak setetes pun cairan terjatuh dari lidahnya.
            Kedua, telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dari beberapa perbedaan usia, posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sampel dengan usapan. Selain itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus dan diambil cairan khusus yang terdapat pada dinding mulut dan lidahnya. Setelah dilakukan penelitian tersebut, didapati sebuah hasil yang mencengangkan. Hasil sampel yang diambil dari kulit luar kucing ternyata negatif dari kuman, meski hal ini dilakukan berulang-ulang. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut. Cairan yang diambil dari permukaan lidah kucing pun memberikan hasil yang negatif dari kuman. Jika terdapat kuman dalam proses penelitian pun, kuman tersebut dinyatakan sebagai kuman bisaa sebagaimana kuman yang bisa berkembang pada tubuh manusia.
            Bahkan, menurut berbagai sumber penelitian yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan. Dr. George Maqshud (ketua laboratorium di Rumah Sakit Baitharah) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing tersebut pasti telah sakit. Sementara itu, Dr. Gen Gustafsiri berhasil menemukan bahwa kuman yang paling banyak justru terdapat pada anjing, kemudian manusia ¼ kuman anjing, dan kucing hanya ½ kuman manusia.
            Saaid Rafah (dokter hewan di salah satu rumah sakit hewan di damaskus) berhasil menemukan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bernama Lysozyme. Perangkat inilah yang berfungsi untuk membersihkan kuman pada tubuh kucing. Dari fakta ilmiah yang ditemukan ini lah, kita harusnya semakin yakin pada kebenaran Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber kehidupan umat islam. Karena sebenar-benarnya ucapan adalah Kitabulloh, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw. jauh sebelum fakta-fakta ilmiah itu diungkapkan, sungguh 1400 tahun yang lalu Rasul kita telah membuktikannya, dengan memerintahkan kita menjaga dan memelihara kucing, serta senantiasa menyayangi kucing sebagaimana menyayangi keluarga. Wallahu’alam bi Shawab.

0 komentar:

Posting Komentar