Selasa, 13 Januari 2015

saatnya lebih peka pada dunia


BERKACA PADA CERMIN
            Manusia merupakan makhluk Allah yang lahir ke dunia tanpa sedikit pun pengetahuan. Setiap bayi terlahir menangis, tidak ada yang langsung membawa pengetahuan meski hanya sepatah kata “ibu” atau “ayah”. Sebagaimana firman-Nya
            “Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, pengelihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (Q.S. An-Nahl [16] : 78)
            Sejatinya, dalam ayat tersebut Allah menjelaskan kepada manusia bahwa semua manusia lahir dengan hal yang sama, yaitu tanpa pengetahuan, dan Allah memberikan modal yang sama pula, yaitu pendengaran, pengelihatan, dan hati. Sejatinya ketiga hal yang Allah berikan tersebut adalah modal penting bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan.

            Namun, banyak diantara manusia yang melihat hanya sekedar melihat, mendengar hanya sekedar mendengar. Banyak orang melihat tetapi seakan buta, banyak orang mendengar tetapi seakan tuli, yah, banyak manusia tidak sadar bahwa di sekitarnya terdapat begitu banyak pelajaran, baik di langit ataupun di bumi, bergantinya siang dan malam terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir, hingga mendatangkan hikmah dan hidayah bagi yang menyadarinya.
            Betapa banyak kita melihat orang-orang pintar tapi khianat, pemimpin yang tidak amanah, dan berbagai permasalahan yang melanda negeri ini. Semua karena ketidak jujuran. Yah, tidak jujur pada diri sendiri, tidak jujur pada orang lain, atau bahkan tidak jujur pada Allah sang penciptanya. Yah, pendidikan moral berupa kejujuran adalah hal yang penting untuk membangun akhlaq generasi muda, generasi yang memegang janji masa depan, karena mereka lah kelak yang akan meneruskan perjuangan negeri ini.
            Sering kita melihat, kemaksiatan menjadi sebuah pembenaran. Mencotek adalah hal yang lumrah, tetapi tidak mencontek dianggap sebuah dusta. Yah, sejak dini kita ditanami pemikiran bahwa mencontek adalah sebuah kebenaran. Kemaksiatan yang dilakukan terus-menerus, maka kelak kemudian kita akan mendapatkan kemaksiatan tersebut menjadi sebuah kebenaran. Maka ini yang menjadikan pendidikan moral berupa kejujuran sebagai urgensi bangsa. Karena bangsa yang korup bukanlah karena pendidikan formalnya yang rendah, tetapi pendidikan moralnya yang tertinggal, dan tidak ada yang lebih berbahaya kecuali anak pintar yang tumbuh menjadi jahat.

            Sadarkah kita, setiap hari kita menatap cermin untuk melihat diri kita. Entah untuk merapihkan diri, atau apapun. Cermin selalu memantulkan kejujuran, tak pernah berdusta. Apa cermin pernah menampilkan apa yang tidak ada? Tentu tidak! Karena cermin selalu jujur. Sadarkah kita, cermin yang tak dibebani untuk beribadah saja berucap jujur apa adanya, tetapi kita sebagai seorang ‘abdun (hamba) yang dibebani untuk beribadah seringkali tak jujur pada diri sendiri, bahkan tak jujur pada Allah Swt.
            Berkacalah pada cermin, karena cermin memberikan kita begitu banyak hikmah, hikmah kejujuran apa adanya. Menampilkan apa adanya, bukan apa yang diinginkan sang pencermin. Jujurlah meski itu pahit, karena sepahit-pahitnya kejujuran tetap akan berbuah manis. Generasi muda yang kuat dibangun diatas kejujuran, tak bisa dibangun dengan dusta ataupun kebohongan. Karena dusta meski manis akan berbuah pahit. Bahkan ‘Umar bin Khattab r.a. mengatakan :
            Sahabat bukan lah yang membenarkan kata-katamu, melainkan yang berkata benar kepadamu
Itulah indahnya kejujuran, karena kejujuran adalah sebuah kenyataan, sedangkan kebohongan adalah sebuah kebahagian semu. Seperti embun yang tak tergapai.
            Maka berkacalah pada cermin! Jujur apa adanya, meski terkadang sakit saat menatapnya. Berkacalah pada cermin! Hingga kita sadar di sekitar kita begitu banyak hikmah. Sehingga kita menjadi orang yang bersyukur dengan pengelihatan kita, bersyukur dengan pendengaran kita, dan bersyukur dengan hati kita. Sehingga kita tidak sekedar melihat atau sekedar mendengar. Cermin hanya salah satu hikmah diantara ribuan bahkan jutaan hikmah yang dapat kita ambil dari kehidupan ini. Semoga kita dapat selalu menterjemahkan kejadian dengan keimanan. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar