Sabtu, 02 Juli 2016

Nasihat Penghujung Ramadhan

Di penghujung Ramadhan, tentu banyak orang mempersiapkan diri menyambut hari fitri di bulan syawal. Baju baru, sepatu baru, segala sesuatu yang baru telah siap menyambut hari fitri yang dirindu segenap muslim di seluruh penjuru bumi. Namun, apa sebenarnya hakikat dalam menjalani bulan Ramadhan? Apa sebenarnya tujuan Ramdhan? Apa hanya sekedar berpakaian baru di hari fitri? Tentu ada hal yang perlu kita renungkan, untuk apa sebenarnya kita menjalani Ibadah Ramadhan.


Teringat pada sebuah sabda Rasulullah saw.:
"Betapa banyak orang yang shaum, yang ia dapatkan dari shaumnya hanya lapar dan haus" (H.R. Ahmad)

Sabda Rasulullah saw. tentu harus menjadi perhatian lebih bagi kita kaum muslimin. Apakah kemudian shaum kita hanya sekedar berhaus ria atau sekedar berlapar-lapar?. Tentu akan sangat rugi jika ibadah shaum kita hanya mendapatkan haus dan lapar saja, tanpa membekaskan atsar yang baik dari ibadah shaum kita. Maka pantas, jika para shahabat senantiasa bersedih di penghujung Ramadhan, karena hendak ditinggal pergi oleh bulan yang penuh dengan keberkahan. Namun sebaliknya, umat muslim hari ini lebih banyak yang bahagia di penghujung Ramadhan, karena merasa akan terlepas dari rantai siksa lapar dan haus. Na'udzubillahi min dzalik, semoga kita tidak termasuk umat muslim yang demikian.

Ibadah Ramadhan sejatinya bulan tarbiyyah, menempa diri kita menjadi Insan yang bertakwa kepada Allah. Sehingga di akhir Ramadhan, terlahir Insan-insan yang semakin mendekatkan diri pada Rabbnya. Maka menuju hari fitri nanti, ada hal yang perlu kita tanyakan pada diri. "Sudahkah Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan yang lalu? Sehingga kita termasuk golongan orang yang beruntung. Atau malah tidak ada bedanya Ramadhan tahun ini dengan Ramadhan yang lalu? Sehingga kita termasuk golongan orang yang merugi. Atau malah Ramadhan kita tahun ini lebih buruk dari Ramadhan yang lalu? Sehingga kita termasuk orang-orang yang celaka!". Jangan sampai Ramadhan berlalu, sementara tak sedikit pun ampunan kita dapatkan.

Pantas jika Rasulullah saw. senantiasa memohon ketetapan hati, dan semakin menyibukkan diri di penghujung Ramadhan, karena Beliau menyadari bahwa akan ada sebelas bulan selanjutnya yang menguji kekuatan ibadah Ramadhan. Sukses atau tidak Ibadah Ramadhan kita, tercermin dari sebelas bulan setelahnya. Apakah kita menjadi Insan Ramadhani, yang hanya giat beribadah di bulan ramadhan saja, namun lalai di sebelas bulan berikutnya. Ataukah kita mampu menjadi Insan Rabbani, yang senantiasa menjaga Ibadahnya dimanapun dan kapan pun. Semoga kita mampu menjaga kesuksesan ibadah Ramadhan kita, dengan tetap ber-Ramadhan kapan pun dan dimanapun. Karena suksesnya Ramadhan tak dinilai dari baju atau sepatu baru!. Nasihat di penghunjung Ramadhan, untuk diri yang kadang masih lalai pada perintah Illahi Rabbi.
Wallahua'lam.



Bandung, 3 Juli 2016/28 Ramadhan 1437 H
I'tikaf Produktif!

2 komentar: