Rabu, 14 Januari 2015

tantangan masa kini



DI BALIK ZAMAN
          
  Era modern, atau yang kita kenal dengan era globalisasi. Informasi dengan mudah menyebar, tak terbatas lagi oleh ruang dan waktu. Informasi dari belahan bumi utara, dengan cepat dapat sampai ke belahan bumi lainnya. Teknologi pun semakin canggih, televisi semakin tipis, handphone hanya sekedar gerakan jemari tangan, kuda-kuda besi yang memenuhi jalan bukan lagi kuda-kuda kenyataan. Itulah era globalisasi, semua sektor semakin canggih, teknologi bukan lagi kebutuhan tersier, tetapi telah menjelma menjadi kebutuhan primer yang amat penting.
            Anak-anak kecil sudah tak kaku lagi menggerakan jari jemarinya untuk mengoprasikan teknologi, buku-buku usang tak terbaca dikalahkan oleh permainan semu yang tak nyata, tertawa menjadi makanan sehari-hari hingga lupa untuk menangis, bahkan kini ilmu pengetahuan menjelma menjadi tuhan yang dituhankan tanpa sadar. Itulah tantangan besar abad ini, tantangan besar generasi muda.
            Yah, dibalik zaman, dibalik era modern yang serba canggih, kita menghadapi tantangan yang amat besar sebagai generasi muda. Dua godaan yang sekaligus sebagai ujian generasi muda saat ini, yaitu syahwat dunia dan penyimpangan aqidah. Dibalik zaman, orang-orang pintar tapi jahlun. Bukan bodoh perkara kecanggihan teknologi atau ilmu-ilmu exact dan social, tetapi bodoh dalam perkara aqidah.

            Ujian pertama bagi generasi muda adalah syahwat dunia. Sesungguhnya syetan selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan membuat segala perkara kemaksiatan menjadi terlihat begitu indah. Sebagaimana firman-Nya:
            “Iblis menjawab: ‘beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’. Iblis menjawab: ‘karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 14-17)
Dari firman Allah tersebut, Ia menjelaskan bahwasanya syetan akan senantiasa mengganggu dan menggoda kita, entah dari depan atau belakang, dari kiri atau kanan. Syetan akan senantiasa menggoda kita dari berbagai arah, berbagai cara dan tipu muslihat agar kita menjadi teman sejatinya kelak di neraka. Menurut Ibnu ‘Abbas, dari arah depan maksudnya akan aku ragukan mereka tentang akhirat mereka. Manusia akan senantiasa dijadikan ragu akan akhirat, ragu akan janji Allah Swt. Banyak diantara kita tertipu oleh tipu muslihat ini, tertipu kesenangan dunia yang nampak tapi tak kekal. Sementara nikmat akhirat yang belum nampak namun kekal, terlupakan karena tak terlihat oleh mata. Sehingga banyak diantara generasi muda yang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk kenikmatan dunia yang sementara.
            Selanjutnya, dari arah belakang maksudnya adalah akan aku gemarkan mereka dalam urusan dunia mereka. Ketika manusia telah lupa dengan akhiratnya, maka syetan pun dengan mudah membuat manusia lebih gemar pada dunia. Banyak diantara kita yang kadangkala lebih mementingkan urusan dunia daripada akhirat. Karena secara semu, urusan dunia menyenangkan dan lebih terasa. Di saat generasi muda telah gemar, atau bahkan mengutamakan urusan dunia, maka hanya dalam hitungan waktu kehancuran itu akan menjadi kenyataan.
            Lalu syetan akan mengganggu manusia dari arah kanan, yaitu akan aku bingungkan urusan agama mereka. Miris memang, banyak sekarang kita lihat akibat kecintaan pada dunia yang berlebih. Banyak diantara generasi muda muslim jauh dari islam itu sendiri, tak mengenal kitabNya, bahkan Al-Qur’an hanya menjadi pajangan di pojokan rumah, penghias semu, usang tak terbaca. Hingga pada akhirnya kita akan bingung dengan urusan agama, yang salah menjadi benar, dan yang benar menjadi salah. Kemaksiatan menjadi rutinitas, ibadah menjadi ritual yang dilakukan satu tahun sekali atau bahkan tak pernah. Gangguan syetan sudah semakin nyata, islam hanya apa yang tertera di dalam secarik kartu, tanpa ada pembuktian melalui pengamalan.
            Terakhir, syetan akan senantiasa mengganggu kita dari arah kiri, yaitu akan aku siapkan bentuk-bentuk kemaksiatan yang menarik. Jika kita memperhatikan apa yang terjadi, dapat kita lihat bagaimana kemaksiatan dibalut menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Seperti halnya pacaran, yang sudah mendapatkan pembenaran, dihias menjadi perkara yang begitu indah. Banyak generasi muda yang menangis karena cinta pada manusia, bukan lagi menangis karena cinta pada sang Pencipta. Jika dahulu Andalusia terkenal dengan pemudanya yang gagah berani, serta siap berjihad di jalan Allah, maka Andalusia pun hancur oleh generasi mudanya, generasi yang menangis bukan lagi karena gagal memanah, gagal mempelajari risalah Allah, tetapi menangis karena gagal mendapatkan cinta seorang manusia. Bukan berarti kita tak boleh mencintai manusia, tetapi semua telah diatur begitu indah oleh Islam.
            Itulah tantangan pertama generasi muda, yaitu godaan syahwat dunia. Kemaksiatan menjadi perkara yang begitu indah, yang terkadang membuat kita terlena dan terjerumus semakin dalam lembah nista. Maka jika menyerah pada keadaan ini, kita akan tergerus oleh bujuk rayu syetan, dan menjadi sahabat sejatinya kelak di yaumil akhir.
            Tantangan kedua bagi generasi muda adalah penyimpangan aqidah, yaitu aliran sesat. Sadar atau tidak, aliran sesat telah menjamur di berbagai tempat. Saat ini, di kota bandung saja tercatat ratusan aliran sesat telah muncul dan berkembang, membahayakan kemurnian aqidah yang kita miliki. Sadar atau tidak, meski kita menjadi mayoritas di negeri ini, hamper 90% penduduk negeri ini adalah islam, tapi apakah 90% itu adalah islam yang murni?. Syi’ah yang jelas sesat, tentu dalam KTP nya tercantum sebagai agama islam. Ahmadiyyah yang jelas sesat, tentu dalam KTP nya tercantum sebagai agama islam. Lantas apa benar 90% umat islam di negeri ini adalah benar-benar islam? Atau hanya sekedar buih di lautan? Atau seperti apa yang diperkirakan Rasul bahwa umat islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dimana 72 golongan adalah sesat, dan hanya 1 golongan yang benar, yaitu qur’an sunnah.
            Wahai generasi muda, jika kita tak memperdalam ilmu agama kita, kelak kita akan terjebak pada pusara sesat menyesatkan, bingung tentang kebenaran. Jika kita tak peduli pada tantangan zaman saat ini, maka kita akan menjadi generasi yang mempercepat sabda nabi, bahwa tidak akan datang suatu zaman, kecuali zaman itu lebih buruk dari sebelumnya. Maka mari mengukur diri, sejauh mana kita siap menghadapi tantangan ini? Tantangan yang amat besar bagi generasi muda, yang jika tak pandai melawannya, maka kesesatan sudah tentu menjadi buahnya. Syahwat dunia maupun penyimpangan aqidah adalah dua batu terjal yang besar bagi kita, namun jangan pernah berputus asa pada rahnat Allah, teruslah bersabar dan berjuang. Rasul telah meninggalkan dua pusaka untuk  melawan semua itu, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, pegang erat keduanya, pahami dan amalkan, hingga kita dapat menjaga diri dari tantangan besar itu.
            Terakhir, sebagai seorang mu’min kita memiliki kewajiban untuk menyampaikan kebenaran. Saling menasehati dan mengingatkan di jalan Allah. Sehingga kita tidak membiarkan sahabat, keluarga, dan saudara kita terjerembab pada jurang kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah Swt. :
            “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru pada kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 104)
            Semoga kita menjadi penyeru kebaikan dan pencegah kemunkaran. Sehingga kita saling menguatkan satu sama lain dalam berdakwah di jalan Allah. Sejatinya, setiap muslim dengan muslim lainnya memiliki tanggung jawab satu sama lain untuk saling menjaga dan mengingatkan. Di balik zaman, ada tantangan besar bagi kita generasi muda. Siapkan aqidah dan juga ilmu, agar kita tetap berada pada jalan Allah yang lurus dan diridhoi.

0 komentar:

Posting Komentar