TIGA PERKARA SAHABAT MANUSIA
Maka dari
itu, manusia dalam kehidupannya ditemani oleh sahabat yang senantiasa
mengiringinya dalam menjalani kehidupan. Ada tiga perkara yang senantiasa
mengiringi kita didalam kehidupan, yaitu keluarga, harta, dan amal. Ketika kita
meninggal dunia, jasad kita akan dimasukan kedalam liang lahat. Mungkin saat
itu, kawan-kawan, saudara-saudara, maupun keluarga kita akan menangisi
kepergian kita. Kita membutuhkan keluarga kita, yang akan mengurus kebutuhan
pemeliharaan kita. Mulai dari memandikan hingga menguburkan jasad kita.
Pada
hakikatnya, manusia memang membutuhkan teman hidup dalam menjalani
kehidupannya. Seperti halnya seorang suami yang membutuhkan istri, yang kelak
akan mengurus rumah tangga dan akan melahirkan keturunan-keturunan dari
rahimnya, yang kelak akan menjadi generasi penerus. Bahkan sampai kelak
mengantarkan kita ke liang lahat. Ketika kita meninggal, lalu dimasukan kedalam
liang lahat, lalu ditutup oleh tanah merah dan diinjak-injak oleh sahabat yang
dulu setia. Setelah itu, sahabat kita pun kembali dan meninggalkan kuburan kita.
Begitulah
hakikatnya, ketika kita meninggal dunia maka harta dan keluarga akan kembali,
kecuali amal yang akan menemani kita dengan setia di alam barzah. Harta dan
keluarga tidak akan ikut masuk ke dalam kuburan untuk menemani kita sampai hari
kiamat. Rasulullah Saw. bersabda:
“Dari Anas
bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Tiga perkara yang akan
mengikuti mayat, yaitu keluarga, hartanya, dan amalnya, serta akan kembali
keluargnya dan hartanya, dan yang tinggal hanya satu, yaitu amalnya saja. (H.R.
Syaikhani, Tirmidzi)
Agar lebih
jelas, perlu dibahas mengenai tiga perkara tersebut yang menjadi sahabat kita.
a. Keluarga
Sudah takdirnya Allah SWt.
menciptakan manusia ke alam dunia melalui perantara seorang ibu dan ayahnya. Manusia
lahir ke dunia tanpa sehelai benang pun yang menutupinya, dan terlahir dalam
keadaan menangis dan juga lemah. Kita hanya bisa menangis dan tak berdaya,
tidak seperti hewan yang terlahir ke dunia, dalam hitungan beberapa jam sudah
bisa berlari. Betapa lemahnya manusia ketika lahir ke dunia.
Islam dalam masalah kerumah tanggaan
telah mengatur dengan sangat baik. Agar dapat menjadi keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahhmah, dan berada dalam pertolongan Allah SWt. dan terhindar
macam-macam godaan yang bisa menghancurkan rumah tangga. Seorang suami harus
bisa menjaga istrinya, menyayangi, dan mencintai istrinya. Begitu pun
sebaliknya, seorang istri harus bisa menjaga kehormatan suaminya, dengan
menjadi istri yang sholehah, yang bisa menjaga nama baik suaminya.
Maka, seorang suami harus bisa
memimpin keluarganya agar terhindar dari api neraka, Allah SWt. berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu..” (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)
Dari ayat tersebut, Allah SWt.
menjelaskan kepada kita untuk menjaga keluarga kita, bahwa keluarga adalah
ujian, jangan sampai keluarga menjadi penghalang kita untuk beribadah
kepada-Nya, tetapi jadikan keluarga yang diridhoi oleh Allah SWt. jadikan
anak-anak kita, pasangan kita, menjadi keluarga yang sholeh. Sehingga ketika
kita meninggal dunia, dapat meniggalkan keluarga yang sholeh, yang senantiasa
berlandaskan Qur’an dan Sunnah, yang senantiasa mendo’akan kita, dan akan
menjadi amal baik yang terus mengalir untuk kita.
b. Harta
Pada dasarnya, manusia membutuhkan
harta dalam kehidupannya. Bahkan amal ibadah yang kita lakukan pun berkaitan
dengan harta. Seperti zakat, infaq, shadaqoh, qurban, dan lain sebagainya.
Namun, banyak manusia yang menjadikan harta sebagai tujuan. Bekerja siang
sampai malam untuk mencari harta sebagai bekal kehidupan. Bahkan harta dianggap
sebagai sumber kebahagiaan manusia.
Islam memang tidak melarang manusia
untuk memiliki harta, bahkan islam menganjurkan umat islam itu menjadi orang
kaya. Agar bisa membantu saudara-saudaranya yang lain. Namun jangan jadikan
harta sebagai tujuan, tetapi perantara untuk kita mendapatkan keridhoan Allah
SWt.
Allah SWt. berfirman:
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat
dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu
melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita
harus mencari kebaikan kelak di akhirat dengan beribadah, namun juga tidak
melupakan dunia. Harta merupakan ujian dari Allah SWt. untuk menguji sampai
mana manusia mampu menjaga hartanya dan bagaimana kita menggunakan harta
tersebut. Apakah harta itu kita syukuri dengan digunakan di jalan Allah atau
malah digunakan di jalan maksiat. Sehingga harta tidak dijadikan sebagai tujuan
tapi dijadikan alat untuk beribadah kepada Allah SWt.
Dalam islam, banyaknya harta bukanlah
indikasi seseorang mendapatkan kebahagiaan, tapi kebesaran hati atau lapang
dada, serta mensyukuri segala apa yang Allah rizkikan kepada kita, itulah yang
dinamakan kebahagiaan. Rasulullah Saw. bersabda:
“yang disebut bahagia itu bukanlah
yang banyak hartanya tapi yang besar hatinya.” (Muttafaqun Alaihi)
Harta merupakan sahabat sementara
kita selama di dunia. Ketika ajal menjemput, harta tersebut akan berpisah
dengan kita. Oleh karena itu, pergunakanlah harta sebaik mungkin sebelum ajal
menjemput. Jadikan harta sebagai amal jariyyah yang menjadi ganjaran yang
mengalir terus menerus. Karena sesungguhnya harta tersebut hanyalah titipan
Allah, untuk menjadi perantara kita beribadah kepada Allah SWt.
c. Amal
Amal itu ada dua macam, yaitu amal
baik dan amal buruk. Hidup manusia tidak bisa terlepas dari manusia, tiap
langkah dan gerak manusia tidak jauh dari amal, namun entah amal baik atau amal
buruk yang menemani. Namun yang jelas, Allah SWt. sudah mengutus utusannya
yaitu Nabi Muhammad Saw. yang akan menunjukan manusia jalan yang lurus, yaitu
jalan yang diridhoi oleh Allah SWt. juga dijelaskan secara rinci di dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah layaknya obor yang menerangi jalan manusia di tengah
kegelapan.
Amal merupakan sahabat sejati,
berbeda dengan harta dan keluarga yang hanya setia di dunia. Tetapi amal akan
mengikuti kita sampai ajal datang, ikut kea lam kubur, dan segala amal kita
akan mendapatkan balasannya. Di dalam islam tidak ada transfer pahala, setiap
manusia menanggung segala hasil amal perbuatan yang dilakukan. Sebagaiman firman
Allah SWt.:
“Agar Allah member balasan kepada
setiap orang terhadap apa yang dia usahakan. Sungguh, Allah Maha Cepat
perhitungan-Nya.” (Q.S. Ibrahim [14]: 51)
Oleh karena
itu, Allah tidak memandang manusia karena harta ataupun jabatannya, tetapi Allah
memandang manusia itu karena hatinya dan amal perbuatannya serta akhlaqnya,
walaupun amalnya sebesar biji sawi. Amal baik balasannya pun baik, dan amal
buruk balasannya juga buruk.
Sebab itu,
manusia mengingatkan kita untuk sadar bahwa hidup di dunia itu sementara. Maka
persiapkanlah akhiratmu dengan baik. Jadikan tiga perkara tersebut sebagai
pengantar yang baik bagi kita menuju surga. Meskipun harta dan keluarga hanya
menemani di dunia, namun jadikan keduanya sebagai perantara beribadah
kepada-Nya, agar amal ibadah kita menjadi bekal yang cukup untuk menggapai
surga-Nya.
Wallahu’alam
bi Shawab.a
0 komentar:
Posting Komentar