“setiap orang adalah pemimpin, dan setiap kepemimpinan akan
dimintai pertanggung jawabannya”
Manusia terlahir dengan sebuah
tanggung jawab, entah tanggung jawabnya pada dirinya sendiri, keluarga, ataupun
lingkungan. Setiap manusia mengemban amanah sebagai tanggung jawab pada Sang
Pemberi Hidup. Maka sudah sepatutnya manusia menjalankan amanah itu dengan
totalitas, karena ia akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah tersebut.
Saat seseorang telah lalai terhadap sebuah amanah, sekecil apapun itu, tentu
akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Orang mukmin dengan mukmin yang lain
bagaikan sebuah bangunan, hilang salah satu bagian dari bangunan, maka ia hanya
akan terlahir menjadi bangunan yang rapuh. Oleh karena itu, pentingnya bertotalitas
dalam menjalankan amanah, karena saat kita lalai terhadap amanah, bukan hanya
diri kita yang dikecewakan karena lalai tersebut, tetapi orang-orang disekitar
kita, atau bahkan mukmin dalam cakupan yang luas. Sesederhana apapun anggapan
kita terhadap amanah yang kita emban, ia memiliki posisi dan tanggung jawab
yang penting dalam berjalannya amanah-amanah yang lain, karena amanah yang kita
emban berkaitan dengan amanah yang lain.
Totalitas dalam berjam’iyyah atau
berorganisasi tentu sangat penting, karena ia adalah ruh dari perjuangan. Tanpa
adanya totalitas itu, tentu sebuah organisasi hanya akan berdiam di tempat,
maju tidak, mundur bisa jadi. Pernahkah kita menelaah kisah-kisah para salafus
shalih yang begitu totalitas dalam menjalankan amanahnya yang diembannya,
bagaimana ia memberikan segenap kemampuan dan apa yang dimiliki untuk jihadnya
dalam perjuangan di jalan Allah. Tentu akan sangat banyak kita temukan
kisah-kisah itu, kisah-kisah para salafus shalih dalam totalitasnya berjuang di
jalan Allah. Hal ini terjadi karena mereka sadar esensi dan makna dari amanah
yang diembannya, bahwa setiap amanah yang tersemat di pundak sudah barang tentu
harus dipertanggung jawabkan di hadapan Illahi Rabbi.
Apakah engkau kira kami yang
bertotalitas dalam organisasi adalah orang-orang pengangguran? Apa jalan jihad
hanya untuk mereka yang tak sibuk? Bukan! Sekali lagi, jalan jihad bukan milik
mereka yang pengguran dan memiliki waktu luang, sama sekali bukan. Tapi
orang-orang yang bertotalitas dalam menjalankan jihadnya pada suatu jam’iyyah,
adalah mereka yang menjadikan jihadnya, totalitasnya, sebagai salah satu bagian
dari kesibukan mereka atau yang kita sebut dengan skala prioritas. Karena mereka
senantiasa memprioritaskan jalan jihadnya, memprioritaskan amanahnya, sebab ia
sadar kelak kemudian ia akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah yang
diembanya.
Berjuanglah dengan sepenuh hati,
bertotalitaslah, karena tidak ada secucur keringat yang sia-sia dalam
perjuangan di jalan Allah. Tidak ada satu langkah yang sia-sia dalam perjuangan
di jalan Allah, melainkan setiap langkahnya mendekatkan diri kita pada Sang
Maha Pencipta. Tidak ada lelah yang sia-sia di jalan Allah, melainkan setiap
lelah akan diganti dengan surga seluas langit dan bumi.
Setiap orang adalah pemimpin, dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya. Maka bertotalitas
dalam jam’iyyah atau organisasi adalah bagian dari kita memimpin diri dalam
mengemban amanah. Sehingga amanah yang tersemat di pundak kita, telah
diusahakan untuk dilakukan, dengan usaha yang optimal. Jangan sampai kita
terjerumus pada kelalaian, karena tak pernah ber-Totalitas dalam berjam’iyyah.
Wallahua’lam.
Afwan, kalau boleh tahu quote Pak Natsir itu diambilnya dari buku Pak Natsir yang judulnya apa ya? Atau kalau dari pidato dan khutbah itu dari pidato dan khutbah beliau yang mana ya?
BalasHapus