Senin, 02 Februari 2015

tanggung jawabku sebagai manusia



TANGGUNG JAWAB MANUSIA TERHADAP



KELUARGA DAN MASYARAKAT

          
  Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan sebagai makhluk yang tak bisa hidup sendiri, karena manusia membutuhkan manusia lainnya dalam menjalani kehidupan. Dalam hal ibadah, terdapat ibadah-ibadah yang berhubungan dengan hablum minan nas, seperti ibadah zakat, menikah, shadaqoh, dan lain-lain. Hal ini menandakan bahwa manusia perlu menjaga dengan baik silaturahmi dan hubungan diantara sesama manusia.
            Dalam ilmu sosial, manusia merupakan makhluk homo homini socius, yaitu makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri karena manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Maka dari itu, manusia memiliki tanggung jawab terhadap sesama, agar terjalin silaturahmi dan ukhuwah diantara manusia.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menaggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. 
Makna dari tanggung jawab itu sendiri ialah siap menerima kewajiban atau tugas. Dalam artian disini bahwa ketika seseorang diberikan kewajiban atau tugas, seseorang tersebut akan menghadapi suatu pilihan yaitu menerima dan menghadapinya dengan dedikasi atau menunda dan mengabaikan tugas atau kewajiban tersebut. Tanggung jawab berdasarkan keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, tanggung jawab dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1)      Tanggung Jawab terhadap diri sendiri, yaitu menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurur sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.
2)      Tanggung jawab terhadap keluarga, yaitu Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.
3)      Tanggung jawab terhadap masyarakat, yaitu pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4)      Tanggung jawab terhadap bangsa, yaitu suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
5)      Tanggung jawab terhadap Rabb, yaitu Allah menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Rabb. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Allah yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Allah dan juga dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Allah akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Allah berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawab, manusia perlu pengorbanan.
            Itulah beberapa jenis tanggung jawab seorang manusia. terutama tanggung jawab terhadap yang terdekat, yaitu keluarga. Kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga keluarga kita dari api neraka. sebagaimana firman Allah ta’ala:
            “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya.” (Q.S. At-Tahriim [66]: 6)
            Firman Allah tersebut mengandung  makna bahwa setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menjaga dan memlihara diri dan keluarganya dari api neraka, dari segala bentuk perbuatan maksiat, yang dapat menjerumuskan pelakunya pada kerugian dan kesengsaraan, baik di dunia maupun di akhirat. Manusia memiliki tanggung jawab untuk berdakwah, menyampaikan risalah Allah berupa kebenaran yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
            Melalui ayat tersebut, Allah menjelaskan kepada kita kewajiban berdakwah kepada keluarga sendiri agar mereka tidak terjerumus kedalam perbuatan maksiat. Perintah tersebut terkandung dalam kalimat “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, firman Allah tersebut yang memerintahkan kita untuk berdakwah kepada keluarga. Karena menjadi orang beriman tidak bisa hanya sholeh diri sendiri dan tidak menghiraukan orang lain, tetapi orang beriman adalah yang senantiasa menyampaikan risalah Allah kepada orang lain.
            Indikator manusia yang mengamalkan ayat tersebut, diantaranya memiliki sikap dan perilaku sebagai berikut:
a)      Perilaku menyayangi keluarga
b)      Perilaku berdakwah kepada keluarga
c)      Perilaku bekerja keras
Untuk menerapkan tanggung jawab tersebut, hendaknya manusia memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1)      Tanamkan niat yang kuat dalam hati untuk mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya.
2)      Biasakan bersikap disiplin dalam mengerjakan sesuatu, sebab sikap disiplin merupakan bagian dari sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri.
3)      Biasakan bersikap konsisten dalam mengerjakan sesuatu, agar dapat menumbuhkan sikap kepercayaan orang lain.
4)      Biasakan mencintai keluarga, sesama, dan masyarakat dengan segala kelebihan dan kekurangan, sehingga tumbuh rasa saling memiliki dan sikap tanggung jawab dalam hati sanubari kita.
5)      Mulailah mencintai dan menyangi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sejak dini, sehingga tumbuh sikap tanggung jawab terhadap mereka di kemudian hari.
Itu semua merupakan tanggung jawab kita terhadap sesama manusia, yang disampaikan Allah melalui surat At-Tahriim ayat 6. Selain itu, Allah Swt. berfirman di dalam surat lain:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Q.S. Tha-Ha [20]: 132)
Dalam firman Allah tersebut, menunjukan bahwa setiap muslim memiliki tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakatnya. Terutama sekali tanggung jawab dalam hal mengajak beribadah kepada Allah SWt. seperti melaksanakan shalat lima waktu, shaum ramadhan, menunaikan zakat harta dan fitri, dan sebagainya. Khususnya untuk melaksanakan shalat, Allah sangat mengutamakan tugas tanggung jawabnya kepada setiap muslim. Artinya seorang muslim tidak hanya mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya, bahkan masyarakat lingkungan yang sesama muslim.
Setiap muslim memiliki kewajiban untuk berdakwah, yaitu mengajak kepada kebaikan, dan objek dakwah yang paling utama dan pertama ialah keluarga, sebab merekalah yang paling dekat keberadaannya dalam hidup kita. Oleh sebab itu, merupakan tanggung jawab kita untuk mengajak dan mengingatkan mereka agar melaksanakan shalat dan menghindari maksiat.
Ayat diatas juga mengandung makna shalat yang merupakan pekerjaan yang sangat berat, kecuali bagi mereka yang ikhlas dan khusyu melaksanakannya. Apalagi mengajak dan menyuruh orang lain untuk melaksanakannya.
Allah SWt. berfirman:
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak aka nada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.” (Q.S. Al-An’am [6]: 70)
Ayat tersebut memperingatkan kita selaku hamba-Nya agar tidak mempermainkan agama apalagi menjadikan agama sebagai komoditas bagi tujuan-tujuan duniawi. Perbuatan seperti itu sangat dimurkai Allah SWt. Allah tidak menyukai perbuatan orang-orang yang suka menjadikan agama sebagai bahan permainan dan senda gurau. Kepada mereka itu, Allah menyediakan azab yang sangat pedih.
Kewajiban setiap muslim mengajak dan menyeru masyarakat agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai luhur agama, sehingga mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap agamanya. Selain orang muslim dilarang bergaul denga mereka perbuatannya menodai agama, baik langsung maupun tidak, baik tersembunyi maupun terbuka. Sebab, mereka itu adalah orang-orang yang kelak dijerumuskan Allah kedalam Api Neraka.
Dalam hadits pun dijelaskan, bahwa kita selaku manusia adalah seorang pemimpin. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
“Dari Abdullah bin Umar r.a. diterangkan bahwa aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing akan diminta pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya, seorang suami adalah seorang pemimpin keluarganya dan dia akan diminta pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya, seorang istri adalah pemelihara dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab atas tugasnya, seorang pembantu atau karyawan adalah pemelihara harta majikan atau tuannya dan dia akan diminta pertanggung jawaban atas tugasnya. Dan masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing akan diminta pertanggung jawabannya terhadap apa yang dipimpinannya.” (H.R. Bukhari Muslim, dan Tirmidzi)
Hadits diatas mengandung makna bahwa setiap muslim dalam pandangan islam adalah pemimpin, sesuai dengan kapasitasnya. Setiap kepemimpinannya niscaya akan dimintai pertanggung jawaban, baik dunia maupun akhirat. Artinya setiap orang memiliki tanggung jawab, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, maupun terhadap orang lain di dunia ini. Bersikap tanggung jawab itu penting, agar masing-masing orang dapat menjaga keselamatan dirinya dan orang lain yang berhubungan dengannya.
Wallahu’alam bi Shawab.

0 komentar:

Posting Komentar