This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 26 Februari 2014

Sahabat sejati hanyala Amal KITA!

TIGA PERKARA SAHABAT MANUSIA
           
Manusia merupakan makhluk Allah yang sangat lemah. Tak bisa hidup sendiri, karena manusia merupakan mahluk homo homini socius, mahluk social yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Seperti halnya dokter yang tidak bisa mengobati dirinya sendiri, ataupun seorang murid yang tidak akan tiba-tiba pintar tanpa ada perantara ilmu berupa seorang guru. Itulah hakikatnya seorang manusia, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
            Maka dari itu, manusia dalam kehidupannya ditemani oleh sahabat yang senantiasa mengiringinya dalam menjalani kehidupan. Ada tiga perkara yang senantiasa mengiringi kita didalam kehidupan, yaitu keluarga, harta, dan amal. Ketika kita meninggal dunia, jasad kita akan dimasukan kedalam liang lahat. Mungkin saat itu, kawan-kawan, saudara-saudara, maupun keluarga kita akan menangisi kepergian kita. Kita membutuhkan keluarga kita, yang akan mengurus kebutuhan pemeliharaan kita. Mulai dari memandikan hingga menguburkan jasad kita.

Senin, 17 Februari 2014

jangan lupakan sejarah!



SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA
Negara  Indonesia terkenal dengan  penduduknya yang mayoritas memeluk agama islam, budaya nya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak.
Sejarah masuknya islam awalnya dibawa oleh pedagang gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab dan persia.  Sambil berdagang mereka menyebarkan agama islam ke tempat mereka berlabuh di seluruh indonesia.
Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke indonesia di abad ke 7 atau 8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam di sekitar selat malaka.
Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwah, seperti penyebaran di tanah jawa yang di lakukan oleh para walisongo.  Mereka lah sang pendakwah dan sang ulama yang menyebarkan islam dengan cara pendekatan sosial budaya.

Rabu, 12 Februari 2014

KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB



KEPEMIMPINAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
               
Menurut Imam al-Dzahabi, Umar bin Khattab lahir pada tahun ke-13 setelah tahun gajah. Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza. Umar merupakan anak dari Khattab (Banu Adi)seorang yang cerdas, pemberani, dan sangat dihormati kaum Quraisy. Ibunya ialah Hantamah binti Hisyam ibn al-Mughirah. jadi, adiknya Abu Jahl, dan Umar termasuk misanan Khalid ibn al-Walid dari pihak ibu, yang berasal dari Banu Makhzum.
            Perekonomian keluarganya termasuk menengah ke bawah, sejak kecil ia harus membantu ayahnya menggembala unta dan kambing, mengangkat kayu bakar, juga menggunakan pakaian yang sangat pendek dengan bahan yang begitu kasar. Sejak kecil Umar dididik dengan baca tulis, puisi, berkuda, teknik pedang, dan tidak lupa dia juga disuruh untuk menggembala kambing. Ayahnya mendidiknya dengan begitu keras, tidak ada kompromi untuk suatu kesalahan.

Jumat, 07 Februari 2014

Program Khidmah Jam'iyyah Santri PPI 110 Manba'ul Huda


SEMUA TENTANG KITA
“PROGRAM KHIDMAH JAM’IYYAH SANTRI 2013”

            PKJS atau Program Khidmah Jam’iyyah Santri merupakan program yang ada di seluruh Pesantren Persatuan Islam. Meski kadang namanya berbeda-beda, namun esensi maupun tujuannya sama, yaitu menjadikan seorang santri yang siap terjun ke masyarakat kelak setelah lulus dari lembaga pendidikan pesantren. Membangun mental dan kepribadian santri, belajar untuk berjam’iyyah, dan berkhidmah kepada masyarakat. Begitu pun dengan pesantrenku, Pesantren Persatuan Islam (PPI) no. 110 Manba’ul Huda Bandung.
            Di pesantren persatuan islam, PKJS menjadi syarat wajib untuk kelulusan seorang santri. Setiap santri yang telah menginjak kelas 12 Mu’allimien, akan melaksanakan program khidmah jam’iyyah santri. Angkatanku kali ini, melaksanakan PKJS ke daerah Cikijing, kab. Majalengka. Tepatnya di desa sindang, di Pesantren Persatuan Islam no. 138. Kami berada disana selama dua minggu, mulai dari tanggal 2 November sampai 14 November 2013.

Rabu, 05 Februari 2014

Melawan Lupa!



Perkembangan Masyarakat Indonesia Masa Orde Baru
          Orde baru merupakan masa pemerintahan setelah pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh presiden Soeharto yang menggantikan presiden sebelumnya yaitu Ir.Soekarno. Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat, bangsa dan negara dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945.
          Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Dengan demikian Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.
Setelah Gerakan 30 September 1965 berhasil ditumpas dan rakyat tahu bahwa  dalang dari gerakan tersebut jelas PKI, kemarahan rakyat tidak dapat dibendung lagi. Pada awalnya masyarakat dari segala lapisan membentuk kesatuan-kesatuan  aksi sesuai dengan profesi masing (KAMI, KAPI, KASI, KADI, KAGI) yang memiliki tuntutan agar diadakan penyelesaian masalah politik seadil-adilnya, namun pemerintah sukarno tidak memberikan apresiasi atas tuntutan itu, maka masyarakat memperkuat barisanya dengan menggabungkan diri menjadi Front Pancasila.

Hasil = Usaha



HASIL MERUPAKAN BUAH DARI
USAHA SEORANG MANUSIA
          Tak dapat dipungkiri, manusia selaku hamba Allah pasti memiliki sebuah harapan atau cita-cita yang ingin diraih. Tidak akan ada satu pun manusia di muka bumi ini, yang tidak memiliki harapan dalam hidupnya.  Ketika manusia memiliki sebuah harapan, tentu ia akan berusaha untuk dapat meraihnya atau mendapatkannya.
          Memiliki harapan pada hakikatnya menjadi motivasi bagi manusia untuk berusaha mendapatkannya. Karena pengharapan tergantung usaha dalam meraih apa yang diharapkan. Maka sesungguhnya, harapan tertinggi seorang mu’min adalah surga. Tidak mungkin seorang mu’min tidak memiliki keinginan untuk mendapatkan surga sebagai balasan atas setiap amal perbuatan yang ia lakukan. Maka hal tersebut harus menjadi motivasi untuk kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah SWt. berfirman:          
          “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan  sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (Q.S. Al-Isra [17]: 19)

Murnikan Hati!



IBADAH BERLANDASKAN
IKHLAS
          Allah SWt. menciptakan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya. Sebagaimana termaktub di dalam firman-Nya, yaitu:
          “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-KU.” (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 56)
          Ayat tersebut menjelaskan, bahwa tugas seorang manusia selaku hamba Allah adalah beribadah kepada-Nya. Tidak ada yang patut disembah kecuali Allah SWt. sehingga ibadah yang kita lakukan harus berlandaskan Allah SWt, maka segala amal yang kita lakukan harus menjadi sebuah ibadah dengan dasar ikhlas kepada Allah SWt.
          Ikhlas merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan suatu amalan ibadah kita diterima Allah SWt. Ikhlas adalah memurnikan ibadah atau amal shalih yang kita lakukan hanya untuk Allah dengan mengharap pahala dari-Nya semata. Sehingga dalam beramal, kita hanya mengharap balasan dari Allah semata, tidak dari manusia atau makhluk-makhluk lainnya.
          Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menjelaskan arti ikhlas itu adalah mengesakan Allah di dalam tujuan atau keinginan ketika melakukan ketaatan. Beliau pun menjelaskan bahwa ikhlas adalah memurnikan amalan dari segala yang mengotorinya. Allah SWt. berfirman:
          “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah [98]): 5)
          Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya tugas seorang manusia adalah beribadah kepada Allah SWt. dengan landasan ikhlas, yaitu memurnikan ketaatan kepada Allah SWt. tidak ada unsur riya, ataupun perasaan lainnya, melainkan hanya mengharapkan keridhoan-Nya dan balasan dari-Nya.
          Seperti seorang pegawai yang bekerja di sebuah perusahan A, tidak bisa mengharapkan gaji dari perusahan B, tetapi ia harusnya meminta gaji tersebut ke perusahaan tempat ia bekerja. Seperti itu pula ibadah, Allah lah yang memerintahkan kita selaku seorang hamba untuk beribadah kepada-Nya, maka yang akan membalasnya pun adalah Allah, bukan manusia. Maka jika kita beribadah untuk mendapatkan pujian dari manusia, maka kita hanya akan mendapat pujian, tidak akan mendapat pahala dari Allah SWt.
          “Dari Umar r.a. dia berkata: aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya balasan yang akan diperoleh seseorang dari amalnya juga sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih keridhoan Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih keduniaan atau seorang wanita yang ingin diperistrinya, maka dia akan mendapatkan balasan yang sesuai niatnya.” (H.R. Bukhari Muslim)
          Imam Bukhari menempatkan hadis ini di awal kitabnya, didalam bab permulaan turunnya wahyu. Seakan memang tak ada hubuhngannya dengan turunnya wahyu. Namun, ini pertanda betapa pentingnya niat, bahwa niat menjadi pondasi utama sebuah amal. Balasan yang kita terima atas amal yang kita lakukan, tergantung kepada niat kita melakukan amal tersebut. Oleh karena itu, ikhlas merupakan landasan utama atas setiap amal, agar setiap amal yang kita perbuat tak berakhir sia-sia.
          Bagaimana pun keadaan kita, itu tak akan mempengaruhi penilaian Allah kepada kita. Karena yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Rasulullah Saw. menjelaskan dalam sebuah hadis:
          “Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada postur kalian dan tidak pula kepada bentuk rupa kalian. Akan tetapi, Dia akan melihat kepada hati kalian.” (H.R. Muslim)
          Di dalam hadis tersebut, Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa Allah tidak melihat bagaimana rupa hambanya, melainkan Allah melihat hati seorang hambanya. Maka dari itu, segala amal yang kita lakukan harus berlandaskan keikhlasan di dalam hati seorang manusia, karena yang Allah lihat adalah niat hamba tersebut. Sebesar apapun amal yang kita lakukan, semua tergantung kepada niat dari amalan yang kita lakukan.
          “Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Rabbnya ‘Aza wa Jala: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan serta telah menjelaskan di dalam kitab-Nya. Barangsiapa yang sudah berniat untuk berbuat kebaikan namun tidak jadi mengerjakannya. Maka akan dituliskan untuknya 1 kebaikan yang sempurna. Jika dia lalu benar-benar mengerjakannya, maka Allah akan menuliskan untuknya 10 hingga 700 kebaikan, bahkan bisa lebih banyak lagi. Barangsiapa yang sudah berniat untuk berbuat keburukan, namun tidak jadi mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya 1 kebaikan yang sempurna. Jika dia lalu benar-benar mengerjakannya, maka Allah akan menuliskan 1 keburukan untuknya.” (H.R. Bukhari Muslim)
          Dalam hadis tersebut Allah SWt. menjelaskan betapa pentingnya niat, ketika kita telah berniat dan berusaha untuk mengerjakan kebaikan, namun akhirnya tidak terlaksana, Allah akan tetap membalasnya dengan 1 kebaikan. Betapa pemurahnya Allah terhadap hambanya, sebesar apapun amal shalih yang kita lakukan, Allah akan membalasnya dengan baik, karena Allah sebaik-baiknya pemberi balasan.
          Begitulah pentingnya niat dalam segala amal perbuatan yang kita lakukan. Ketika amal shalih yang kita perbuat, namun niatnya bukan karena Allah, maka amal perbuatan yang kita lakukan akan sia-sia di mata Allah. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw. di dalam sebuah hadis:
          “Dari Jundab bin Abdullah r.a. ia berkata: Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa berbuat kebaikan dengan niat supaya didengar oleh orang lain, niscaya Allah akan membuat orang lain mendengarnya (dan hanya itulah balasannya). Barangsiapa yang berbuat kebaikan dengan niat supaya dilihat oleh orang lain, niscaya Allah akan membuat orang lain melihatnya (dan hanya itu balasannya).” (H.R. Bukhari Muslim)
          Dari hadis tersebut, Rasulullah Saw. menyampaikan betapa pentingnya niat dalam amal perbuatan yang kita lakukan. Karena balasan atas setiap amal yang kita lakukan, sesuai denga apa yang kita niatkan. Seperti halnya dijelaskan dalam hadis tersebut, ketika seseorang melakukan suatu amal perbuatan dengan niat agar dilihat orang lain, maka hanya itu balasan yang didapatkannya, tidaka akan ada balasan kebaikan berupa pahala dari Allah SWt.
          Selain itu, dalam hadis lain pun dijelaskan mengenai pentingnya niat. Seperti dalam hadis riwayat Muslim, dijelaskan mengenai tiga golongan yang dihisab oleh Allah SWt. pertama adalah orang yang secara zhahirnya mati syahid, namun ia dikatakan berdusta oleh Allah SWt. karena ia berperang dengan niat supaya disebut sebagai jagoan dan ia pun sudah mendapatkannya. Lalu orang tersebut diseret pada mukanya hingga akhirnya dicemplungkan kedalam neraka.
          Kedua adalah orang yang mempelajari ilmu islam dan mengajarkannya kepada orang lain dan selalu membaca Al-Qur’an. Namun, Allah pun menyatakan bahwa orang tersebut berdusta. Allah mengatakan bahwa ia mempelajarinya supaya ia dikatakan sebagai orang ‘alim dan selalu membaca Al-Qur’an supaya engkau disebut sebagai qari’ dan engkau sudah mendapatkan semua itu. Lalu Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya pada mukanya hingga akhirnya dicemplungkan ke dalam neraka.
          Ketiga adalah orang yang diberi kekayaan melimpah oleh Allah, yang digunakan untuk bershadaqoh. Namun, Allah pun menyatakan bahwa orang tersebut berdusta. Allah mengatakan bahwa ia mengeluarkan shadaqoh tersebut dengan niat agar ia dikatakan sebagai dermawan dan ia sudah mendapatkan julukan itu. Lalu Allah pun memerintahkan malaikat untuk meyeret pada mukanya hingga ia dicemplungkan ke dalam neraka.
          Dari ketiga kisah tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ikhlas adalah sebuah keharusan dalam mengerjakan sebuah amal ibadah. Mungkin ketiga kisah amal perbuatan tersebut di mata manusia adalah merupakan kebaikan dan amal perbuatan yang begitu besar. Namun, di mata Allah itu tak ada apa-apanya, karena diniatkan bukan karena Allah SWt. bukankah Rasul pernah menyampaikan bahwa ada seorang wanita yang masuk surga karena member minum seekor anjing, atau Bilal yang masuk surga karena ia senantias melaksanakan shalat syukrul wudhu. Hal tersebut terkadang di mata manusia tidak ada apa-apanya, namun di mata Allah itu adalah amal yang besar, karena dilandaskan atar dasar keihklasan mengharap ridha dan balasan hanya dari-Nya.
          “Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.” (Q.S. Al-Fatihah [1]: 5)
          Ayat kelima surat Al-Fatihah tersebut mungkin sering kita lafalkan. Entah dalam shalat wajib lima waktu, atau pun shalat-shalat sunnat yang kita lakukan. Hal ini pun harus diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan, agar hanya tak berakhir sampai di ujung tenggorokan. Sehingga segala amal yang kita perbuat, benar-benar karena Allah SWt. yaitu ikhlah lilLahi ta’ala.
          Wallahu’alam bi Shawab.

Aku bertaubat, karena aku manusia.



TAUBAT
          Manusia merupakan hamba Allah yang tak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Karena pada dasarnya, melakukan kesalahan merupakan tabiat manusia. Tidak akan ada satu pun manusia di muka bumi ini, yang terlepas dari dosa dan kesalahan. Bahkan seorang Nabi ataupun Rasul pasti pernah melakukan kesalahan, namun mereka bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWt.. Oleh karena itu, Allah SWt. berfirman: 
          “Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (Q.S. An-Nuur [24]: 31)
          Di dalam ayat tersebut, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya. Karena hanya dengan bertaubat kepada Allah, segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan dapat diampuni. Tidak ada cara lain bagi seorang hamba yang berdosa untuk memohon ampunan kepada Allah, selain dengan bertaubat kepada-Nya. Sehingga dengan bertaubat, kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Maka Allah menyatakan di dalam firman-Nya: 
          “Sesungguhnya bertaubat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi orang-orang yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertaubat.” (Q.S. An-Nisa [4]: 17)
          Dari ayat tersebut, Allah menyampaikan bahwa hanya taubat yang pantas dilakukan oleh orang-orang yang melakukan kesalahan. Dengan kata lain, tidak ada cara lain kecuali dengan bertaubat kepada-Nya. Serta taubat tersebut, dilakukan dengan segera. Ketika kita melakukan kesalahan ataupun perbutan dosa, maka patutlah kita untuk segera mengingat Allah dan beristighfar memohon ampunan kepada-Nya.
          Rasulullah Saw. bersabda:
          “Setiap bani Adam pasti pernah melakukan kesalahan, namun sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan itu, ialah yang bertaubat.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah, kitab bulughul maram, bab akhlaq tercela no. 1505 hal. 690)
          Dalam hadits tersebut, Rasulullah Saw. mengingatkan kepada kita, bahwasanya seluruh bani Adam atau manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan, namun dari sekian banyak orang-orang yang melakukan kesalahan, ada orang-orang terbaik dan yang paling baik disisi Allah, yaitu orang-orang yang senantiasa bertaubat kepada-Nya.
          Itulah pentingnya taubat bagi seorang hamba, karena pada hakikatnya, seorang manusia adalah tempatnya salah dan tidak akan pernah sempurna. Kita bukanlah malaikat, yang selalu tunduk, patuh, dan taat terhadap perintah Allah Swt. namun kita pun bukanlah syaithan yang selalu membangkang terhadap perintah Allah SWt. tetapi kita adalah seorang hamba yang terkadang khilaf (lupa) dan melakukan kesalahan. Maka itu, kita selaku manusia diperintahkan untuk bertaubat kepada Allah SWt.
          Allah SWt. berfirman: 
          “Hai orang-orang yang beriman. Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…” (Q.S. At-Tahrim [66]: 8)
          Di dalam surat At-Tahrim ayat 8 tersebut, Allah menjelaskan bagaimana taubat yang diterima disisi Allah itu, yaitu taubat yang dilakukan dengan niat yang tulus dan murni hanya memohon ampunan kepada Allah SWt. berikrar serta berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang pernah dilakukan. Karena jika telah bertaubat, namun tetap mengulangi kesalahan tersebut berulang kali, maka taubat tersebut hanyalah terucap oleh lisan dan berakhir di ujung lidah saja tidak disertai dengan hati yang berserah diri kepada Allah SWt.
          Maka dari itu, kita harus memurnikan taubat kita untuk memohon ampunan kepada Allah SWt. serta berusaha untuk tidak melakukan kesalahan dan perbuatan dosa kembali. Sehingga kita menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi setiap detiknya.
“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Dan jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang rugi. Dan jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang-orang yang celaka.”
Dari sabda Rasulullah Saw. tersebut, patutlah menjadi motivasi bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap harinya. Agar kita termasuk kepada golongan orang-orang yang beruntung. Bukan menjadi orang yang merugi karena hari ini yang sama dengan hari kemarin, atau malah kita menjadi orang yang celaka karena hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Karena dengan menjadi hamba yang selalu bertaubat kepada Allah, kita berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap harinya.
Betapa bahagianya Allah SWt. melihat seorang hamba yang bertaubat kepada-Nya, sebagaimana Rasululloh menggambarkan dalam sabdanya:
“Sungguh Allah lebih senang kepada taubat seorang hamba-Nya daripada senangnya seorang yang menemukan kembali untanya (berikut muatannya) setelah sebelumnya menghilang di tengah padang sahara”. (H.R. Bukhari Muslim)
Hadits tersebut menggambarkan bagaimana senangnya Allah SWt. melihat seorang hamba yang bertaubat kepada-Nya. Bahkan lebih senang daripada seorang manusia yang menemukan unta dan muatannya di padang sahara. Sungguh tak akan pernah dapat kita bayangkan, bagaimana senagnya Allah. Subhanalloh.
Sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan, sebanyak apapun dosa yang kita lakukan, jangan pernah berputus asa terhadap ampunan Allah SWt. ingatlah bahwa Allah adalah ghofururrahim, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ketika kita bertaubat dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
“Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari dan membuka tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari. Hal seperti itu berlangsung hingga matahari terbit dari barat.” (H.R. Muslim)
Dari sabda Rasulullah Saw. tersebut, kita tahu bahwa Allah SWt. selalu membuka pintu taubat untuk orang-orang yang mau bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya. Sehingga kita tak perlu berputus asa atas dosa-sosa yang telah kita perbuat. Dan Allah mebuka pintu taubat bagi seorang hamba itu, hingga matahari tebit dari barat, yaitu hingga kelak hari kiamat. Karena ketika itu, pintu taubat telah terkunci rapat bagi manusia.
Sebuah nasihat Ali bin Abi Thalib kepada kita, yaitu:
“Sesungguhnya hari ini adalah kesempatan untuk beramal dan bukan untuk dihisab. Di akhirat kelak adalah hari untuk dihisab, bukan untuk beramal.”
Semoga nasihat Ali bin Abi Thalib tersebut, menjadi renungan untuk kita agar senantiasa beramal dengan amalan yang terbaik. Karena kelak di akhirat seluruh amal kita di dunia akan dihisab, dan tidak ada kesempatan untuk beramal kembali. Oleh karena itu, pergunakan waktu sebaik mungkin. Bertaubatlah kepada Allah, agar kita senantiasa mendapatkan maghfiroh dari-Nya.  
Wallahu’alam bi shawab.

Ujian; tanda Kasih sayang Tuhan



UJIAN ADALAH TANDA

KASIH SAYANG ALLAH
            Setiap manusia tentu mendambakan kehidupan yang ideal, dimana seluruh rencana yang diinginkan dapat berjalan sesuai kehendaknya. Tidak akan ada manusia yang menginginkan hidup dalam kesulitan, kesengsaraan, ataupun kemiskinan. Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang cukup dari segi materil dan juga harmonis. Harapan dari setiap manusia tentu ingin menjalani kehidupan ini dengan ketenangan dan ketentraman tanpa ada ujian. Namun harapan itu tak mungkin, karena cobaan dan ujian pasti akan terjadi untuk menguji kesabaran dan ketaqwaan kita.