AKU
Pilih “DIA”
Sedikit lebih refresh, jika bisaanya penulis memposting
tulisan berbau serius, maka kali ini penulis memposting tulisan berbau remaja, CINTA.
Setiap orang pasti pernah merasakan cinta bukan? (asal jangan cinta sama sesama
jenis hehehe...). fakta membuktikan, banayak diantara remaja pernah berpacaran,
bahkan sedang berpacaran. Ahh, masa muda, penuh gejolak cinta membara,
setidaknya itu lirik lagu dangdut yang pernah penulis dengar :D bisa jadi, para
pembaca pun sekarang sedang merasakan yang namanya cinta bukan?, tak perlu malu, karena itu manusiawi.
Banyak tayangan televisi saat ini, menampilkan “pacaran”
sebagai tema utama film bukan? Rasanya, sebuah tayangan tanpa unsur itu seakan
sayur tanpa garam, tak berasa, tak enak. Haha. Sifat dan nama jauh beda,
tampan-tampan cucurut, 7 jalmi maung, atau yang lainnya, meski judulnnya
seperti itu, tetap saja “pacaran” menjadi tema utamanya. Katanya sih. Biar
rating tinggi. Tapi kerasa gak sih, anak-anak kecil juga kadang menonton
tayangan itu, malah dipraktekin yang ditontonnya, nah lohhh -_-. Pernah suatu
ketika penulis mengobrol dengan salah satu ibu-ibu (anggap saja mawar), katanya
anaknya yang berusia sekitar 6 tahun dikirimi surat cinta oleh temannya, bahkan
diajak ketemuan di taman komplek. Weleh weleh (nepuk jidat, plak), anak kecil
aja udah kaya gitu, lah gimana yang gede ya?.
Tayangan memang doktrin terkuat, bahkan anak-anak lebih
hafal lagu “sakitnya tuh didieu” atau “goyang arwana” (anggap saja itu, biar
namanya sedikit disensor hehe) daripada abatasa. Masya Allah, ada apa dengan
zaman? Anak-anak lebih dulu dewasa dari waktunya, yang kadang buat mereka labil
alias ababil alias abege labil. Jika kita diam dan menatap saja, ah sudahlah…
Balik lagi ke masalah cinta hehe, gak bisa dipungkiri klo
kata ini yang kadangkala membuat manusia buta. Bukan karena cintanya, tapi
karena salah menempatkan cinta itu. Banyak orang yang ngomong “pacaran itu
usaha buat nyari jodoh yang sesuai”, “pacaran itu, buat kita belajar saling
mencintai dan memahami”, ah iya, beribu alasan menjamur jika kita sebut
pacaran. Ada yang bilang, pacarannya islami, gak neko-neko. Pertanyaannya, emang
ada ya hadits tentang pacaran? Jika iya islami, tentu berpahala dan
diperintahkan rasul bukan? Lantas, yang seperti apa pacaran islami? Sungguh
problematika remaja yang rumit J
Pernah denger, “ih awet yah, longlast kalian” atau “kamu
beruntung banget, punya pacar yang setia”. Geli mendengarnya hehe. Mau tidak
mau, tayangan telah membuatnya seakan hal yang bisaa, lumrah, dan normal. Malah
yang gak pacaran yang dianggap ga normal. Diangaap gak keren, gak laku, atau
malah suka sesama jenis. Waduuuh, kacaunyaaa haha. Pahami dan rasakan,
kesalahan telah menjadi sebuah kebenaran.
Akhirnya penulis sadar, cinta bukan yang berlandaskan
nafsu, tapi berlandaskan Allah. Jika cinta didasarkan pada cantik atau tampan,
harta, keturunan, semuanya tak kekal, tak abadi, maka cinta pun berakhir ketika
semua alasan itu telah tiada. Namun, jika cinta didasarkan pada Allah, maka
cinta itu kekal, karena alasannya pun kekal. Jadi “aku cinta kamu karena Allah”
itu bukan alay, tapi emang harus. Bukan cinta yang memilihnya, tapi Allah yang
memilihnya untuk dicinta.
Maka penulis katakan, Aku
Pilih “DIA”. DIA, jodoh yang entah siapa dan
bagaimana rupanya. Dia yang entah kapan dan bagaimana kita bertemu. Dia, misteri
yang tak pernah diketahui hingga saatnya tiba. Yah, aku pilih dia. Jodoh yang
tak pernah kutahu, namun pasti!
aku memilih setia menantinya, menanti pendamping yang kelak bersanding bersama,
mencintainya dengan halal. jadi, lebih keren yang setia sama jodohnya, jodoh
yang entah siapa dan seperti apa rupanya, atau yang setia sama pacarnya? :D
(gak ada maksud nyindir
loh yahhh, Cuma sekedar merefresh tulisan. Biar gak pingsan karena selalu
serius haha :D)
Alhamdulillah
BalasHapus