Islam merupakan agama yang asing di awal kehadirannya. Masyarakat
jahiliyyah merasa asing dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh baginda Nabi
Muhammad Saw. lalu kemudian, ajaran islam senantiasa terus disebarluaskan
melalui tangan-tangan orang yang beriman, hingga ajaran islam tersebar luas ke
seluruh penjuru dunia. Namun, setelah itu ajaran islam akan kembali asing,
asing sebagaimana kedatangannya. Hal ini yang Rasulullah saw. sampaikan di
dalam sabdanya:
بَدَأَ
الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam
datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh
beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Asingnya
Islam bukan karena sedikitnya pengikut dan pemeluk agama islam, melainkan
sedikitnya orang-orang yang mau menjalankan syari’at islam, semakin sedikitnya
orang yang peduli untuk belajar dan mengajarkan ajaran-ajaran islam. Sehingga
orang yang menghidupkan dan membumikan sunnah-sunnah Rasul dianggap aneh, sementara
kemaksiatan tersebar di kalangan masyarakat, dan menjadi fenomena yang biasa.
Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ عَلِي بن أَبِي طَالِب ،
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ
الْإِسْلاَمِ إِلاَّ اِسْمُهُ ، وَلاَ يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُهُ ،
مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَهِيَ خِرَابٌ مِنَ الْهُدَى ، عُلَمَاؤُهُمْ شَرٌّ مِنْ
تَحْتِ أَدِيْمِ السَّمَاءِ مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ الْفِتْنَةُ وَفِيْهِمْ
تَعُوْدُ
Dari Ali
bin Abi Thalib r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: Akan datang pada
ummatku suatu zaman, yang tidak tersisa dari dari islam kecuali namanya, dan
tidak tersisa dari al-Qur’an kecuali tulisannya, masjid mereka ramai akan tetapi
sepi dari petunjuk, ulama mereka sejelek-jelek manusia dikolong langit, darinya
keluar fitnah dan kepada mereka fitnah tersebut kembali. (HR. Baihaqi)
Indikator asingnya islam ini
terlihat dari semakin sedikitnya orang-orang yang menjalankan syariat Islam,
sehingga orang-orang yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya menjadi minoritas
di tengah mayoritas muslim. Asingnya Islam ini merupakan keanehan yang
membuat Rasulullah saw. terheran-heran. Tentu keheranan Rasulullah ini
berdasarkan sudut pandang kenabian, terkait sesuatu yang seharusnya
dilaksanakan tetapi tidak dilaksanakan.
Keanehan yang terjadi di dunia,
digambarkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami.
Rasulullah saw. mengungkapkan ada empat keanehan dunia. Keanehan yang
membuat Rasulullah saw. terheran-heran, dengan situasi dan kondisi yang melanda
umat muslim. Pertama, al-Qur’anu fii jaufi dzhalimin, al-Qur’an berada
di tangan orang-orang dzhalim. Sebagaimana kita ketahui, dzhalim adalah
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Artinya ketika al-Qur’an berada di
tangan orang-orang yang dzhalim, al-Qur’an dipelajari bukan untuk meningkatkan
keimanan, tetapi untuk mendebat dan membuat umat islam ragu terhadap kitab
sucinya.
Hari ini, tidak sedikit kita
menyaksikan sarjana-sarjana berlabelkan “sarjana muslim”, tetapi berani
menentang firman Allah, meragukan, atau bahkan mendekontruksi al-Qur’an dan
menyamakannya dengan buku biasa. Keberadaan al-Qur’an di tangan orang-orang
dzalim inilah, yang membuat Rasulullah saw. terheran-heran, sebab al-Qur’an
dipelajari dengan dasar keraguan, bukan lagi karena keimanan kepada Rabb
semesta alam.
Kedua, keanehan dunia yang
membuat Rasulullah saw. terheran-heran adalah wa masjidun fi naadi qaumin
laa yusolli fiih, yakni masjid berada ditengah-tengah perkampungan
muslimin, akan tetapi tidak ada yang shalat didalamnya. Tidak sedikit hari ini
kita menyaksikan masjid-masjid yang kosong dari shalat berjama’ah, meski
bangunan masjid itu tepat berada di tengah-tengah pemukiman orang-orang islam.
Seakan-akan masjid hanya sebagai simbol keagamaan, yang cukup hanya “dikunjungi”
satu minggu sekali.
Di dalam sabdanya yang lain,
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa akan datang suatu zaman dimana masjid
dibangun dengan bermegah-megah, akan tetapi tidak ada yang memakmurkannya
kecuali sedikit. Tak heran, jika kemudian hari ini kita menyaksikan
bangunan-bangunan masjid yang indah, dengan kubah berlapiskan emas, hanya
menjadi bangunan kosong atau sekedar tempat wisata dunia, bukan lagi wisata
hati untuk menenangkan hati dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Ketiga, keanehan dunia yang
selanjutnya adalah wa mushafun fii baiti laa yuqrou fiih, yakni
mushaf-mushaf al-Qur’an berada di rumah-rumah, tetapi tidak ada yang
membacanya. Hari ini kita menyaksikan sendiri, bagaimana al-Qur’an dicetak
diatas lembaran-lembaran kertas terbaik, dengan tinta yang terbaik pula. Akses
memiliki al-Qur’an sudah sangat mudah, bahkan sudah dapat diunduh pada setiap
telepon genggam kita. setiap rumah, besar kemungkinan terdapat al-Qur’an di
dalamnya. Namun, sayangnya al-Qur’an hanya sekedar menjadi pajangan penghias
rumah, tetapi tidak sedikitpun rumah-rumah itu ramai dengan lantunan ayat suci
al-Qur’an. Ketika rumah-rumah sudah tak lagi ramai dengan bacaan al-Qur’an,
maka rumah tersebut tak ada bedanya dengan kuburan atau pemakaman.
Keempat, keanehan dunia yang
terakhir, yang Rasulullah saw. sampaikan dalam hadits riwayat imam ad-Dailami
adalah wa waarajulun sholih ma’a qoumin suu, yaitu orang-orang shaleh
(orang-orang baik) bersahabat dekat dengan orang-orang jelek, orang-orang
kafir. Tidak sedikit hari ini kita menyaksikan, orang-orang yang mengaku islam,
tetapi berkawan dekat dengan orang-orang kafir, atau bahkan rela dipimpin oleh
orang-orang kafir. Sebaik-baik orang kafir, fikiran dan hatinya tidak akan
pernah menyebrangi dunia. Tetapi sebodoh-bodohnya orang yang beriman, fikiran
dan hatinya akan senantiasa sampai ke akhirat. Orang-orang kafir tidak akan
pernah ridho kepada kita, sampai kita mengikuti agama mereka, sampai kita mengikuti
gaya hidup mereka.
Keasingan syariat-syariat islam,
setidaknya tergambar dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami
tersebut, terkait empat keanehan dunia. Islam menjadi asing tatkala umat islam
sudah jauh dari al-Qur’an dan as-Sunnah, jauh dari masjid, enggan untuk belajar
dan memahami agama. Padahal yang pertama kali ditanya di akhirat kelak adalah
ibadah kita, shalat kita. Bagaimana kita akan meraih surga, jika jalan menuju
surganya saja tidak kita ketahui. Berharap menuju surga tanpa mau memperdalam
ajaran agama, adalah persis seperti kapal yang berlayar di atas tanah yang
tandus, ia tak akan pernah sampai ke tempat yang dituju.
Ikhwan filLah.. jika
kebanyakan orang menjauhi al-Qur’an, maka jadilah kita orang-orang yang
senantiasa mendekatkan diri dengan al-Qur’an. Jika kebanyakan orang enggan
untuk memakmurkan masjid, maka jadilah kita orang-orang yang senantiasa
memakmurkan masjid. jadilah asing di mata manusia, disebabkan diri kita
menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah saw., itu lebih baik daripada diri kita
menjadi asing dihadapan Allah dan Rasul-Nya, disebabkan diri kita yang jauh
dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Wallahua’lam bish shawwab….
0 komentar:
Posting Komentar