Hal ini tentu lebih besar dampaknya terhadap islam dibandingkan perang secara fisik. Perang secara fisik, tentu hanya akan merusak tubuh umat islam secara fisik. Namun, perang pemikiran tidak merusak secara fisik, melainkan mampu merusak aqidah seorang umat islam. Ketika aqidah seorang muslim telah hancur, maka cahaya islam akan tertutupi oleh umat islam itu sendiri.
Pemikiran-pemikiran relativisme, skeptisme, sekularisme, liberalisme, ataupun pluralisme hari ini telah menjangkiti umat islam kebanyakan. Tak terkecuali dunia kampus, yang hari ini menjadi tempat para intelektual. Tak heran, jika dunia kampus hari ini melahirkan intelektual yang cerdas tapi lemah aqidahnya. Konsep rahmatan lil ‘alamin, konsep kebaikan, konsep truth claim keagamaan, dan dasar-dasar keislaman yang lainnya hari ini dijadikan kabur. Hitam dan putih menjadi abu-abu yang tak jelas. Halal dan haram menjadi seakan tak jelas, sehingga hidup lebih banyak bergelimang syubhat.
Pemikiran-pemikiran ini merupakan tantangan islam kontemporer, utamanya bagi kita para mahasiswa muslim yang bersinggungan secara langsung. Kita tidak dilarang berbuat baik secara social kepada non muslim, namun ketika menyangkut aqidah kita harus tegas dan tidak mencampur adukan aqidah kita. Truth claim kepada agama bukanlah sesuatu yang salah, karena bagi seorang muslim wajib meyakini bahwa tidak ada agama yang benar kecuali islam. Begitu pula kaum kristiani, meyakini bahwa agamanya yang paling benar dan yang lainnya adalah domba-domba yang tersesat. Sehingga toleransi yang dibangun tidak bisa dalam ranah aqidah, tetapi dalam ranah social.
kenyataan hari ini, banyak sekali umat islam (baca: Mahasiswa muslim) yang terjangkit pemikiran sesat dan menyesatkan ini. Hal ini tak bisa terlepas dari sistem pendidikan yang sekuler pula, yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Sehingga tak heran jika hari ini banyak mahasiswa muslim yang memiliki pemikiran liberal, sekular, ataupun plural baik sadar ataupun tidak sadar. Oleh karena itu, Islamic worldview atau pandangan hidup islam menjadi urgensi yang sangat penting untuk menyelamatkan pemikiran kita hari ini.
Worldview secara bahasa adalah pandangan hidup, yaitu pandangan hidup seseorang dalam menghadapi kenyataan hidup. Sehingga secara istilah, worldview adalah pemikiran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok di dalam hidup atau pemikiran setiap manusia untuk menafsirkan dunia. Islamic worldview sendiri merupakan pandangan hidup islam yang dituntun oleh al-Qur’an dan as-Sunnah dalam menjawab persoalan-persoalan pokok kehidupan. Seperti “untuk apa kita hidup?”, “Seperti apa takdir?”, “mengapa kita perlu beribadah?”, “bagaimana kebaikan yang hakiki?”, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang butuh jawaban komprehensif, bukan jawaban parsial.
Islamic worldview membantu meluruskan sudut pandang islam dalam menyikapi kehidupan. Selain itu, juga membentengi kita dari pemikiran yang sesat dan menyesatkan, karena pemikiran kita dituntun oleh al-Qur’an dan as-Sunnah. Karakter pemikiran Islamic worldview, pandangannya otentik dan final. Tidak seperti pemikiran-pemikiran sesat yang selalu menimbulkan kerancuan dan keragauan, tidak pernah final. Pandangan umat islam (baca: mahasiswa muslim) tidak dapat lagi skeptic terhadap islam, karena ketidak percayaan terhadap islam itu sendiri hanya akan menjeremuskan kita pada jurang pemikiran yang salah. Islamic worldview sejatinya membantu kita semakin yakin pada apa yang kita yakini, bahwa islam adalah satu-satunya agama yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar