Jumat, 24 Juni 2016

Totalitas Berjam'iyyah


setiap orang adalah pemimpin, dan setiap kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawabannya”
            Manusia terlahir dengan sebuah tanggung jawab, entah tanggung jawabnya pada dirinya sendiri, keluarga, ataupun lingkungan. Setiap manusia mengemban amanah sebagai tanggung jawab pada Sang Pemberi Hidup. Maka sudah sepatutnya manusia menjalankan amanah itu dengan totalitas, karena ia akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah tersebut. Saat seseorang telah lalai terhadap sebuah amanah, sekecil apapun itu, tentu akan mendapatkan balasan yang setimpal.

            Orang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan, hilang salah satu bagian dari bangunan, maka ia hanya akan terlahir menjadi bangunan yang rapuh. Oleh karena itu, pentingnya bertotalitas dalam menjalankan amanah, karena saat kita lalai terhadap amanah, bukan hanya diri kita yang dikecewakan karena lalai tersebut, tetapi orang-orang disekitar kita, atau bahkan mukmin dalam cakupan yang luas. Sesederhana apapun anggapan kita terhadap amanah yang kita emban, ia memiliki posisi dan tanggung jawab yang penting dalam berjalannya amanah-amanah yang lain, karena amanah yang kita emban berkaitan dengan amanah yang lain.
            Totalitas dalam berjam’iyyah atau berorganisasi tentu sangat penting, karena ia adalah ruh dari perjuangan. Tanpa adanya totalitas itu, tentu sebuah organisasi hanya akan berdiam di tempat, maju tidak, mundur bisa jadi. Pernahkah kita menelaah kisah-kisah para salafus shalih yang begitu totalitas dalam menjalankan amanahnya yang diembannya, bagaimana ia memberikan segenap kemampuan dan apa yang dimiliki untuk jihadnya dalam perjuangan di jalan Allah. Tentu akan sangat banyak kita temukan kisah-kisah itu, kisah-kisah para salafus shalih dalam totalitasnya berjuang di jalan Allah. Hal ini terjadi karena mereka sadar esensi dan makna dari amanah yang diembannya, bahwa setiap amanah yang tersemat di pundak sudah barang tentu harus dipertanggung jawabkan di hadapan Illahi Rabbi.
            Apakah engkau kira kami yang bertotalitas dalam organisasi adalah orang-orang pengangguran? Apa jalan jihad hanya untuk mereka yang tak sibuk? Bukan! Sekali lagi, jalan jihad bukan milik mereka yang pengguran dan memiliki waktu luang, sama sekali bukan. Tapi orang-orang yang bertotalitas dalam menjalankan jihadnya pada suatu jam’iyyah, adalah mereka yang menjadikan jihadnya, totalitasnya, sebagai salah satu bagian dari kesibukan mereka atau yang kita sebut dengan skala prioritas. Karena mereka senantiasa memprioritaskan jalan jihadnya, memprioritaskan amanahnya, sebab ia sadar kelak kemudian ia akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah yang diembanya.
            Berjuanglah dengan sepenuh hati, bertotalitaslah, karena tidak ada secucur keringat yang sia-sia dalam perjuangan di jalan Allah. Tidak ada satu langkah yang sia-sia dalam perjuangan di jalan Allah, melainkan setiap langkahnya mendekatkan diri kita pada Sang Maha Pencipta. Tidak ada lelah yang sia-sia di jalan Allah, melainkan setiap lelah akan diganti dengan surga seluas langit dan bumi.
            Setiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya. Maka bertotalitas dalam jam’iyyah atau organisasi adalah bagian dari kita memimpin diri dalam mengemban amanah. Sehingga amanah yang tersemat di pundak kita, telah diusahakan untuk dilakukan, dengan usaha yang optimal. Jangan sampai kita terjerumus pada kelalaian, karena tak pernah ber-Totalitas dalam berjam’iyyah.
            Wallahua’lam.

1 komentar:

  1. Afwan, kalau boleh tahu quote Pak Natsir itu diambilnya dari buku Pak Natsir yang judulnya apa ya? Atau kalau dari pidato dan khutbah itu dari pidato dan khutbah beliau yang mana ya?

    BalasHapus