Di masa penjajahan, peran penting para ulama dan kyai merupakan pelopor serta ujung tombak perjuangan bangsa. Betapa tidak, mereka yang terlahir dan terdidik dengan Iman juga Taqwa, dibarengi dengan hikmah dan teladan Qur'an Sunnah yang didapatkan dalam pendidikan pesantren berkobar semangat jihadnya.
Jihad berjuang melawan kekafiran, kemaksiatan, semata untuk menegakkan Kalimatulloh. Pendidikan pesantren kala itu, menekankan aspek aqidah sebagai pokok, dan akhlaq sebagai buah dari aqidah yang baik. Tak heran jika mereka menjadi pelita di tengah gulita, jaal haq wa zahaqol batil. Sehingga seruan jihad di jalan Allah adalah seruling merdu keindahan surga, yang tak bisa ditolak untuk menerima gelar syahid sebagai gelar yang membahagiakan, bukan gelar sarjana ataupun profesor.
Namun, dewasa ini kita menyaksikan, betapa jatuh dan terpuruknya moral bangsa. Mulai dari pemikiran-pemikiran liberal, sekuler, plural, bermunculannya aliran sesat, dan yang terakhir adalah tumbuh kembangnya kaum Nabi Luth era modern. Sungguh sangat memprihatinkan kondisi bangsa hari ini, setapak demi setapak menuju kebinasaan. Hitam dan putih menjadi kelabu, salah dianggap benar, dan benar dianggap salah. Batasan halal dan haram menjadi kabur, bergumul dengan yang syubhat menjadi kebiasaan. Benar adanya sabda Nabi Saw "Islam datang dalam keadaan yang asing, dan akan kembali asing seperti kedatangannya. Maka berbahagialah orang-orang yang asing"
70 tahun berlalu pasca kemerdekaan, kemanakah gerangan para santri dan kyai, yang dulu menjadi pelopor perjuangan. Kemanakah pesantren, yang dulu mencetak tinta emas perjuangan para 'alim 'ulama semisal KH. Hasyim Asy'ari atau KH. Ahmad Dahlan. Kemanakah gerangan, pendidikan pesantren yang membina aqidah dan moral bangsa. Apa ia termakan zaman, terpelintir oleh kebijakan, atau malah padam tertiup hembusan barat. Bangsa ini dapat terselamatkan bukan oleh uang, kebijakan ekonomi, bukan! Bangsa ini hanya bisa terselamatkan oleh pendidikan aqidah dan akhlaq yang baik. Karena yang mampu memberikan keberkahan dan kebaikan adalah Allah semata. Peran pesantren dalam membangun peradaban tentulah teramat penting. Tetaplah dengan jati diri kepesantrenan yang sesungguhnya, kembali kepada hakikat asal, khittah perjuangan pesantren untuk mendidik 'alim 'ulama. Karena jika tidak demikian, hendak kemana pesantren berlayar dan berlabuh?
"Tanda sukses di akhir perjalanan, adalah kembali kepada Allah di awal perjalanan" -Ibnul Qayyim al Jauziah-
Wallahua'lam bis shawab..
Bandung, 25 Februari 2016
Oleh: Elfa M. Ihsan Al Aufa
0 komentar:
Posting Komentar