Selasa, 20 Juni 2017

Ramadhan Tak Lekang Oleh Waktu



ramadhanku, ramadhan, ramadhan bahagia, jodoh ramadhan
Bulan ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan, dimana setiap kebaikan dilipat gandakan di hadapan Allah swt. di bulan ini pula, pintu surga dibuka dengan lebar dan pintu neraka ditutup dengan rapat, sebagaimana Sabda Rasulullah saw:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ  إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ  
Dari Abi Hurairah r.a. ; bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Apabila datang bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka”. (H.R. Muslim)

Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah menjelasakan; ”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini oleh karena banyaknya amal saleh yang dikerjakan, dan sekaligus untuk memotivasi umat islam agar melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Setan-setan diikat dan dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan-bulan selain Ramadhan.”  [Majaalisu Syahri Ramadhan, Syaikh ‘Utsaimin]
Bulan ramadhan menjadi bulan penuh keberkahan ketika ia diisi dengan amalan-amalan kebaikan seperti tadarus al-Qur’an, Qiyam Ramadhan, Sedekah, dan amalan-amalan baik lainnya. Sebaliknya, ia hanya akan menjadi bulan yang biasa saja, atau menjadi bulan yang penuh dengan siksaan lapar dan haus saja bagi orang-orang yang tidak beriman, yang hanya mengisi bulan ramadhan dengan kesia-siaan atau bahkan tidak melaksanakan dan meninggalkan ibadah bulan Ramadhan, tentu ini tidak akan membuat bulan ramadhan menjadi bulan pembuka pintu-pintu surga.
Bulan ramadhan selalu identik dengan kegiatan-kegiatan keislaman, seperti tarawih berjama’ah, buka bersama, pun dengan program-program televisi, radio, dan media elektronik lainnya yang kental dengan nuansa ramadhan. Pakaian-pakaian jadi tertutup rapat di bulan ramadhan, penampilan, kegiatan, seluruhnya menjadi begitu islami. Namun, tidak jarang menjelang akhir ramadhan, dan selesai bulan ramadhan, selesai pula kita menyaksikan nuansa keislaman di seluruh nusantara. Berakhirnya ramadhan, seakan-akan berakhir pula kewajiban kita beribadah kepada Allah Swt. akhirnya, yang tercipta hanya insan-insan “Ramadhani” yang beribadah dan beramal hanya pada bulan ramadhan, selesai bulan ramadhan, selesai pula ibadahnya.
Rasulullah saw. bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (H.R. Ath Thabrani)
Betapa banyak orang yang melaksanakan ibadah shaum, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lapar dan haus. Ia hanya shaum fisiknya, tetapi tidak dengan hatinya. Ia menahan dari makan dan minum, tapi tidak menahan diri dari lisan yang buruk ataupun hati yang buruk. Ibadah dan amalannya hanya dilakukan di bulan ramadhan semata, namun selepas ramadhan ia kembali kepada kejahiliahan, maka ia pun hanya akan mendapatkan rasa lapar dan haus dalam shaumnya, tanpa sedikit pun mendatangkan ampunan dari Allah Swt. inilah ciri orang-orang yang merugi, memasuki bulan ramadhan tetapi tak sedikit pun mendapatkan ampunan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya).” (H.R. Tirmidzi)
Hadits diatas menjelaskan mengenai orang yang tidak mendapatkan ampunan meski bertemu dengan bulan ramadhan. Ia mengalami bulan ramadhan namun tidak mengamalkan ibadah-ibadah di bulan ramadhan, maka ia termasuk orang yang celaka. Bulan ramadhan sejatinya harus dimanfaatkan sebagai kesempatan berharga untuk menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan, bukan malah meninggalkan ibadah-ibadah di dalamnya. Selain itu, orang yang termasuk celaka saat berjumpa dengan ramadhan adalah yang selesai bulan ramadhan ia tidak menjadi pribadi yang bertakwa. Amalan-amalan dan ibadahnya hanya dilakukan di bulan ramadhan saja, dan ditinggalkan di sebelas bulan berikutnya, maka ia pun termasuk kepada golongan orang-orang yang celaka.
Berakhirnya bulan ramadhan, bukan berarti berakhirnya kewajiban kita beribadah dan melaksanakan amal shalih. Bulan-bulan setelah bulan ramadhan seharusnya menjadi ajang pembuktian ketakwaan yang kita raih di bulan ramadhan dengan menjaga amalan-amalan ramadhan kita di bulan-bulan selanjutnya. Agar kita tidak menjadi insan “ramadhani” semata, tetapi menjadi insan “Rabbani” yang senantiasa beramal dan beribadah kepada Allah Swt. dimana pun dan kapan pun.
Amalan-amalan yang dicintai disisi Allah Swt. bukan dilihat dari kuantitasnya, tetapi tentu dari kontinuitas dan kualitas amalan yang kita lakukan. Ibadah dan amalan sebanyak apapun yang kita lakukan di bulan ramadhan, hanya akan menjadi sia-sia saat ia terlupakan dan ditinggalkan di bulan-bulan berikutnya. Dicintainya amalan kita adalah ketika kita menjaga ibadah kita dengan berkelanjutan, meski dalam pandangan manusia adalah amalan yang kecil dan sederhana. Sebab amalan-amalan kecil itu, jika dilakukan terus-menerus secara rutin, akan menjadi amalan yang besar dan dicintai oleh Allah swt. sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (H.R. Muslim)
Waktu yang berjalan begitu cepat, telah mengantarkan kita di penghujung bulan ramadhan. Sampainya kita di penghujung bulan keberkahan, bukan alasan untuk berhenti melakukan amal kebaikan. Jagalah atsar (bekas) kebaikan di bulan ramadhan dengan ibadah-ibadah terbaik di sebelas bulan selanjutnya. Amalan-amalan sunnah seperti shaum 6 hari di bulan syawal, ibadah shalat sunnah, dan ibadah-ibadah terbaik di sebelas bulan berikutnya harus senantiasa dijaga, agar kita menjadi insan “Rabbani” yang beribadah dan beramal yang terbaik kapan pun dan dimana pun. Menjaga semangat ramadhan di sebelas bulan lainnya adalah sebuah keharusan, sebab Ramadhan tak lekang oleh waktu.
Wallahua’lam bish shawwab.



0 komentar:

Posting Komentar