Bulan ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan, dimana
setiap kebaikan dilipat gandakan di hadapan Allah swt. di bulan ini pula, pintu
surga dibuka dengan lebar dan pintu neraka ditutup dengan rapat, sebagaimana
Sabda Rasulullah saw:
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Dari Abi Hurairah r.a. ; bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Apabila datang bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup
pintu-pintu neraka”. (H.R. Muslim)
Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah menjelasakan;
”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini oleh karena banyaknya amal saleh yang
dikerjakan, dan sekaligus untuk memotivasi umat islam agar melakukan kebaikan.
Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh
orang-orang yang beriman. Setan-setan diikat dan dibelenggu, tidak dibiarkan
lepas seperti di bulan-bulan selain Ramadhan.” [Majaalisu Syahri
Ramadhan, Syaikh ‘Utsaimin]
Bulan ramadhan menjadi bulan penuh keberkahan
ketika ia diisi dengan amalan-amalan kebaikan seperti tadarus al-Qur’an, Qiyam
Ramadhan, Sedekah, dan amalan-amalan baik lainnya. Sebaliknya, ia hanya akan
menjadi bulan yang biasa saja, atau menjadi bulan yang penuh dengan siksaan
lapar dan haus saja bagi orang-orang yang tidak beriman, yang hanya mengisi
bulan ramadhan dengan kesia-siaan atau bahkan tidak melaksanakan dan
meninggalkan ibadah bulan Ramadhan, tentu ini tidak akan membuat bulan ramadhan
menjadi bulan pembuka pintu-pintu surga.
Bulan ramadhan selalu identik dengan
kegiatan-kegiatan keislaman, seperti tarawih berjama’ah, buka bersama, pun
dengan program-program televisi, radio, dan media elektronik lainnya yang
kental dengan nuansa ramadhan. Pakaian-pakaian jadi tertutup rapat di bulan
ramadhan, penampilan, kegiatan, seluruhnya menjadi begitu islami. Namun, tidak
jarang menjelang akhir ramadhan, dan selesai bulan ramadhan, selesai pula kita
menyaksikan nuansa keislaman di seluruh nusantara. Berakhirnya ramadhan,
seakan-akan berakhir pula kewajiban kita beribadah kepada Allah Swt. akhirnya,
yang tercipta hanya insan-insan “Ramadhani” yang beribadah dan beramal hanya
pada bulan ramadhan, selesai bulan ramadhan, selesai pula ibadahnya.
Rasulullah saw. bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa
banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali
rasa lapar dan dahaga.” (H.R. Ath Thabrani)
Betapa banyak orang yang melaksanakan ibadah shaum, tetapi ia
tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lapar dan haus. Ia hanya shaum fisiknya,
tetapi tidak dengan hatinya. Ia menahan dari makan dan minum, tapi tidak
menahan diri dari lisan yang buruk ataupun hati yang buruk. Ibadah dan
amalannya hanya dilakukan di bulan ramadhan semata, namun selepas ramadhan ia
kembali kepada kejahiliahan, maka ia pun hanya akan mendapatkan rasa lapar dan
haus dalam shaumnya, tanpa sedikit pun mendatangkan ampunan dari Allah Swt.
inilah ciri orang-orang yang merugi, memasuki bulan ramadhan tetapi tak sedikit
pun mendapatkan ampunan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ
قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya
Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya
(dosa-dosanya).” (H.R. Tirmidzi)
Hadits diatas menjelaskan mengenai orang yang
tidak mendapatkan ampunan meski bertemu dengan bulan ramadhan. Ia mengalami
bulan ramadhan namun tidak mengamalkan ibadah-ibadah di bulan ramadhan, maka ia
termasuk orang yang celaka. Bulan ramadhan sejatinya harus dimanfaatkan sebagai
kesempatan berharga untuk menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan, bukan
malah meninggalkan ibadah-ibadah di dalamnya. Selain itu, orang yang termasuk
celaka saat berjumpa dengan ramadhan adalah yang selesai bulan ramadhan ia
tidak menjadi pribadi yang bertakwa. Amalan-amalan dan ibadahnya hanya
dilakukan di bulan ramadhan saja, dan ditinggalkan di sebelas bulan berikutnya,
maka ia pun termasuk kepada golongan orang-orang yang celaka.
Berakhirnya bulan ramadhan, bukan berarti
berakhirnya kewajiban kita beribadah dan melaksanakan amal shalih. Bulan-bulan
setelah bulan ramadhan seharusnya menjadi ajang pembuktian ketakwaan yang kita
raih di bulan ramadhan dengan menjaga amalan-amalan ramadhan kita di
bulan-bulan selanjutnya. Agar kita tidak menjadi insan “ramadhani” semata,
tetapi menjadi insan “Rabbani” yang senantiasa beramal dan beribadah kepada
Allah Swt. dimana pun dan kapan pun.
Amalan-amalan yang dicintai disisi Allah Swt.
bukan dilihat dari kuantitasnya, tetapi tentu dari kontinuitas dan kualitas
amalan yang kita lakukan. Ibadah dan amalan sebanyak apapun yang kita lakukan
di bulan ramadhan, hanya akan menjadi sia-sia saat ia terlupakan dan
ditinggalkan di bulan-bulan berikutnya. Dicintainya amalan kita adalah ketika
kita menjaga ibadah kita dengan berkelanjutan, meski dalam pandangan manusia
adalah amalan yang kecil dan sederhana. Sebab amalan-amalan kecil itu, jika
dilakukan terus-menerus secara rutin, akan menjadi amalan yang besar dan
dicintai oleh Allah swt. sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ
تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.”
(H.R. Muslim)
Waktu yang berjalan begitu cepat, telah
mengantarkan kita di penghujung bulan ramadhan. Sampainya kita di penghujung
bulan keberkahan, bukan alasan untuk berhenti melakukan amal kebaikan. Jagalah
atsar (bekas) kebaikan di bulan ramadhan dengan ibadah-ibadah terbaik di
sebelas bulan selanjutnya. Amalan-amalan sunnah seperti shaum 6 hari di bulan
syawal, ibadah shalat sunnah, dan ibadah-ibadah terbaik di sebelas bulan
berikutnya harus senantiasa dijaga, agar kita menjadi insan “Rabbani” yang
beribadah dan beramal yang terbaik kapan pun dan dimana pun. Menjaga semangat
ramadhan di sebelas bulan lainnya adalah sebuah keharusan, sebab Ramadhan
tak lekang oleh waktu.
Wallahua’lam bish shawwab.
0 komentar:
Posting Komentar