Rabu, 05 Februari 2014

Ujian; tanda Kasih sayang Tuhan



UJIAN ADALAH TANDA

KASIH SAYANG ALLAH
            Setiap manusia tentu mendambakan kehidupan yang ideal, dimana seluruh rencana yang diinginkan dapat berjalan sesuai kehendaknya. Tidak akan ada manusia yang menginginkan hidup dalam kesulitan, kesengsaraan, ataupun kemiskinan. Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang cukup dari segi materil dan juga harmonis. Harapan dari setiap manusia tentu ingin menjalani kehidupan ini dengan ketenangan dan ketentraman tanpa ada ujian. Namun harapan itu tak mungkin, karena cobaan dan ujian pasti akan terjadi untuk menguji kesabaran dan ketaqwaan kita.
          Allah SWt. akan menguji kita dengan berbagai ujian, untuk melihat seberapa besar keimanan dan ketaqwaan kita. Ujian tersebut semata-mata adalah kasih sayang Allah agar manusia dapat belajar dari setiap ujian yang dilewati dan menjadikan manusia tersebut semakin beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. sebagaimana firman-Nya:
          “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengucapkan ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji?”. (Q.S. Al-Ankabut [29]: 2)
          Surat Al-Ankabut ayat 2 tersebut mengingatkan kita, bahwa ujian yang kita hadapi adalah untuk menguji kekuatan iman kita, untuk menguji ketaqwaan kita. Sehingga ketika manusia dapat melewati setiap ujian yang Allah berikan, maka akan bertambah pula keimanannya kepada Allah SWt.
          Definisi iman itu sendiri ialah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota tubuh. Tiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dikerjakan oleh orang-orang yang beriman. Tidak bisa hanya dengan percaya, tidak bisa hanya dengan ucapan, tetapi harus dengan meyakini oleh hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkannya.
          Maka ujian yang kita hadapi dalam hidup ini merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hambanya, agar hambanya semakin meningkat keimanannya dan meyakini bahwa manusia adalah mahluk maha terbatas yang membutuhkan Rabbnya. Di dalam ayat yang lain, Allah SWt. berfirman:
          “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang ujian kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 214)
          Ayat tersebut pun menegaskan bahwa akan datang ujian kepada manusia, untuk melihat seberapa jauh keimanan dan ketaqwaannya, sehingga ia pantas mendapat surga sebagai balasan bagi amal perbuatan yang dilakukan. Layaknya umat-umat terdahulu, yang Allah uji seberapa besar keimanannya.
          Seperti halnya para sahabat Rasul, yang rela meninggalkan hartanya, kampung halamannya, hanya demi untuk membelaga agama Allah. Sahabat Abu Bakar r.a. yang rela digigit kalajeking demi Rasulullah ketika berada di gua tsur. Ia pun rela menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Itulah berbagai ujian yang Allah timpakan kepada umat-umat yang terdahulu.
          Begitu pula dengan kita, untuk menguji keimanan kita, Allah turunkan ujian kepada kita untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWt. ujian tersebut tidak datang hanya sekali, tetapi selama kita menjalani kehidupan, maka ujian itu akan selalu hadir menghiasi kehidupan kita. Sebagaimana firman Allah SWt.:          
          “Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (Q.S. Al-Insyirah [94]: 7)
          Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada kita untuk tetap bekerja keras. Ketika satu masalah atau ujian telah kita lewati, maka bersiaplah untuk ujian dan cobaan yang selanjutnya. Karena ujian tersebut akan berhenti ketika kita telah berpulang ke dalam pangkuan-Nya. Selama kita berada di dunia, maka kita akan terus menghadapi ujian, agar kita menjadi manusia yang memiliki keimanan yang kuat dan kokoh.
          Maka Allah SWt. berfirman:
          “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 102)
          Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita tidak boleh mati, kecuali dalam keadaan muslim.tidak ada satu ayat ataupun hadits yang menjamin manusia akan terus dalam keadaan beriman, melainkan kita diperintahkan untuk tidak mati kecuali dalam keadaan muslim. Oleh karena itu, kita diberi ujian agar terus bertambah keimanan kita terhadap Allah SWt. sehingga keyakinan kita semakin kuat.
          Dalam melewati kehidupan ini, tentu akan selalu melewati ujian. Beberapa bentuk ujian yang Allah berikan ialah:
a)     Ujian berupa harta dan anak.
Terkadang, dalam kehidupan ini Allah menguji kita dengan harta dan anak. Banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Insonesia merupakan bukti bahwa harta merupakan ujian. Sehingga banyak diantara manusia itu yang tergelincir dan melakukan perbuatan dosa berupa korupsi. Anak pun menjadi ujian bagi manusia, bagaimana mengurus anak yang baik, bagaimana menanamkan islam kepada anak, itu semua merupakan bentuk ujian dari Allah SWt. maka Allah berfirman:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah pahala yang besar.” (Q.S. Ath-Thagabun [64]: 15)
Ayat tersebut  menjelaskan bahwa harta dan anak merupakan ujian bagi manusia.
b)    Ujian berupa hal-hal yang syubhat.
Selain dari harta dan anak, kita pun diuji oleh barang-barang yang syubhat. Dari segi makanan, minuman, maupun harta. Kita dibuat semu tentang halal dan haram, seakan-akan keduanya berbeda begitu tipis. Sehingga ada sesuatu yang syubhat bahkan cenderung haram masuk kedalam tubuh kita. Padahal Rasulullah menyatakan dalam haditsnya:
“sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan diantara keduanya adalah perkara yang syubhat.” (H.R. Bukhari Muslim)
Sebenarnya, yang halal ataupun haram itu sudah jelas, namun terkadang manusia dibuat semu dan tidak mengerti mengenai hakikat halal. Sehingga banyak perkara syubhat yang dianggap biasa oleh kita.
c)     Ujian berupa rezeki.
Rezeki merupakan pemberian Allah kepada manusia, namun terkadang kita begitu takut tidak akan mendapatkan rezeki. Kita takut untuk memiliki banyak anak, dengan alasan tidak mampu membiayai. Padahl Rasul begitu mendambakan orang islam memiliki anak atau keturunan yang banyak. Namun masalah rezeki, terkadang manusia merasa takut untuk memiliki banyak anak. Allah SWt. berfirman:
“Dan tidak satu pun mahluk bergerak (bernyawa) di bumi, melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (lauhil mahfuzh).” (Q.S. Hud [11]: 6)
Surat hud ayat 6 tersebut, merupakan penegasan dari Allah, bahwa setiap mahluk telah dijamin rezekinya masing-masing. Sehingga tak perlu takut perihal rezeki. Inilah yang merupakan ujian Allah dalam bentuk rezeki.
          Itulah beberapa bentuk ujian yang Allah berikan kepada kita. Mungkin ini baru sebagian kecil ujian yang Allah berikan, karena pada kenyataannya begitu banyak ujian yang menimpa kita. Namun dari ujian tersebut, manusia harus belajar menjadi manusia yang lebih beriman lagi dan lebih baik lagi. Ingatlah firman Allah SWt.: 
          “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)
          Firman Allah ta’ala tersebut mengingatkan kita, bahwa setiap ujian yang kita hadapi telah sesuai dengan kemampuan kita. Semakin besar ujian yang kita hadapi, maka semakin besar pula keimanan kita.
          Wallahu’alam bi Shawab.

0 komentar:

Posting Komentar