UJIAN ADALAH TANDA
KASIH SAYANG ALLAH
Setiap
manusia tentu mendambakan kehidupan yang ideal, dimana seluruh rencana yang
diinginkan dapat berjalan sesuai kehendaknya. Tidak akan ada manusia yang
menginginkan hidup dalam kesulitan, kesengsaraan, ataupun kemiskinan. Setiap
manusia pasti menginginkan kehidupan yang cukup dari segi materil dan juga
harmonis. Harapan dari setiap manusia tentu ingin menjalani kehidupan ini
dengan ketenangan dan ketentraman tanpa ada ujian. Namun harapan itu tak
mungkin, karena cobaan dan ujian pasti akan terjadi untuk menguji kesabaran dan
ketaqwaan kita.
Allah SWt. akan menguji kita dengan
berbagai ujian, untuk melihat seberapa besar keimanan dan ketaqwaan kita. Ujian
tersebut semata-mata adalah kasih sayang Allah agar manusia dapat belajar dari
setiap ujian yang dilewati dan menjadikan manusia tersebut semakin beriman dan
bertaqwa kepada Allah Swt. sebagaimana firman-Nya:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka
akan dibiarkan hanya dengan mengucapkan ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak
diuji?”. (Q.S. Al-Ankabut [29]: 2)
Surat Al-Ankabut ayat 2 tersebut
mengingatkan kita, bahwa ujian yang kita hadapi adalah untuk menguji kekuatan
iman kita, untuk menguji ketaqwaan kita. Sehingga ketika manusia dapat melewati
setiap ujian yang Allah berikan, maka akan bertambah pula keimanannya kepada
Allah SWt.
Definisi iman itu sendiri ialah
membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan
anggota tubuh. Tiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dikerjakan
oleh orang-orang yang beriman. Tidak bisa hanya dengan percaya, tidak bisa
hanya dengan ucapan, tetapi harus dengan meyakini oleh hati, mengikrarkan
dengan lisan, dan mengamalkannya.
Maka ujian yang kita hadapi dalam
hidup ini merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hambanya, agar hambanya
semakin meningkat keimanannya dan meyakini bahwa manusia adalah mahluk maha terbatas
yang membutuhkan Rabbnya. Di dalam ayat yang lain, Allah SWt. berfirman:
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum datang ujian kepadamu (cobaan) seperti (yang
dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 214)
Ayat tersebut pun menegaskan bahwa
akan datang ujian kepada manusia, untuk melihat seberapa jauh keimanan dan
ketaqwaannya, sehingga ia pantas mendapat surga sebagai balasan bagi amal
perbuatan yang dilakukan. Layaknya umat-umat terdahulu, yang Allah uji seberapa
besar keimanannya.
Seperti halnya para sahabat Rasul,
yang rela meninggalkan hartanya, kampung halamannya, hanya demi untuk membelaga
agama Allah. Sahabat Abu Bakar r.a. yang rela digigit kalajeking demi
Rasulullah ketika berada di gua tsur. Ia pun rela menginfakkan seluruh hartanya
di jalan Allah. Itulah berbagai ujian yang Allah timpakan kepada umat-umat yang
terdahulu.
Begitu pula dengan kita, untuk menguji
keimanan kita, Allah turunkan ujian kepada kita untuk meningkatkan keimanan
kita kepada Allah SWt. ujian tersebut tidak datang hanya sekali, tetapi selama
kita menjalani kehidupan, maka ujian itu akan selalu hadir menghiasi kehidupan
kita. Sebagaimana firman Allah SWt.:
“Maka apabila engkau telah selesai
(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (Q.S.
Al-Insyirah [94]: 7)
Dalam ayat tersebut, Allah
memerintahkan kepada kita untuk tetap bekerja keras. Ketika satu masalah atau
ujian telah kita lewati, maka bersiaplah untuk ujian dan cobaan yang
selanjutnya. Karena ujian tersebut akan berhenti ketika kita telah berpulang ke
dalam pangkuan-Nya. Selama kita berada di dunia, maka kita akan terus
menghadapi ujian, agar kita menjadi manusia yang memiliki keimanan yang kuat
dan kokoh.
Maka Allah SWt. berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 102)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita
tidak boleh mati, kecuali dalam keadaan muslim.tidak ada satu ayat ataupun
hadits yang menjamin manusia akan terus dalam keadaan beriman, melainkan kita
diperintahkan untuk tidak mati kecuali dalam keadaan muslim. Oleh karena itu,
kita diberi ujian agar terus bertambah keimanan kita terhadap Allah SWt.
sehingga keyakinan kita semakin kuat.
Dalam melewati kehidupan ini, tentu
akan selalu melewati ujian. Beberapa bentuk ujian yang Allah berikan ialah:
a) Ujian
berupa harta dan anak.
Terkadang,
dalam kehidupan ini Allah menguji kita dengan harta dan anak. Banyaknya kasus
korupsi yang melanda negara Insonesia merupakan bukti bahwa harta merupakan
ujian. Sehingga banyak diantara manusia itu yang tergelincir dan melakukan
perbuatan dosa berupa korupsi. Anak pun menjadi ujian bagi manusia, bagaimana mengurus
anak yang baik, bagaimana menanamkan islam kepada anak, itu semua merupakan
bentuk ujian dari Allah SWt. maka Allah berfirman:
“Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah pahala yang
besar.” (Q.S. Ath-Thagabun [64]: 15)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa harta dan
anak merupakan ujian bagi manusia.
b) Ujian
berupa hal-hal yang syubhat.
Selain
dari harta dan anak, kita pun diuji oleh barang-barang yang syubhat. Dari segi makanan,
minuman, maupun harta. Kita dibuat semu tentang halal dan haram, seakan-akan
keduanya berbeda begitu tipis. Sehingga ada sesuatu yang syubhat bahkan
cenderung haram masuk kedalam tubuh kita. Padahal Rasulullah menyatakan dalam
haditsnya:
“sesungguhnya
yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan diantara keduanya adalah
perkara yang syubhat.” (H.R. Bukhari Muslim)
Sebenarnya,
yang halal ataupun haram itu sudah jelas, namun terkadang manusia dibuat semu
dan tidak mengerti mengenai hakikat halal. Sehingga banyak perkara syubhat yang
dianggap biasa oleh kita.
c) Ujian
berupa rezeki.
Rezeki
merupakan pemberian Allah kepada manusia, namun terkadang kita begitu takut
tidak akan mendapatkan rezeki. Kita takut untuk memiliki banyak anak, dengan
alasan tidak mampu membiayai. Padahl Rasul begitu mendambakan orang islam
memiliki anak atau keturunan yang banyak. Namun masalah rezeki, terkadang
manusia merasa takut untuk memiliki banyak anak. Allah SWt. berfirman:
“Dan
tidak satu pun mahluk bergerak (bernyawa) di bumi, melainkan semuanya dijamin
Allah rezekinya. Dia mengetahui kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua
(tertulis) dalam kitab yang nyata (lauhil mahfuzh).” (Q.S. Hud [11]: 6)
Surat
hud ayat 6 tersebut, merupakan penegasan dari Allah, bahwa setiap mahluk telah
dijamin rezekinya masing-masing. Sehingga tak perlu takut perihal rezeki.
Inilah yang merupakan ujian Allah dalam bentuk rezeki.
Itulah beberapa bentuk ujian yang
Allah berikan kepada kita. Mungkin ini baru sebagian kecil ujian yang Allah
berikan, karena pada kenyataannya begitu banyak ujian yang menimpa kita. Namun
dari ujian tersebut, manusia harus belajar menjadi manusia yang lebih beriman
lagi dan lebih baik lagi. Ingatlah firman Allah SWt.:
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)
Firman Allah ta’ala tersebut
mengingatkan kita, bahwa setiap ujian yang kita hadapi telah sesuai dengan
kemampuan kita. Semakin besar ujian yang kita hadapi, maka semakin besar pula
keimanan kita.
Wallahu’alam
bi Shawab.
0 komentar:
Posting Komentar