Minggu, 01 November 2015

Shalat Bag. I



Shalat, Cerminan Diri Manusia.
Oleh: Elfa M. Ihsan Al Aufa
       A. Pendahuluan
Shalat merupakan pondasi penting yang mengokohkan keislaman dan keimanan seseorang. Karena sholat merupakan refleksi dari pribadi seseorang, bagaimana keimanannya, bagaimana akhlaqnya, bagaimana amalnya, semua ditampilkan melalui sholatnya. Sholat secara bahasa adalah berdo’a, sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
            Dan do’akanlah mereka, sesungguhnya do’amu menentramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. at-Taubah: 103)
            Sedangkan shalat menurut syara’ ialah:
عبادة تتضمّن أقوالاوأفعالامخصوصة مفتتحة بتكبيرالله تعالى مختتمة بالتسليم
          “Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus, dimulai dengan mengagungkan Allah ta’ala (takbir), diakhiri dengan salam.”

            Maka shalat merupakan amal ibadah yang ditentukan waktu pelaksanaannya, cara pengerjaannya, juga bacaan yang dibaca di dalamnya. Sehingga perlu perhatian penting terhadap shalat yang kita lakukan, apakah sudah benar bacaan yang kita baca di dalam sholat?, sudahkah gerakan sholat sesuai dengan apa yang diperintahkan?. Karena itu, sholat adalah cerminan diri seorang insan, ketika sholatnya baik, maka baiklah seseorang tersebut, begitu pula sebaliknya.
            Sebuah pribahasa mengatakan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”, kiranya kita perlu memahami bagaimana kedudukan shalat dalam islam, sehingga kita memahami betapa pentingnya sholat dalam menegakkan keimanan dalam diri. Pun demikian kita perlu memahami fungsi dan peranan shalat dalam menjaga kualitas iman dan akhlaq kita, sehingga kita menjadi hamba-hamba yang selamat dari panas api neraka. Semakin memahami dan mengerti pentingnya sholat bagi diri, maka akan membangun rasa cinta kita terhadap ibadah yang kita lakukan. Sehingga cerminan diri menampilkan citra yang baik, sebagaimana baiknya sholat yang dikerjakan.
B.     Kedudukan Shalat dalam Islam
Islam ibarat sebuah bangunan yang terdiri dari pondasi, tiang, tembok, genting, dan lainnya yang membuat islam menjadi bangunan  yang kokoh. Setiap bagian dari bangunan tersebut memiliki kedudukan yang penting, karena ketika hilang salah satunya, maka bangunan tersebut bukanlah bangunan yang kokoh lagi, juga bukan bangunan yang utuh lagi. Di dalam sebuah hadits riwayat bukhari muslim dijelaskan bahwa islam dibangun atas 5, yaitu: syahadat, sholat, zakat, haji, dan shaum romadon[1]. Kelimanya (dikenal dengan rukun islam) merupakan bagian-bagian penting yang membangun dan mengokohkan islam. Tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Dari hadits tersebut, kita dapat memahami dan mengerti bagaimana pentingnya kedudukan shalat didalam islam, sebagai bagian yang mengokohkan islam itu sendiri.
Rasulullah saw. bersabda:
رأس هذاالأمر الإسلام وعموده الصلاة
“Pokok urusan (agama) ini adalah islam dan tiangnya adalah shalat…”[2]
Sholat pun merupakan amalan yang paling pertama akan dihisab di yaumil akhir, sehingga pantas jika dikatakan bahwa shalat adalah cerminan diri seorang insan. Rasulullah Saw. bersabda:
اوّل ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصّلاة فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
“yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya beres, maka bereslah seluruh amalnya. Dan jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.”[3]
Penjelasan diatas, memberikan kita pemahaman bahwa kedudukan shalat dalam islam amatlah penting, sehingga shalat tidak bisa disepelekan dan ditinggalkan begitu saja. Karena jika demikian, maka kita membiarkan keislaman kita rapuh. Islam tidak akan pernah maju tanpa shalat yang baik dan sesuai dengan perintah Allah Swt.
C.    Fungsi Shalat
Ibadah shalat tentunya bukan hanya sekedar bacaan, bukan hanya sekedar gerakan, juga bukan ibadah yang sekedarnya. Ibadah shalat seharusnya memberikan bekas kepada para pelakunya, yang artinya sholat merupakan proses perbaikan diri menuju insan yang lebih baik. Jika shalat hanya sekedar shalat, maka shalat hanya sekedar ritual harian yang dilakukan manusia, tanpa memberikan bekas yang baik bagi yang mengerjakannya. Pada akhirnya, shalat hanya sekedar menggugurkan kewajiban, tapi tak memberi kebaikan.
Allah Swt. berfirman:
إنّ الصّلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكرالله أكبر
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. dan sungguh (shalat) mengingat Allah (dzikir) yang paling utama.” (Q.S. al-‘Ankabut: 45)
Dari firman Allah tersebut, kita memahami urgensi dan  fungsi dari shalat itu untuk mengontrol diri dari perbuatan maksiat. Shalat mencegah kita dari perbuatan yang dibenci oleh Allah Swt. maka pantas jika ibadah shalat ini merupakan ibadah yang tidak bisa ditinggalkan. Jika tidak mampu shalat dalam keadaan berdiri, maka dibolehkan dalam keadaan duduk. Jika tidak bisa sholat dalam keadaan duduk, maka diperbolehkan dalam keadaan berbaring, dan jika tidak mampu, maka diperbolehkan dengan isyarat. Demikian betapa penting fungsi shalat itu, sehingga tidak ada celah bagi kita untuk meninggalkan perkara ibadah yang paling utama ini.
Saat shalat kita tidak membuat kita berhenti melakukan maksiat, maka ada yang salah dengan shalat kita. Apakah kita shalat sebagai bentuk kewajiban kepada Allah dengan hati yang ikhlas ataukah shalat kita hanya sekedar menggugurkan kewajiban kita kepada Allah?. Karena jika shalat hanya sekedar shalat, maka para koruptor pun shalat.
D.    Kesimpulan
Penjelesan-penjelasan diatas, seyogyanya membuat kita sadar mengenai urgensi sholat. Kita tidak akan pernah mampu membangun islam yang kokoh dan kuat, jika shalat sebagai pondasinya saja rapuh. Hakikatnya, shalat adalah proses perbaikan diri, yang sekaligus akan membangun peradaban umat yang baik, karena shalatnya yang baik pula. Maka jangan pernah bermimpi membangun kekuatan daulah islamiyyah yang kuat, jika muslim sebagai para pengisinya tidak memiliki pondasi islam yang kokoh yaitu shalat. Hari ini, kita menyaksikan kemaksiatan semakin merajalela, korupsi dimana-mana, kejahatan disetiap sendi kehidupan, belum lagi masalah moral dan akhlaq bangsa yang entah sudah hilang kemana. Maka satu hal yang perlu kita pertanyakan pada diri kita, sejauh mana fungsi shalat itu bagi diri kita? Dan sudah seperti apakah shalatnya muslim hari ini?.
Apa yang terjadi hari ini, adalah cerminan dari ibadah umat hari ini. Saat shalat hanya ibadah sekedarnya, maka kita akan melihat realitas kualitas umat yang sekedarnya. Karena shalat, adalah cerminan diri seorang manusia. Wallahua’lam bi shawab.


[1] Hadits no. 3 dalam hadits arba’in.
[2] Al-Mu’jam al-Kabir 20;55 no. 96 dari Mu’adz Ibnu Jabal (Risalah Shalat hal. 68)
[3] Al-Mu’jam al-Ausath 2:240 no. 1859 (Risalah Shalat hal. 69)

0 komentar:

Posting Komentar