DI
BALIK ZAMAN
Anak-anak kecil sudah tak kaku lagi menggerakan jari
jemarinya untuk mengoprasikan teknologi, buku-buku usang tak terbaca dikalahkan
oleh permainan semu yang tak nyata, tertawa menjadi makanan sehari-hari hingga
lupa untuk menangis, bahkan kini ilmu pengetahuan menjelma menjadi tuhan yang
dituhankan tanpa sadar. Itulah tantangan besar abad ini, tantangan besar
generasi muda.
Yah, dibalik zaman, dibalik era modern yang serba
canggih, kita menghadapi tantangan yang amat besar sebagai generasi muda. Dua
godaan yang sekaligus sebagai ujian generasi muda saat ini, yaitu syahwat dunia
dan penyimpangan aqidah. Dibalik zaman,
orang-orang pintar tapi jahlun. Bukan
bodoh perkara kecanggihan teknologi atau ilmu-ilmu exact dan social, tetapi
bodoh dalam perkara aqidah.
Ujian pertama bagi generasi muda adalah syahwat dunia.
Sesungguhnya syetan selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan membuat segala
perkara kemaksiatan menjadi terlihat begitu indah. Sebagaimana firman-Nya:
“Iblis menjawab: ‘beri tangguhlah saya sampai waktu
mereka dibangkitkan’. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang
diberi tangguh’. Iblis menjawab: ‘karena engkau telah menghukum saya tersesat,
saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat)’.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 14-17)
Dari
firman Allah tersebut, Ia menjelaskan bahwasanya syetan akan senantiasa
mengganggu dan menggoda kita, entah dari depan atau belakang, dari kiri atau
kanan. Syetan akan senantiasa menggoda kita dari berbagai arah, berbagai cara
dan tipu muslihat agar kita menjadi teman sejatinya kelak di neraka. Menurut
Ibnu ‘Abbas, dari arah depan maksudnya akan aku ragukan mereka tentang akhirat
mereka. Manusia akan senantiasa dijadikan ragu akan akhirat, ragu akan janji
Allah Swt. Banyak diantara kita tertipu oleh tipu muslihat ini, tertipu
kesenangan dunia yang nampak tapi tak kekal. Sementara nikmat akhirat yang
belum nampak namun kekal, terlupakan karena tak terlihat oleh mata. Sehingga
banyak diantara generasi muda yang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk
kenikmatan dunia yang sementara.
Selanjutnya, dari arah belakang maksudnya adalah akan aku
gemarkan mereka dalam urusan dunia mereka. Ketika manusia telah lupa dengan
akhiratnya, maka syetan pun dengan mudah membuat manusia lebih gemar pada
dunia. Banyak diantara kita yang kadangkala lebih mementingkan urusan dunia
daripada akhirat. Karena secara semu, urusan dunia menyenangkan dan lebih
terasa. Di saat generasi muda telah gemar, atau bahkan mengutamakan urusan
dunia, maka hanya dalam hitungan waktu kehancuran itu akan menjadi kenyataan.
Lalu syetan akan mengganggu manusia dari arah kanan,
yaitu akan aku bingungkan urusan agama mereka. Miris memang, banyak sekarang
kita lihat akibat kecintaan pada dunia yang berlebih. Banyak diantara generasi
muda muslim jauh dari islam itu sendiri, tak mengenal kitabNya, bahkan
Al-Qur’an hanya menjadi pajangan di pojokan rumah, penghias semu, usang tak
terbaca. Hingga pada akhirnya kita akan bingung dengan urusan agama, yang salah
menjadi benar, dan yang benar menjadi salah. Kemaksiatan menjadi rutinitas,
ibadah menjadi ritual yang dilakukan satu tahun sekali atau bahkan tak pernah.
Gangguan syetan sudah semakin nyata, islam hanya apa yang tertera di dalam
secarik kartu, tanpa ada pembuktian melalui pengamalan.
Terakhir, syetan akan senantiasa mengganggu kita dari
arah kiri, yaitu akan aku siapkan bentuk-bentuk kemaksiatan yang menarik. Jika
kita memperhatikan apa yang terjadi, dapat kita lihat bagaimana kemaksiatan
dibalut menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Seperti halnya pacaran, yang sudah
mendapatkan pembenaran, dihias menjadi perkara yang begitu indah. Banyak
generasi muda yang menangis karena cinta pada manusia, bukan lagi menangis
karena cinta pada sang Pencipta. Jika dahulu Andalusia terkenal dengan
pemudanya yang gagah berani, serta siap berjihad di jalan Allah, maka Andalusia
pun hancur oleh generasi mudanya, generasi yang menangis bukan lagi karena
gagal memanah, gagal mempelajari risalah Allah, tetapi menangis karena gagal
mendapatkan cinta seorang manusia. Bukan berarti kita tak boleh mencintai
manusia, tetapi semua telah diatur begitu indah oleh Islam.
Itulah tantangan pertama generasi muda, yaitu godaan
syahwat dunia. Kemaksiatan menjadi perkara yang begitu indah, yang terkadang
membuat kita terlena dan terjerumus semakin dalam lembah nista. Maka jika
menyerah pada keadaan ini, kita akan tergerus oleh bujuk rayu syetan, dan
menjadi sahabat sejatinya kelak di yaumil akhir.
Tantangan kedua bagi generasi muda adalah penyimpangan
aqidah, yaitu aliran sesat. Sadar atau tidak, aliran sesat telah menjamur di
berbagai tempat. Saat ini, di kota bandung saja tercatat ratusan aliran sesat
telah muncul dan berkembang, membahayakan kemurnian aqidah yang kita miliki.
Sadar atau tidak, meski kita menjadi mayoritas di negeri ini, hamper 90% penduduk
negeri ini adalah islam, tapi apakah 90% itu adalah islam yang murni?. Syi’ah
yang jelas sesat, tentu dalam KTP nya tercantum sebagai agama islam. Ahmadiyyah
yang jelas sesat, tentu dalam KTP nya tercantum sebagai agama islam. Lantas apa
benar 90% umat islam di negeri ini adalah benar-benar islam? Atau hanya sekedar
buih di lautan? Atau seperti apa yang diperkirakan Rasul bahwa umat islam akan
terpecah menjadi 73 golongan, dimana 72 golongan adalah sesat, dan hanya 1
golongan yang benar, yaitu qur’an sunnah.
Wahai generasi muda, jika kita tak memperdalam ilmu agama
kita, kelak kita akan terjebak pada pusara sesat menyesatkan, bingung tentang
kebenaran. Jika kita tak peduli pada tantangan zaman saat ini, maka kita akan
menjadi generasi yang mempercepat sabda nabi, bahwa tidak akan datang suatu
zaman, kecuali zaman itu lebih buruk dari sebelumnya. Maka mari mengukur diri,
sejauh mana kita siap menghadapi tantangan ini? Tantangan yang amat besar bagi
generasi muda, yang jika tak pandai melawannya, maka kesesatan sudah tentu
menjadi buahnya. Syahwat dunia maupun penyimpangan aqidah adalah dua batu
terjal yang besar bagi kita, namun jangan pernah berputus asa pada rahnat
Allah, teruslah bersabar dan berjuang. Rasul telah meninggalkan dua pusaka
untuk melawan semua itu, yaitu Al-Qur’an
dan As-Sunnah, pegang erat keduanya, pahami dan amalkan, hingga kita dapat
menjaga diri dari tantangan besar itu.
Terakhir, sebagai seorang mu’min kita memiliki kewajiban
untuk menyampaikan kebenaran. Saling menasehati dan mengingatkan di jalan
Allah. Sehingga kita tidak membiarkan sahabat, keluarga, dan saudara kita
terjerembab pada jurang kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah Swt. :
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru pada kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S.
Ali-Imran [3]: 104)
Semoga kita menjadi penyeru kebaikan dan pencegah
kemunkaran. Sehingga kita saling menguatkan satu sama lain dalam berdakwah di
jalan Allah. Sejatinya, setiap muslim dengan muslim lainnya memiliki tanggung
jawab satu sama lain untuk saling menjaga dan mengingatkan. Di balik zaman, ada tantangan besar bagi
kita generasi muda. Siapkan aqidah dan juga ilmu, agar kita tetap berada pada
jalan Allah yang lurus dan diridhoi.
0 komentar:
Posting Komentar