This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Mei 2016

Konsep Tuhan


Kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia adalah mutlak, karena tak mungkin ada manusia yang tidak bertuhan. Sekalipun ateis, mereka tentu memiliki tuhan, seperti tuhan nafsu, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari segi bahasa, tuhan adalah sesuatu yang disembah atau diibadahi. Tuhan dalam bahasa arab disebut dengan illah, Ragib al-ashfahani menjelaskan bahwa ilah adalah ‘abid atau ma’bud, yaitu sesuatu yang disembah. Maka apapun yang menjadi sesembahan manusia ataupun yang diibadahi, ia akan menjadi tuhannya manusia. Ia yang disembah manusia, akan menjadi illahnya manusia. Sehingga perlu ditanya diri kita, siapakah illah kita? Ketidak mampuan manusia dan ketidak sempurnaannya, membuatnya menggantungkan harapan pada sesuatu, yaitu Tuhan.

Konsep Nabi dan Wahyu


Wahyu merupakan sumber hukum dalam islam yang paling tinggi, dimana setiap perkara dikembalikan kepadanya. Wahyu inilah yang menguatkan islam, dimana islam bersumber pada kalam Illahi yaitu wahyu, bukan hasil pemikiran atupun imajinasi manusia. Selain itu, wahyu inilah yang menjadi pembeda antara islam dengan agama yang lain. Unsur dalam wahyu ini adalah pemberi berita dan penerima berita tersebut. Pemberi berita tentunya adalah Allah Swt. dan penerima berita adalah Nabi. Oleh karena itu menjadi penting bagi kita memahami konsep wahyu dan nabi.

KONSEP MANUSIA


         
   Manusia dalam pandangan islam merupakan makhluk bi-dimensional yang diciptakan sebagai khalifah di Muka Bumi. Manusia terlahir dalam keadaan fitrah atau suci. Ia tersusun atas unsur jasad fisik dan ruhani, dimana keduanya sama-sama penting dalam membangun pribadi yang paripurna. Keduanya tak bias dipisahkan, tetapi harus saling membangun dan berkaitan. Jika hanya fisiknya saja yang baik tanpa dibareni dengan kualitas ruhani yang baik, maka binasalah nilai hakiki dari seorang manusia.

Minggu, 29 Mei 2016

Manusia dengan Jalan Hidupnya

Kehidupan manusia adalah metamorfosa, apa ia bermetamorfosis menjadi lebih baik, atau lebih buruk, dan atau dari awal hingga akhir ia baik atau buruk. Jalan hidup manusia teramat panjang, misteri yang tak dapat diterka rasio akal. Tidak akan ada manusia yang mengetahui, esok lusa ia akan seperti apa. Setidaknya, jika manusia digolongkan menurut jalan hidupnya, ada 4 tipe golongan manusia, yaitu:

Senin, 23 Mei 2016

Bertemu yang di"Rindu"

         
Saat seseorang mencintai sesuatu, ia pasti akan senantiasa merindu untuk bertemu. Perhatikanlah dua orang insan yang saling mencinta, menanti ibarat siksaan, bertemu adalah anugerah bagi yang saling mencinta. Ketika hendak bertemu dengan yang dicinta dan dirindu, pastinya kita akan mempersiapkan segala hal saat bertemu dengannya, pakaian yang rapih, parfum yang wangi, diri yang bersih, dan persiapan-persiapan lainnya saat hendak bertemu yang dicinta dan dirindu. Persiapan itu adalah bukti cinta dan merindunya kita, sehingga kita ingin tampil sempurna saat bertemu dengan yang dicinta dan dirindu.

Sabtu, 21 Mei 2016

Sehidup Seperjuangan, Sehidup Sepenanggungan.



Pagi ini saya membaca beberapa buku, salah satunya buku kisah tentang salman alfarisi, seorang sahabat yang penuh perjuangan dalam mencari kebenaran tuhannya, yaitu Allah swt. buku karangan Syahril A. Latif ini menceritakan perjalanan singkat seorang salman alfarisi dari mulai proses pencarian kebenaran, hingga bertemu Rasulullah dan menyaksikan kebenaran-kebenaran ucapan Rasulullah di masa yang akan datang. Sebenarnya saya sudah pernah membacanya, tapi saat hendak membereskan buku-buku yang bertebaran, entah kenapa rasanya ingin kembali mengulang bacaan tentang kisah seorang salman alfarisi. Mengulang bacaan sejatinya tidak sia-sia, meski secara dzahir bacaanmu tak bertambah, bisa saja pemahamanmu yang bertambah atas bacaan tersebut.

Jumat, 20 Mei 2016

Menyemai Rindu


          
Tetes embun masih setia melekat di ujung dedaunan, mentari baru terbangun dari tidur lelapnya semalam. Pagi ini, aku dan guruku hendak melakukan perjalanan panjang. Kami hendak pergi kemana? Entahlah, aku pun tak tahu kami hendak kemana. Aku hanya duduk tertegun di kursi mobil, memandangi jalan yang asing, tak pernah kutemui sebelumnya. “Kita hendak kemana ustadz?” tanyaku padanya. “duduk saja dan nikmati perjalanan, nanti juga kau mengerti” jawabnya. Aku hanya diam, tak kembali bertanya, karena aku tahu bahwa guruku tak akan membawaku ke tempat yang salah, kelak kemudian aku dapat memetik hikmah dari perjalanan ini.

Tentang Hujan


          
Matahari terik menyengat, menemani pembelajar yang tak bosan belajar meski tak kunjung pandai. Hari ini, pembelajar itu belajar pemikiran islam di kampus Padjajaran, memaknai sains dari sudut pandang Islam. Pembelajar itu datang terlambat, karena sebelumnya ia perlu melahap soal demi soal tentang ekologi tanaman. Akhirnya, ia hanya mendengar sebuah jawaban tentang sains dan islam, tanpa mendengarkan materi secara utuh terlebih dahulu.

Memaknai Kebangkitan


           
Kebangkitan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kebangunan atau menjadi sadar. Kebangkitan nasional dimulai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, dimana ditandai dengan bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang tidak pernah muncul selama penjajahan berkuasa dan bumi pertiwi ini dikuasai oleh Belanda dan Jepang (www.indoberita.com). Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kebangkitan nasional adalah sadarnya bangsa ini untuk bangkit dan bersatu memperjuangkan masa depan bangsa Indonesia.

Kamis, 19 Mei 2016

Islamic worldview


KONSEP ILMU[1]
           
Ilmu merupakan pengetahuan terkait sesuatu yang akan mengantarkan kita pada kebenaran. Setiap pengetahuan adalah ilmu bagi pemiliknya, dimana ilmu terasa oleh diri. Namun, kemudian dunia barat memahami sesuatu yang disebut ilmu harus terlebih dahulu ditentukan kebenarannya melalui pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini menggunakan metode pendekatan positivistik, yaitu sesuatu dianggap ilmu saat semuanya mengakui kebenarannya. Contohnya adalah gula itu manis, atau garam itu asin. Pernyataan tersebut diakui semua orang, sehingga dapat disebut ilmu.

Catatan kecil untuk para pemuda.

Menikahlah, jika tak mampu shaumlah!

Bagi seorang insan yang telah mampu secara fisik, ruhani, maupun Ilmu untuk menikah, maka menikahlah. Menikah menjadi solusi pertama bagi seorang insan yang mencintai, dan telah mampu untuk menikah. Maka cintanya pada seorang insan akan dibalut dalam bingkai yang halal, menjalaninya menjadi ibadah dan amal shalih.
Namun, jika kemudian kita belum mampu untuk menikah, maka shaumlah. Shaum menjadi solusi kedua, bagi para pemuda yang belum mampu untuk menikah. Hakikat shaum bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tapi ia lebih baik untuk menundukan nafsu dan pandangan. Maka bagi yang belum mampu untuk menikah, perbanyaklah shaum, agar shaum itu menjagamu dari nafsu syaithan.

Pendidikan Adab; Solusi dekadensi moral.

Pendidikan pada hakikatnya bukan sekedar proses transfer ataupun sharing ilmu, tetapi pendidikan adalah proses mendidik dan menanamkan nilai-nilai etika dalam kehidupan. Jika melihat 'ulama-'ulama salaf, mereka terlebih dahulu mempelajari adab, baru kemudian berproses mencari Ilmu. Hal ini menandakan pentingnya adab atau akhlaq dalam kehidupan, bukan hanya sekedar berilmu. Maka pendidikan sejatinya bukan hanya mencetak generasi yang cerdas secara kognitif, tetapi juga harus mampu mencetak generasi yang cerdas secara emosional dan spiritual. Al-'adab qoblal 'ilm. Manusia pintar tanpa akhlaq yang baik hanya akan membuahkan sikap sombong dan angkuh, tak jarang ilmunya malah semakin menjauhkannya dari Rabb semesta Alam.