TAUBAT
Manusia merupakan hamba Allah yang tak
pernah luput dari dosa dan kesalahan. Karena pada dasarnya, melakukan kesalahan
merupakan tabiat manusia. Tidak akan ada satu pun manusia di muka bumi ini,
yang terlepas dari dosa dan kesalahan. Bahkan seorang Nabi ataupun Rasul pasti
pernah melakukan kesalahan, namun mereka bertaubat dan memohon ampunan kepada
Allah SWt.. Oleh karena itu, Allah SWt. berfirman:
“Dan bertaubatlah kalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (Q.S. An-Nuur [24]: 31)
Di dalam ayat tersebut, Allah menyeru
kepada orang-orang yang beriman untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.
Karena hanya dengan bertaubat kepada Allah, segala dosa dan kesalahan yang kita
lakukan dapat diampuni. Tidak ada cara lain bagi seorang hamba yang berdosa
untuk memohon ampunan kepada Allah, selain dengan bertaubat kepada-Nya.
Sehingga dengan bertaubat, kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
beruntung. Maka Allah menyatakan di dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya bertaubat kepada Allah
itu hanya (pantas) bagi orang-orang yang melakukan kejahatan karena tidak
mengerti, kemudian segera bertaubat.” (Q.S. An-Nisa [4]: 17)
Dari ayat tersebut, Allah menyampaikan
bahwa hanya taubat yang pantas dilakukan oleh orang-orang yang melakukan
kesalahan. Dengan kata lain, tidak ada cara lain kecuali dengan bertaubat
kepada-Nya. Serta taubat tersebut, dilakukan dengan segera. Ketika kita
melakukan kesalahan ataupun perbutan dosa, maka patutlah kita untuk segera
mengingat Allah dan beristighfar memohon ampunan kepada-Nya.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Setiap bani Adam pasti pernah
melakukan kesalahan, namun sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan itu,
ialah yang bertaubat.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah, kitab bulughul maram, bab
akhlaq tercela no. 1505 hal. 690)
Dalam hadits tersebut, Rasulullah Saw.
mengingatkan kepada kita, bahwasanya seluruh bani Adam atau manusia itu pasti
pernah melakukan kesalahan, namun dari sekian banyak orang-orang yang melakukan
kesalahan, ada orang-orang terbaik dan yang paling baik disisi Allah, yaitu
orang-orang yang senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Itulah pentingnya taubat bagi seorang
hamba, karena pada hakikatnya, seorang manusia adalah tempatnya salah dan tidak
akan pernah sempurna. Kita bukanlah malaikat, yang selalu tunduk, patuh, dan
taat terhadap perintah Allah Swt. namun kita pun bukanlah syaithan yang selalu
membangkang terhadap perintah Allah SWt. tetapi kita adalah seorang hamba yang
terkadang khilaf (lupa) dan melakukan kesalahan. Maka itu, kita selaku manusia
diperintahkan untuk bertaubat kepada Allah SWt.
Allah SWt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman. Bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…” (Q.S. At-Tahrim [66]: 8)
Di dalam surat At-Tahrim ayat 8
tersebut, Allah menjelaskan bagaimana taubat yang diterima disisi Allah itu,
yaitu taubat yang dilakukan dengan niat yang tulus dan murni hanya memohon
ampunan kepada Allah SWt. berikrar serta berjanji untuk tidak melakukan
kesalahan yang pernah dilakukan. Karena jika telah bertaubat, namun tetap
mengulangi kesalahan tersebut berulang kali, maka taubat tersebut hanyalah
terucap oleh lisan dan berakhir di ujung lidah saja tidak disertai dengan hati
yang berserah diri kepada Allah SWt.
Maka dari itu, kita harus memurnikan
taubat kita untuk memohon ampunan kepada Allah SWt. serta berusaha untuk tidak
melakukan kesalahan dan perbuatan dosa kembali. Sehingga kita menjadi manusia
yang lebih baik dan lebih baik lagi setiap detiknya.
“Barang
siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang
beruntung. Dan jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang
yang rugi. Dan jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah
orang-orang yang celaka.”
Dari
sabda Rasulullah Saw. tersebut, patutlah menjadi motivasi bagi kita untuk
menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap harinya. Agar kita termasuk kepada
golongan orang-orang yang beruntung. Bukan menjadi orang yang merugi karena
hari ini yang sama dengan hari kemarin, atau malah kita menjadi orang yang
celaka karena hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Karena dengan menjadi
hamba yang selalu bertaubat kepada Allah, kita berusaha untuk menjadi pribadi
yang lebih baik lagi setiap harinya.
Betapa
bahagianya Allah SWt. melihat seorang hamba yang bertaubat kepada-Nya,
sebagaimana Rasululloh menggambarkan dalam sabdanya:
“Sungguh
Allah lebih senang kepada taubat seorang hamba-Nya daripada senangnya seorang
yang menemukan kembali untanya (berikut muatannya) setelah sebelumnya
menghilang di tengah padang sahara”. (H.R. Bukhari Muslim)
Hadits
tersebut menggambarkan bagaimana senangnya Allah SWt. melihat seorang hamba
yang bertaubat kepada-Nya. Bahkan lebih senang daripada seorang manusia yang
menemukan unta dan muatannya di padang sahara. Sungguh tak akan pernah dapat
kita bayangkan, bagaimana senagnya Allah. Subhanalloh.
Sebesar
apapun dosa yang pernah kita lakukan, sebanyak apapun dosa yang kita lakukan,
jangan pernah berputus asa terhadap ampunan Allah SWt. ingatlah bahwa Allah
adalah ghofururrahim, Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Ketika kita bertaubat dengan sebenar-benarnya, niscaya
Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw.:
“Sesungguhnya
Allah membuka tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat
dosa di siang hari dan membuka tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat
orang yang berbuat dosa di malam hari. Hal seperti itu berlangsung hingga
matahari terbit dari barat.” (H.R. Muslim)
Dari
sabda Rasulullah Saw. tersebut, kita tahu bahwa Allah SWt. selalu membuka pintu
taubat untuk orang-orang yang mau bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya.
Sehingga kita tak perlu berputus asa atas dosa-sosa yang telah kita perbuat.
Dan Allah mebuka pintu taubat bagi seorang hamba itu, hingga matahari tebit
dari barat, yaitu hingga kelak hari kiamat. Karena ketika itu, pintu taubat
telah terkunci rapat bagi manusia.
Sebuah
nasihat Ali bin Abi Thalib kepada kita, yaitu:
“Sesungguhnya
hari ini adalah kesempatan untuk beramal dan bukan untuk dihisab. Di akhirat
kelak adalah hari untuk dihisab, bukan untuk beramal.”
Semoga
nasihat Ali bin Abi Thalib tersebut, menjadi renungan untuk kita agar
senantiasa beramal dengan amalan yang terbaik. Karena kelak di akhirat seluruh
amal kita di dunia akan dihisab, dan tidak ada kesempatan untuk beramal
kembali. Oleh karena itu, pergunakan waktu sebaik mungkin. Bertaubatlah kepada
Allah, agar kita senantiasa mendapatkan maghfiroh
dari-Nya.
Wallahu’alam bi shawab.
0 komentar:
Posting Komentar