Rabu, 26 Februari 2014

Sahabat sejati hanyala Amal KITA!

TIGA PERKARA SAHABAT MANUSIA
           
Manusia merupakan makhluk Allah yang sangat lemah. Tak bisa hidup sendiri, karena manusia merupakan mahluk homo homini socius, mahluk social yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Seperti halnya dokter yang tidak bisa mengobati dirinya sendiri, ataupun seorang murid yang tidak akan tiba-tiba pintar tanpa ada perantara ilmu berupa seorang guru. Itulah hakikatnya seorang manusia, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
            Maka dari itu, manusia dalam kehidupannya ditemani oleh sahabat yang senantiasa mengiringinya dalam menjalani kehidupan. Ada tiga perkara yang senantiasa mengiringi kita didalam kehidupan, yaitu keluarga, harta, dan amal. Ketika kita meninggal dunia, jasad kita akan dimasukan kedalam liang lahat. Mungkin saat itu, kawan-kawan, saudara-saudara, maupun keluarga kita akan menangisi kepergian kita. Kita membutuhkan keluarga kita, yang akan mengurus kebutuhan pemeliharaan kita. Mulai dari memandikan hingga menguburkan jasad kita.

            Pada hakikatnya, manusia memang membutuhkan teman hidup dalam menjalani kehidupannya. Seperti halnya seorang suami yang membutuhkan istri, yang kelak akan mengurus rumah tangga dan akan melahirkan keturunan-keturunan dari rahimnya, yang kelak akan menjadi generasi penerus. Bahkan sampai kelak mengantarkan kita ke liang lahat. Ketika kita meninggal, lalu dimasukan kedalam liang lahat, lalu ditutup oleh tanah merah dan diinjak-injak oleh sahabat yang dulu setia. Setelah itu, sahabat kita pun kembali dan meninggalkan kuburan kita.
            Begitulah hakikatnya, ketika kita meninggal dunia maka harta dan keluarga akan kembali, kecuali amal yang akan menemani kita dengan setia di alam barzah. Harta dan keluarga tidak akan ikut masuk ke dalam kuburan untuk menemani kita sampai hari kiamat. Rasulullah Saw. bersabda:
            “Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Tiga perkara yang akan mengikuti mayat, yaitu keluarga, hartanya, dan amalnya, serta akan kembali keluargnya dan hartanya, dan yang tinggal hanya satu, yaitu amalnya saja. (H.R. Syaikhani, Tirmidzi)
            Agar lebih jelas, perlu dibahas mengenai tiga perkara tersebut yang menjadi sahabat kita.
a.     Keluarga
Sudah takdirnya Allah SWt. menciptakan manusia ke alam dunia melalui perantara seorang ibu dan ayahnya. Manusia lahir ke dunia tanpa sehelai benang pun yang menutupinya, dan terlahir dalam keadaan menangis dan juga lemah. Kita hanya bisa menangis dan tak berdaya, tidak seperti hewan yang terlahir ke dunia, dalam hitungan beberapa jam sudah bisa berlari. Betapa lemahnya manusia ketika lahir ke dunia.
Islam dalam masalah kerumah tanggaan telah mengatur dengan sangat baik. Agar dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahhmah, dan berada dalam pertolongan Allah SWt. dan terhindar macam-macam godaan yang bisa menghancurkan rumah tangga. Seorang suami harus bisa menjaga istrinya, menyayangi, dan mencintai istrinya. Begitu pun sebaliknya, seorang istri harus bisa menjaga kehormatan suaminya, dengan menjadi istri yang sholehah, yang bisa menjaga nama baik suaminya.
Maka, seorang suami harus bisa memimpin keluarganya agar terhindar dari api neraka, Allah SWt. berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..” (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)
Dari ayat tersebut, Allah SWt. menjelaskan kepada kita untuk menjaga keluarga kita, bahwa keluarga adalah ujian, jangan sampai keluarga menjadi penghalang kita untuk beribadah kepada-Nya, tetapi jadikan keluarga yang diridhoi oleh Allah SWt. jadikan anak-anak kita, pasangan kita, menjadi keluarga yang sholeh. Sehingga ketika kita meninggal dunia, dapat meniggalkan keluarga yang sholeh, yang senantiasa berlandaskan Qur’an dan Sunnah, yang senantiasa mendo’akan kita, dan akan menjadi amal baik yang terus mengalir untuk kita.
b.     Harta
Pada dasarnya, manusia membutuhkan harta dalam kehidupannya. Bahkan amal ibadah yang kita lakukan pun berkaitan dengan harta. Seperti zakat, infaq, shadaqoh, qurban, dan lain sebagainya. Namun, banyak manusia yang menjadikan harta sebagai tujuan. Bekerja siang sampai malam untuk mencari harta sebagai bekal kehidupan. Bahkan harta dianggap sebagai sumber kebahagiaan manusia.
Islam memang tidak melarang manusia untuk memiliki harta, bahkan islam menganjurkan umat islam itu menjadi orang kaya. Agar bisa membantu saudara-saudaranya yang lain. Namun jangan jadikan harta sebagai tujuan, tetapi perantara untuk kita mendapatkan keridhoan Allah SWt.
Allah SWt. berfirman:

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus mencari kebaikan kelak di akhirat dengan beribadah, namun juga tidak melupakan dunia. Harta merupakan ujian dari Allah SWt. untuk menguji sampai mana manusia mampu menjaga hartanya dan bagaimana kita menggunakan harta tersebut. Apakah harta itu kita syukuri dengan digunakan di jalan Allah atau malah digunakan di jalan maksiat. Sehingga harta tidak dijadikan sebagai tujuan tapi dijadikan alat untuk beribadah kepada Allah SWt.
Dalam islam, banyaknya harta bukanlah indikasi seseorang mendapatkan kebahagiaan, tapi kebesaran hati atau lapang dada, serta mensyukuri segala apa yang Allah rizkikan kepada kita, itulah yang dinamakan kebahagiaan. Rasulullah Saw. bersabda:
“yang disebut bahagia itu bukanlah yang banyak hartanya tapi yang besar hatinya.” (Muttafaqun Alaihi)
Harta merupakan sahabat sementara kita selama di dunia. Ketika ajal menjemput, harta tersebut akan berpisah dengan kita. Oleh karena itu, pergunakanlah harta sebaik mungkin sebelum ajal menjemput. Jadikan harta sebagai amal jariyyah yang menjadi ganjaran yang mengalir terus menerus. Karena sesungguhnya harta tersebut hanyalah titipan Allah, untuk menjadi perantara kita beribadah kepada Allah SWt.
c.      Amal
Amal itu ada dua macam, yaitu amal baik dan amal buruk. Hidup manusia tidak bisa terlepas dari manusia, tiap langkah dan gerak manusia tidak jauh dari amal, namun entah amal baik atau amal buruk yang menemani. Namun yang jelas, Allah SWt. sudah mengutus utusannya yaitu Nabi Muhammad Saw. yang akan menunjukan manusia jalan yang lurus, yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah SWt. juga dijelaskan secara rinci di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah layaknya obor yang menerangi jalan manusia di tengah kegelapan.
Amal merupakan sahabat sejati, berbeda dengan harta dan keluarga yang hanya setia di dunia. Tetapi amal akan mengikuti kita sampai ajal datang, ikut kea lam kubur, dan segala amal kita akan mendapatkan balasannya. Di dalam islam tidak ada transfer pahala, setiap manusia menanggung segala hasil amal perbuatan yang dilakukan. Sebagaiman firman Allah SWt.:

“Agar Allah member balasan kepada setiap orang terhadap apa yang dia usahakan. Sungguh, Allah Maha Cepat perhitungan-Nya.” (Q.S. Ibrahim [14]: 51)
            Oleh karena itu, Allah tidak memandang manusia karena harta ataupun jabatannya, tetapi Allah memandang manusia itu karena hatinya dan amal perbuatannya serta akhlaqnya, walaupun amalnya sebesar biji sawi. Amal baik balasannya pun baik, dan amal buruk balasannya juga buruk.
            Sebab itu, manusia mengingatkan kita untuk sadar bahwa hidup di dunia itu sementara. Maka persiapkanlah akhiratmu dengan baik. Jadikan tiga perkara tersebut sebagai pengantar yang baik bagi kita menuju surga. Meskipun harta dan keluarga hanya menemani di dunia, namun jadikan keduanya sebagai perantara beribadah kepada-Nya, agar amal ibadah kita menjadi bekal yang cukup untuk menggapai surga-Nya.
            Wallahu’alam bi Shawab.a

0 komentar:

Posting Komentar