Kamis, 23 Maret 2017

Islam yang Ter-Asing!



ghuroba, asing, islam yang terasing, asingnya islam, asingnya syariat
Islam merupakan agama yang asing di awal kehadirannya. Masyarakat jahiliyyah merasa asing dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad Saw. lalu kemudian, ajaran islam senantiasa terus disebarluaskan melalui tangan-tangan orang yang beriman, hingga ajaran islam tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Namun, setelah itu ajaran islam akan kembali asing, asing sebagaimana kedatangannya. Hal ini yang Rasulullah saw. sampaikan di dalam sabdanya:
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Asingnya Islam bukan karena sedikitnya pengikut dan pemeluk agama islam, melainkan sedikitnya orang-orang yang mau menjalankan syari’at islam, semakin sedikitnya orang yang peduli untuk belajar dan mengajarkan ajaran-ajaran islam. Sehingga orang yang menghidupkan dan membumikan sunnah-sunnah Rasul dianggap aneh, sementara kemaksiatan tersebar di kalangan masyarakat, dan menjadi fenomena yang biasa. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ عَلِي بن أَبِي طَالِب ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ الْإِسْلاَمِ إِلاَّ اِسْمُهُ ، وَلاَ يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُهُ ، مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَهِيَ خِرَابٌ مِنَ الْهُدَى ، عُلَمَاؤُهُمْ شَرٌّ مِنْ تَحْتِ أَدِيْمِ السَّمَاءِ مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ الْفِتْنَةُ وَفِيْهِمْ تَعُوْدُ
Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: Akan datang pada ummatku suatu zaman, yang tidak tersisa dari dari islam kecuali namanya, dan tidak tersisa dari al-Qur’an kecuali tulisannya, masjid mereka ramai akan tetapi sepi dari petunjuk, ulama mereka sejelek-jelek manusia dikolong langit, darinya keluar fitnah dan kepada mereka fitnah tersebut kembali. (HR. Baihaqi)
            Indikator asingnya islam ini terlihat dari semakin sedikitnya orang-orang yang menjalankan syariat Islam, sehingga orang-orang yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya menjadi minoritas di tengah mayoritas muslim. Asingnya Islam ini merupakan keanehan yang membuat Rasulullah saw. terheran-heran. Tentu keheranan Rasulullah ini berdasarkan sudut pandang kenabian, terkait sesuatu yang seharusnya dilaksanakan tetapi tidak dilaksanakan.
            Keanehan yang terjadi di dunia, digambarkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami. Rasulullah saw. mengungkapkan ada empat keanehan dunia. Keanehan yang membuat Rasulullah saw. terheran-heran, dengan situasi dan kondisi yang melanda umat muslim. Pertama, al-Qur’anu fii jaufi dzhalimin, al-Qur’an berada di tangan orang-orang dzhalim. Sebagaimana kita ketahui, dzhalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Artinya ketika al-Qur’an berada di tangan orang-orang yang dzhalim, al-Qur’an dipelajari bukan untuk meningkatkan keimanan, tetapi untuk mendebat dan membuat umat islam ragu terhadap kitab sucinya.
            Hari ini, tidak sedikit kita menyaksikan sarjana-sarjana berlabelkan “sarjana muslim”, tetapi berani menentang firman Allah, meragukan, atau bahkan mendekontruksi al-Qur’an dan menyamakannya dengan buku biasa. Keberadaan al-Qur’an di tangan orang-orang dzalim inilah, yang membuat Rasulullah saw. terheran-heran, sebab al-Qur’an dipelajari dengan dasar keraguan, bukan lagi karena keimanan kepada Rabb semesta alam.
            Kedua, keanehan dunia yang membuat Rasulullah saw. terheran-heran adalah wa masjidun fi naadi qaumin laa yusolli fiih, yakni masjid berada ditengah-tengah perkampungan muslimin, akan tetapi tidak ada yang shalat didalamnya. Tidak sedikit hari ini kita menyaksikan masjid-masjid yang kosong dari shalat berjama’ah, meski bangunan masjid itu tepat berada di tengah-tengah pemukiman orang-orang islam. Seakan-akan masjid hanya sebagai simbol keagamaan, yang cukup hanya “dikunjungi” satu minggu sekali.
            Di dalam sabdanya yang lain, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa akan datang suatu zaman dimana masjid dibangun dengan bermegah-megah, akan tetapi tidak ada yang memakmurkannya kecuali sedikit. Tak heran, jika kemudian hari ini kita menyaksikan bangunan-bangunan masjid yang indah, dengan kubah berlapiskan emas, hanya menjadi bangunan kosong atau sekedar tempat wisata dunia, bukan lagi wisata hati untuk menenangkan hati dan mendekatkan diri kepada-Nya.
            Ketiga, keanehan dunia yang selanjutnya adalah wa mushafun fii baiti laa yuqrou fiih, yakni mushaf-mushaf al-Qur’an berada di rumah-rumah, tetapi tidak ada yang membacanya. Hari ini kita menyaksikan sendiri, bagaimana al-Qur’an dicetak diatas lembaran-lembaran kertas terbaik, dengan tinta yang terbaik pula. Akses memiliki al-Qur’an sudah sangat mudah, bahkan sudah dapat diunduh pada setiap telepon genggam kita. setiap rumah, besar kemungkinan terdapat al-Qur’an di dalamnya. Namun, sayangnya al-Qur’an hanya sekedar menjadi pajangan penghias rumah, tetapi tidak sedikitpun rumah-rumah itu ramai dengan lantunan ayat suci al-Qur’an. Ketika rumah-rumah sudah tak lagi ramai dengan bacaan al-Qur’an, maka rumah tersebut tak ada bedanya dengan kuburan atau pemakaman.
            Keempat, keanehan dunia yang terakhir, yang Rasulullah saw. sampaikan dalam hadits riwayat imam ad-Dailami adalah wa waarajulun sholih ma’a qoumin suu, yaitu orang-orang shaleh (orang-orang baik) bersahabat dekat dengan orang-orang jelek, orang-orang kafir. Tidak sedikit hari ini kita menyaksikan, orang-orang yang mengaku islam, tetapi berkawan dekat dengan orang-orang kafir, atau bahkan rela dipimpin oleh orang-orang kafir. Sebaik-baik orang kafir, fikiran dan hatinya tidak akan pernah menyebrangi dunia. Tetapi sebodoh-bodohnya orang yang beriman, fikiran dan hatinya akan senantiasa sampai ke akhirat. Orang-orang kafir tidak akan pernah ridho kepada kita, sampai kita mengikuti agama mereka, sampai kita mengikuti gaya hidup mereka.
            Keasingan syariat-syariat islam, setidaknya tergambar dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami tersebut, terkait empat keanehan dunia. Islam menjadi asing tatkala umat islam sudah jauh dari al-Qur’an dan as-Sunnah, jauh dari masjid, enggan untuk belajar dan memahami agama. Padahal yang pertama kali ditanya di akhirat kelak adalah ibadah kita, shalat kita. Bagaimana kita akan meraih surga, jika jalan menuju surganya saja tidak kita ketahui. Berharap menuju surga tanpa mau memperdalam ajaran agama, adalah persis seperti kapal yang berlayar di atas tanah yang tandus, ia tak akan pernah sampai ke tempat yang dituju.
            Ikhwan filLah.. jika kebanyakan orang menjauhi al-Qur’an, maka jadilah kita orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri dengan al-Qur’an. Jika kebanyakan orang enggan untuk memakmurkan masjid, maka jadilah kita orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid. jadilah asing di mata manusia, disebabkan diri kita menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah saw., itu lebih baik daripada diri kita menjadi asing dihadapan Allah dan Rasul-Nya, disebabkan diri kita yang jauh dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
            Wallahua’lam bish shawwab….
           

0 komentar:

Posting Komentar